Munculnya faksi-faksi dalam tubuh PKS menunjukkan bahwa PKS saat ini memang sedang tidak solid. Presiden PKS, Sohibul Iman yang saat ini menjabat dianggap terlalu fobia dengan tokoh tokoh PKS lainnya seperti Anis Matta yang disinyalir akan merebut kembali tampuk pimpinan partai pada 2020 mendatang.
Isu tersebut sangat santer sampai-sampai beberapa petinggi PKS di daerah diberhentikan dengan cara-cara yang tidak hormat bahkan tidak diberitahu alasan pemberhentiannya tersebut. Kuat dugaan Sohibul Iman ketakutan dengan pengaruh Anis Matta yang masih memiliki jaringan sangat kuat di akar rumput PKS.
Belum lagi kemampuan Anis Matta yang berhasil membawa PKS keluar dari badai ketika pada tahun 2013 Lutfi Hasan Ishaq terseret kasus korupsi kuota impor sapi. Padahal saat itu hanya tinggal menatap pemilu legislatif dan juga pemilu presiden pada tahun 2014. Suara PKS berhasil diamankan oleh Anis Matta meskipun diterjang oleh gelombang korupsi yang membuat nama PKS yang pudar.
Sampai saat ini tidak ada lagi tokoh sentral yang bisa dijadikan panutan oleh generasi muda PKS sebagai calon pemimpin masa depan. Sohibul Iman dianggap oleh beberapa kalangan tidak mewakili golongan muda yang akan menjadi suara terbesar pada pemilu presiden maupun legislatif 2019 nanti.
Besarnya suara milenial tersebut sampai-sampai membuat kubu Jokowi-Ma'ruf sendiri sudah menyiapkan ketua tim kampanye dari kalangan generasi muda, Erick Thohir.Â
Hal tersebut bukan tanpa alasan, diperkirakan ada lebih dari lima puluh persen pemilih berasal dari kalangan milenial dengan umur pemilih sampai dengan 40 tahun. Jika ditotal kira-kira ada 100 juta suara yang diperebutkan.Â
Bisa jadi Sohibul Iman memang bermain aman karena melihat potensi kemenangan jauh dari yang diharapkan. Toh PKS kini sudah mengantongi mahar politik yang amat besar dari Sandiaga Uno demi merelakan kursi wakil presiden yang seharusnya menjadi jatah PKS.
Dengan kondisi demikian sebetulnya cukup logis juga jika Sohibul Iman tidak terlalu ngotot untuk memperjuangkan Prabowo Subianto memenangi pertarungan pemilihan presiden 2019. Yang penting posisinya di pucuk pimpinan PKS aman.
Bahkan dengan jelas kode tidak akan menggerakkan mesin politik itu dilontarkan ketika kursi yang ditinggalkan Sandiaga Uno, Wakil Gubernur DKI Jakarta tak kunjung direalisasikan. Sampai-sampai PKS baper dan mengancam tidak akan memenangkan Prabowo.
Meskipun memang terkesan sangat egois seperti anak-anak yang merengek dibelikan mainan, tetapi itulah yang ditampakkan oleh Sohibul Iman. Gonjang ganjing partai yang lahir dari rahim reformasi ini tampaknya juga tidak terlalu peduli lagi dengan salah satu bidan yang melahirkan mereka yang kini terlilit kasus korupsi, Walikota Depok dua periode Nur Mahmudi Ismail.
Malahan Sohibul Iman justru membuat beberapa kalangan barisan sakit hati mekin kebakaran jenggot. Barisan sakit hati ini yang mempertentangkan strategi politik Sohibul Iman ketika berupaya untuk mengedepankan kampanye negatif kembali dalam pilpres dan pemilu legislatif demi mendulang suara secara instan seperti dalam Pilkada Jawa Barat.Â