Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Si Penjaga Hutan Karst Berau Kalimantan Timur yang Mendunia

30 Oktober 2018   05:47 Diperbarui: 30 Oktober 2018   05:52 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gua dengan cap tangan di Merabu / dok . Kaltim Post Prokal.co

Sejak dulu kita semua mendapatkan pelajaran dan informasi bahwa Kalimantan adalah paru-paru dunia. Namun sayangnya, julukan paru-paru dunia itu bisa saja hilang jika kita tidak menjaganya. World Wildlife Fund (WWF) memperkirakan bahwa Kalimantan terancam kehilangan 75 persen hutan pada tahun 2020.

Data laporan WWF tersebut amat mengerikan. Catatan WWF menyebutkan bahwa tahun 2005 saja hutan Kalimantan tinggal tersisa 71 persen dari total 74 juta hektar yang ada. Lebih memprihatinkan lagi, tahun 2015 mencatatkan bahwa hutan Kalimantan tinggal tersisa 55 persen.

Deforestasi hutan tersebut tak lain dan tak bukan karena penebangan hutan untuk berbagai kepentingan. Termasuk masyarakat yang masih banyak bergantung pada hasil hutan. Akibatnya beberapa satwa langka dan fauna endemik Kalimantan terancam punah karena kehilangan habitatnya.

Kerusakan hutan bukan saja berdampak pada lingkungan tetapi juga pendapatan masyarakat asli yang memang sehari-hari memanfaatkan hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Adalah Franly Aprilano Oley, salah satu sosok yang tinggal di Desa Merabu, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.

Pop Up Museum SATU Indonesia Awards / dok.pribadi
Pop Up Museum SATU Indonesia Awards / dok.pribadi
Sosok yang pernah menjadi guru bersahaja ini merupakan salah satu yang bergantung pada hutan. Ia menjadi pengangkut sarang walet dari gua-gua di sekitar Merabu. Lambat laun penghasilannya pun menurun. Setelah ditelusuri ternyata walet-walet ini kehilangan tempat mencari makan karena banyak lahan di desa sekitarnya yang dibuka menjadi lahan sawit.

Franly tidak sendirian, karena ada banyak warga yang amat bergantung juga dengan Hutan Lindung Sungai Lesan. Franly akhirnya berpikir keras untuk menyelamatkan hutan sekaligus tetap memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.

Franly selama ini merasa resah karena program konservasi hutan tak selalu dibarengi dengan pemikiran untuk menyejahterakan masyarakat yang minim pendidikan. Apalagi akses ke kota cukup jauh dan dibutuhkan waktu yang cukup lama.

Dulu, sebelum dibuka jalur dari Berau menuju Merabu dibutuhkan waktu selama 10 jam. Inilah kendala sekaligus tantangan yang dihadapi oleh Franly. Tapi, Franly tak patah arang dan memutar otak bagaimana caranya agar ia dan warga lainnya tetap bisa makan dan tetap menjaga keseimbangan hutan.

Gua dengan cap tangan di Merabu / dok . Kaltim Post Prokal.co
Gua dengan cap tangan di Merabu / dok . Kaltim Post Prokal.co

Beruntung ia bertemu dengan seorang peneliti karst Merabu tentang potensi wisata yang bisa ada. Gua-gua tersebut adalah gua tempat Franly dulu mencari sarang walet. Di saat yang sama, Franly pun mendapatkan informasi dari Dinas Kehutanan Kaltim bahwa masyarakat bisa mengelola hutan lindung dengan skema hutan desa.

Saat itu Franly sudah mengemban tanggung jawab sebagai kepala desa. Akhirnya pada tahun 2012, ia bersama kawan-kawannya mengajukan izin pengelolaan hutan lindung seluas 10 ribu hektar di kawasan Desa Merabu.

Lisensi pengelolaan hutan lindung tersebut akhirnya berhasil didapatkan dua tahun kemudian. Masyarakat Desa Merabu bisa memanfaatkan hutan desa sebagai ekowisata seperti yang dilakukan Ritno Kurniawan, penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2017 di Hutan Padang Pariaman.

Desa Wisata Merabu akhirnya dikelola oleh Franly dan kawan-kawannya. Saat pertama kali merintis, Franly merasa kesulitan mendapatkan dukungan. Hanya beberapa orang saja yang saat itu mendukung gagasan Franly. Hal yang amat lumrah karena belum banyak manfaat yang bisa dirasakan oleh masyarakat desa pada saat itu.

Pegunungan Karst Merabu, Berau, Kalimantan Timur / dok. topindonesiaholidays.com
Pegunungan Karst Merabu, Berau, Kalimantan Timur / dok. topindonesiaholidays.com

Franly tetap memperjuangkan cita-citanya dengan merangkul warga desa, mengembangkan Desa Wisata Merabu, Berau, Kalimantan Timur.

Mimpi Franly akhirnya bisa dirasakan 3 tahun kemudian. Desa Wisata Merabu mendunia. Kekayaan flora dan fauna di hutan Desa Merabu banyak membuat dunia takjub.

Belum lagi dengan potensi wisata seperti Danau Nyandeng dengan kejernihan airnya yang masih alami. Wisatawan juga bisa menyaksikan puluhan gua purba yang masih memiliki cap tangan manusia yang diperkirakan berusia puluhan ribu tahun.

Seiring popularitas Desa Wisata Merabu, Franly akhirnya mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) pada tahun 2014. Melalui BUMDes inilah Franly memberikan pelatihan kepada warga untuk mengelola desa wisata Merabu hingga hal yang paling teknis seperti pengelolaan hasil kerajinan sampai pelayanan terhadap wisatawan yang datang.

Edukasi tentang pembukaan lahan pun terus dilanjutkan. Warga yang tadinya membuka lahan secara tak terbatas kini diberikan edukasi untuk membatasi pembukaan lahan demi kelangsungan lingkungan. Langkah Franly bisa dibilang tak lepas dari dukungan tim The Nature Conservancy (TNC) dan kepala desa sebelumnya Asrani. Karena merekalah yang juga menjadi pendamping Franly menjadikan Hutan Desa Merabu menjadi destinasi wisata kelas dunia.

Hingga saat ini warga desa sudah berkomitmen untuk menjaga hutan desa. Mereka hanya boleh mengambil hasil alam selain kayu seperti madu, rotan, sarang burung walet dan menjadi pemandu wisata, sehingga keberadaan hutan bisa tetap terjaga tetapi juga tetap memberikan manfaat bagi warga desa sekitarnya.

Danau Nyandeng / dok. flores-borneo.blogspot.com
Danau Nyandeng / dok. flores-borneo.blogspot.com

Wisata Desa Merabu, Berau / dok. travelingyuk.com

Upaya Franly dan warga Hutan Desa Merabu akhirnya mendapatkan apresiasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2016. Prestasi Franly itu juga yang mengantarkannya bisa terbang ke Maroko untuk berbagi cara pengelolaan hutan adat Kalimantan Timur.

Kisah Franly dan pesona pegunungan karst di Merabu, Berau, pun sampai diliput salah satu media online seperti Lonely Planet. Tak heran jika wisatawan yang datang pun bukan hanya wisatawan lokal melainkan juga wisatawan asing.  

Tak berhenti sampai di situ. Franly pun mendapatkan apresiasi 9th SATU Indonesia Awards 2018 pada 27 Oktober 2018 kemarin di Jakarta Convention Center. Senyum Franly mengembang saat mengangkat piala SATU Indonesia Awards 2018.


SATU Indonesia Awards adalah inisiasi PT Astra International Tbk dalam mencari para pemuda inspiratif dari seluruh pelosok negeri. Tahun 2018, SATU Indonesia Awards memberikan apresiasi kepada 7 pemuda kreatif dari berbagai bidangnya masing-masing. Penyelenggaraannya pun diadakan dalam malam puncak IdeaFest 2018.

"Astra menginisiasi program SATU Indonesia Awards karena kami percaya masa depan bangsa ini terletak di pundak anak muda Indonesia. Mereka inilah penggerak Indonesia ke depan. Tahun ini Astra berkolaborasi dengan IdeaFest 2018 agar lebih banyak lagi dapat menginspirasi anak muda Indonesia, sehingga semakin banyak mereka membuat perubahan positif demi kemajuan bangsa," ujar Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto dalam sambutannya pada malam itu (27/10).

Penerima Apresiasi 9th SATU Indonesia Awards 2018 / dok.pribadi
Penerima Apresiasi 9th SATU Indonesia Awards 2018 / dok.pribadi
Ketujuh penerima SATU Indonesia Awards 2018 ini adalah Nordianto (Kesehatan -- Kalimantan Barat) dengan program edukasi kesehatan terhadap remaja usia sekolah, Surya Dharma (Pendidikan -- Sulawesi Tengah) dengan program tuntas belajar 12 tahun, Mohamad Hanif Wicaksono (Lingkungan -- Kalimantan Selatan) dengan program konservasi tanaman buah asli Kalimantan dan Franly Aprilano Oley (Lingkungan -- Kalimantan Timur) dengan program pengelolaan karst. Selain itu ada Narman (Kewirausahaan -- Banten) dengan program promosi dan penjualan kerajinan khas baduy, Azza Aprisaufa (Teknologi -- Aceh) dengan program penyediaan kebutuhan masyarakat melalui aplikasi saufacenter.com serta Meidy Fitranto & Faris Rahman (Kelompok -- DKI Jakarta) dengan program pendirian perusahaan bernama Nodeflux untuk menyediakan teknologi berbasis intelligent video analytics dengan deep learning dan computer vision.

Kini terdapat 53 orang penerima apresiasi SATU Indonesia Awards tingkat nasional dan 192 orang penerima apresiasi tingkat provinsi yang telah berkarya dalam berbagai kategori Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, Teknologi dan Kelompok. Tahun ini Astra memberikan bantuan dana kegiatan masing-masing senilai Rp 60 juta dan pembinaan kegiatan kepada para penerima apresiasi. Pada tahun ini, jumlah pendaftar program SATU Indonesia Awards 2018 mencapai 5.961 orang, melonjak 84,3% dibandingkan jumlah pendaftar tahun 2017 sebanyak 3.234 orang.

Semoga, dengan semangat mereka membangun negeri menjadi teladan bagi pemuda lainnya. Momen Hari Sumpah Pemuda 2018 menjadi momen yang sangat tepat untuk memberikan apresiasi pada 7 orang pemuda penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2018, termasuk Si Penjaga Hutan Karst Berau Kalimantan Timur yang Mendunia.

Sumber Referensi

  1. https://www.pontianakpost.co.id/mengunjungi-kampung-merabu-di-tengah-hutan-kalimantan-yang-mendunia-1
  2. https://www.jawapos.com/features/21/01/2017/kampung-di-tengah-hutan-kalimantan-ini-dikenal-dunia-berkat-prestasi-kepala-desa
  3. https://www.lonelyplanet.com/indonesia/merabu/in-location/sights/a/nar/938d27d3-685a-444a-8d73-12e1bd5271e7/1340782
  4. https://www.astra.co.id/Media-Room/Press-Release/7-Anak-Muda-Penggerak-Kemajuan-Bangsa-Terima-Apresiasi-9th-SATU-Indonesia-Awards-2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun