Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mereka yang Disingkirkan PKS dan Sohibul Iman

6 November 2018   20:31 Diperbarui: 6 November 2018   20:24 895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fahri Hamzah vs Sohibul Iman / dok.tribunnews

Anis yang berjasa menyelamatkan suara PKS pada tahun 2014. Sosok seperti Anis seharusnya diberikan tempat terbaik oleh Sohibul Iman. Alih-alih menggandengnya sebagai partner, Sohibul Iman justru kini diduga tengah membersihkan pucuk pimpinan di beberapa daerah dari pengaruh kuat Anis Matta.

Pria kelahiran Waledo, Bone, Sulawesi Selatan ini memang cukup visioner. Anis lebih terbuka dengan gagasan-gagasan baru dan mampu menggandeng beberapa elemen di luar organisasi. Inilah yang nampaknya tidak sejalan dengan para pendiri PKS terutama Salim Segaf Al-Jufri yang sama-sama dari Sulawesi.

Ketua Dewan Syuro PKS tersebut diketahui salah satu yang lebih memilih Sohibul Iman untuk melanjutkan estafeta kepemimpinan dibandingkan dipimpin kembali oleh Anis Matta.

Bahkan saat nama Anis Matta mencuat menjadi salah satu kandidat capres dan cawapres pun di kalangan internal partai sendiri banyak yang tidak suka dengan kiprah dan nama Anis yang kian berkibar. Sebelum makin bersinar, akhirnya nama Anis diredupkan sendiri oleh partai yang pernah dibelanya dalam Pemilu 2014 lalu.

Baik Fahri Hamzah maupun Anis Matta kini menjadi seperti duri dalam daging bagi PKS. Dibutuhkan tetapi dibenci.Dirindukan tapi takut menyesatkan.  

Agaknya perbedaan pandangan kedua tokoh muda PKS ini tidak sejalan dengan jajaran Dewan Syuro PKS. Tak heran jika beberapa loyalis Anis Matta di beberapa daerah dicopot tanpa alasan yang jelas.

Gelombang perlawanan dalam tubuh PKS sendiri memang membuat mesin partai tidak terlalu optimal memperjuangkan kader-kadernya menjadi pemimpin daerah.

Kisruh PKS di ujung Pilpres 2019 jelas akan makin memperbesar jurang kemenangan. Apalagi calon yang diusung bukan berasal dari kalangan PKS sendiri. Porsi wakil presiden yang selama ini memang diperebutkan antara PKS dan PAN justru harus legowo diberikan kepada Sandiaga Uno dengan "mahar politik" yang amat mahal.

Satu sisi menguntungkan tapi di sisi lain merugikan. PKS seperti memperjuangkan pepesan kosong. Menjadi ban serep bagi Gerindra. Apalagi setelah sempat di-PHP mendapatkan kursi Wagub yang ditinggalkan oleh Sandiaga. Jika saja M Taufik tidak jadi diciduk oleh KPK, bisa jadi PKS hanya bisa gigit jari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun