Aris mulai mengajak pemuda lainnya untuk ikut membersihkan aliran sungai Pusur yang tercemar dengan sampah dan limbah rumah tangga. Padahal aliran sungai dari mata air Cokro ini sejatinya merupakan air bersih. Bahkan aliran Sungai Pusur tidak jauh dari beberapa tempat wisata mata air di Klaten seperti Umbul Wedi, Umbul Putri, Umbul Waru, dan Umbul Karet.
Dengan menggunakan ban dalam bekas kendaraan, kemudian mereka terombang-ambing mengikuti arus yang deras. Kebiasaan inilah yang akhirnya diubah oleh Aris sambil membersihkan sampah sambil menyusuri sungai Pusur.
Awalnya pria dengan kacamata tebal dianggap gila. Idenya membersihkan sungai sempat dicemooh oleh warga. Menurut warga, ide tersebut hanya akan berakhir sia-sia. Toh, saat itu warga memang tetap menjadikan sungai pusur sebagai tempat sampah.
Aris bergeming, ia tetap melanjutkan kegiatannya bersama anak-anak muda lainnya. Lambat laun ternyata Sungai Pusur menjadi tempat kegiatan menarik bagi warga lainnya.
Aris merangkul anak-anak muda karang taruna Desa untuk ikut serta turun tangan membersihkan Sungai Pusur sambil melestarikan permainan mereka sejak masih kanak-kanak.
Hanya dengan bermodalkan ban bekas, Aris bersama pemuda lainnya menyusuri sungai sambil membawa kantong untuk mengambil sampah-sampah yang ikut hanyut atau tersangkut dahan-dahan pohon di pinggir aliran sungai. Kegiatan itu hampir setiap minggu dilakukan.
Menyusuri Sungai Pusur dengan menggunakan ban besar seukuran ban truk memang sangat menyenangkan. Di beberapa bagian ada arus yang deras dan ada arus yang tenang. Secara keseluruhan arus Sungai Pusur cukup aman. Tetapi ada beberapa titik yang membuat kami harus berjalan.
Di antaranya seperti celah yang amat curam dan sempit sehingga khawatir wisatawan bisa terjerembab dalam pusaran arus. Sebaliknya ada juga aliran yang landai sehingga ban pun sempat nyangkut.Â