Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Beberapa Masjid di Bandung Dikuasai oleh HTI, Benarkah?

1 Oktober 2018   22:52 Diperbarui: 1 Oktober 2018   22:51 1758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
HTI/publik-news.com

Cerita bahwa beberapa masjid di Bandung sudah dikuasai HTI bukan lagi menjadi rahasia umum apalagi partai yang sangat dekat dengan HTI berkuasa cukup lama di Jawa Barat selama 2 periode. Hal ini tentu saja menguatkan cerita-cerita tersebut bahwa memang beberapa masjid terutama Masjid-Masjid Agung diduga sudah dikuasai sejak lama oleh organisasi yang kini dilarang oleh pemerintah. 

HTI dibubarkan karena dianggap mengancam demokrasi dan bertentangan dengan Pancasila serta UUD '45. Dalam beberapa rapat akbar, HTI menyuarakan gema Khilafah di video-video Youtube, beberapa pentolan dan tokoh-tokoh HTI secara terang benderang mengatakan bahwa Pancasila dan UUD '45 adalah berhala baru bagi umat. Dan itu dilakukan di jantung ibu kota, Jakarta.

HTI menguasai Masjid

"Penguasaan" masjid oleh orang-orang HTI tentu saja membuat kita khawatir dengan kegiatan yang mereka lakukan. Tidak menutup kemungkinan secara terselubung dan juga masif mempromosikan ideologi Khilafah kepada jamaah masjid tua dan muda.

Oleh karena itu pemerintah serta elemen masyarakat perlu diingatkan kembali untuk mewaspadai bahaya laten HTI yang disinyalir sudah menguasai beberapa masjid, termasuk masjid di beberapa kampus terkenal dan terkemuka di tanah air. Bisa jadi bukan hanya di Kota Bandung saja, mungkin sudah lama menjaring beberapa masjid di kota-kota besar yang punya basis HTI paling banyak di tanah air.

Kita saksikan sendiri beberapa orang yang sudah cinta mati dengan ideologi khilafah berasal dari berbagai latar belakang termasuk para ASN, dosen, mahasiswa, guru, dan beberapa orang-orang terdidik yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya bahwa mereka bisa berada dalam organisasi radikal yang mengancam kedaulatan NKRI.

HTI dikenal militan dekati tokoh pengajian

Saya jadi ingat sebuah kisah yang langsung dialami oleh ibu saya sendiri. Kebetulan Ibu saya adalah seorang pendakwah di tengah-tengah ibu-ibu pengajian di beberapa kampung di kota Bandung. Jaringannya cukup luas karena beberapa pengajian ini sudah diwariskan secara turun temurun dan diikuti oleh berapa generasi.

Ibu bercerita bahwa selama hampir lebih dari 10 tahun didekati oleh seorang kader HTI. Ia mengajak Ibu untuk bergabung langsung dalam organisasi mereka. Entah apa yang ditawarkan tetapi biasanya Ibu kerap kali didatangi secara rutin setiap menjelang pemilihan umum terutama pada masa masa kampanye.

Kader HTI itu paham betul bahwa jaringan yang sudah dibina secara turun temurun dari nenek buyut, nenek, kemudian kini dilanjutkan oleh ibu cukup kuat. Pengajian tersebut memang termasuk salah satu yang diincar oleh organisasi mereka.  Pasalnya dengan memanfaatkan jaringan ini, otomatis mereka bisa mendulang suara dalam pemilu. Sudah jelas suaranya akan diarahkan ke mana!

Untunglah Ibu saya bukan orang yang baru kemarin sore mengenal agama. Apalagi Ibu memang berkecimpung di dalam bidang dakwah yang paham betul organisasi macam HTI.

Ibu tidak pernah menampik atau menolak kedatangan mereka dan bersilaturahmi. Ibu pun mengakui bahwa kader-kader organisasi ini sangat tangguh dan militan. Mereka menjaring orang yang potensial sehingga dapat membuat organisasinya semakin besar serta memiliki kekuatan di akar rumput. Salah satu targetnya ya ibu saya sendiri.

Selama 10 tahun itu pula Ibu tidak pernah memberikan sedikitpun celah ataupun menerima ajakan mereka. Penolakan tersebut justru makin membuat mereka penasaran. Biasanya tokoh lain akan dengan mudah berpindah haluan apalagi jika sudah diberikan berbagai bantuan.

HTI munculkan isu SARA serang tokoh yang berseberangan

Namun, sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Begitulah yang terjadi pada HTI di kota Bandung. Gerakannya makin terlihat masif serta picik karena mengadu domba dan menyebarkan kebencian dengan memecah belah umat dengan isu-isu SARA. Tujuannya apalagi kalau bukan mendirikan khilafah. Dari yang kecil-kecil ini mereka mencoba menggalang kekuatan.

Salah satu isu yang dimainkan oleh HTI di kota Bandung adalah isu Syiah. Beberapa tokoh yang dianggap berseberangan dengan HTI difitnah dengan keji, diserang dari berbagai lini dengan isu Syiah. Mereka yang awam dengan Perbandingan Madzhab pun akan mudah termakan hoax. Serangan hoax ini sangat masif disiarkan berulang ulang melalui channel sosial media, blog, bahkan grup-grup Whatsapp. 

Pada akhirnya propaganda yang mereka lakukan memang cukup berhasil karena membuat umat kebingungan. Umat yang malas melakukan tabayyun akhirnya termakan dengan fitnah dan hoax yang sangat keji. Itulah cara mereka menyerang orang-orang yang tidak mau tunduk atau tidak mau bergabung dengan golongan mereka. Mereka sudah menganggap golongannya sendiri yang paling benar.

Sikap fanatisme dan primordial seperti ini justru sangat berbahaya dan patut diwaspadai karena menyebarkan benih-benih kebencian yang dapat menjadi sumber perpecahan masyarakat. Tak heran jika saat pemilihan Jabar 1 pun salah satu paslon diserang dengan isu Syiah dan berbagai isu SARA lainnya. Apalagi ditambah dengan dukungan HTI pada gerakan #2019GantiPresiden semakin membuat terang benderang alasan HTI berdiri di kubu oposisi.

HTI kadung sakit hati karena dibubarkan oleh Pemerintah. Bahkan lagi-lagi upaya bandingnya mengalami kegagalan. 

Hari Kesaktian Pancasila Momen Tepat Bersihkan Masjid dari Ideologi HTI

Momen Hari Kesaktian Pancasila ini bisa dijadikan kesempatan untuk menyerukan kembali para pengurus masjid bahwa negara ini dibangun oleh para pendiri bangsa sesuai amanat UUD '45 dan Pancasila.  Jangan sampai ada ormas yang berupaya untuk mengganti Pancasila dengan ideologi lain seperti Khilafah apalagi Komunis.

Tentu ini bakal jadi tantangan untuk Ridwan Kamil serta elemen masyarakat, para tokoh agama, tokoh daerah untuk menyelamatkan Pasundan dari rongrongan HTI. Jangan sampai tanah Pasundan diacak-acak oleh HTI. Sudah sejak lama orang Sunda itu hidup dalam damai dan tidak pernah saling mengkafirkan. Jangan biarkan HTI kembali memainkan isu SARA jelang Pemilu 2019. Sudah saatnya dibendung dari sekarang dengan menyadarkan warga tentang bahaya laten HTI.

Ormas Islam di Bandung cukup banyak. Ada NU, Muhammadiyah, Persis, dsb. Mereka inilah yang seharusnya punya tanggung jawab moral untuk memakmurkan masjid kembali. Keberadaan HTI dalam menguasai beberapa masjid termasuk kritik terhadap keberadaan ormas Islam lainnya yang sudah sejak lama berperan membangun bangsa dan negara ini dengan damai. 

Harapannya agar masjid-masjid Bandung bisa mengembalikan marwahnya sebagai masjid yang netral dari berbagai kepentingan politik apalagi dijadikan basis untuk merongrong NKRI. Waspada upaya benturan umat dengan pemerintah lewat isu SARA. Umat butuh ceramah yang teduh dan tidak mengadu domba apalagi saling mengkafirkan. Umat butuh ketenangan dan kedamaian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun