Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Si Penjaga Hutan Karst Berau Kalimantan Timur yang Mendunia

30 Oktober 2018   05:47 Diperbarui: 30 Oktober 2018   05:52 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penerima Apresiasi 9th SATU Indonesia Awards 2018 / dok.pribadi

Saat itu Franly sudah mengemban tanggung jawab sebagai kepala desa. Akhirnya pada tahun 2012, ia bersama kawan-kawannya mengajukan izin pengelolaan hutan lindung seluas 10 ribu hektar di kawasan Desa Merabu.

Lisensi pengelolaan hutan lindung tersebut akhirnya berhasil didapatkan dua tahun kemudian. Masyarakat Desa Merabu bisa memanfaatkan hutan desa sebagai ekowisata seperti yang dilakukan Ritno Kurniawan, penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2017 di Hutan Padang Pariaman.

Desa Wisata Merabu akhirnya dikelola oleh Franly dan kawan-kawannya. Saat pertama kali merintis, Franly merasa kesulitan mendapatkan dukungan. Hanya beberapa orang saja yang saat itu mendukung gagasan Franly. Hal yang amat lumrah karena belum banyak manfaat yang bisa dirasakan oleh masyarakat desa pada saat itu.

Pegunungan Karst Merabu, Berau, Kalimantan Timur / dok. topindonesiaholidays.com
Pegunungan Karst Merabu, Berau, Kalimantan Timur / dok. topindonesiaholidays.com

Franly tetap memperjuangkan cita-citanya dengan merangkul warga desa, mengembangkan Desa Wisata Merabu, Berau, Kalimantan Timur.

Mimpi Franly akhirnya bisa dirasakan 3 tahun kemudian. Desa Wisata Merabu mendunia. Kekayaan flora dan fauna di hutan Desa Merabu banyak membuat dunia takjub.

Belum lagi dengan potensi wisata seperti Danau Nyandeng dengan kejernihan airnya yang masih alami. Wisatawan juga bisa menyaksikan puluhan gua purba yang masih memiliki cap tangan manusia yang diperkirakan berusia puluhan ribu tahun.

Seiring popularitas Desa Wisata Merabu, Franly akhirnya mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) pada tahun 2014. Melalui BUMDes inilah Franly memberikan pelatihan kepada warga untuk mengelola desa wisata Merabu hingga hal yang paling teknis seperti pengelolaan hasil kerajinan sampai pelayanan terhadap wisatawan yang datang.

Edukasi tentang pembukaan lahan pun terus dilanjutkan. Warga yang tadinya membuka lahan secara tak terbatas kini diberikan edukasi untuk membatasi pembukaan lahan demi kelangsungan lingkungan. Langkah Franly bisa dibilang tak lepas dari dukungan tim The Nature Conservancy (TNC) dan kepala desa sebelumnya Asrani. Karena merekalah yang juga menjadi pendamping Franly menjadikan Hutan Desa Merabu menjadi destinasi wisata kelas dunia.

Hingga saat ini warga desa sudah berkomitmen untuk menjaga hutan desa. Mereka hanya boleh mengambil hasil alam selain kayu seperti madu, rotan, sarang burung walet dan menjadi pemandu wisata, sehingga keberadaan hutan bisa tetap terjaga tetapi juga tetap memberikan manfaat bagi warga desa sekitarnya.

Danau Nyandeng / dok. flores-borneo.blogspot.com
Danau Nyandeng / dok. flores-borneo.blogspot.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun