Sebagai keluarga besar dengan anggota keluarga yang menyebar di seluruh penjuru Nusantara dari Aceh hingga Wakatobi, wajar jika momen Idulfitri menjadi momen yang paling dinanti oleh keluarga kami.
Saya, anak kedua dari 12 bersaudara saja merasa rindu setelah berbulan-bulan tidak bertemu. Padahal kalau dibilang jauh sih tidak. Jarak Tangerang-Bandung yang bisa ditempuh dalam waktu 3 jam dengan kendaraan pribadi saat lalu-lintas lancar menjadi terasa amat jauh karena kesibukan masing-masing.
Baca 5 Tradisi Lebaran yang Mirip dengan Tradisi Masyarakat Tionghoa
Maka, tak ada kesempatan lain untuk bertemu dalam waktu yang sama selain pada saat Idulfitri. Namun, karena saya sudah menikah, saya membagi Lebaran bersama keluarga selang seling dengan keluarga istri saya. Tahun ini kebetulan saya berlebaran dulu di Tangerang baru mudik H+2 ke Bandung.
Ada beberapa rangkaian kegiatan yang menjadi tradisi keluarga dan menjadi agenda rutin saat Idulfitri.Â
Mendengarkan Petuah
Salah satu kegiatan yang sering dilakukan adalah petuah dan pesan-pesan dari kakek. Tahun ini menjadi tahun pertama bagi kami berlebaran tanpa kehadiran nenek kami tercinta. Nenek berpulang akhir 2017 lalu.Â
Biasanya, gagasan untuk bertemu dan bertatap muka diinisiasi oleh nenek. Nenek kami yang paling getol untuk mengumpulkan semua anak hingga cucu dan cicitnya.
Mungkin beliau merasa bahagia dan guyub bisa menyaksikan anak cucunya berkumpul bersama. Momen yang sepertinya baru dirasakan kemarin, kini harus dirasakan kembali dengan rasa kehilangan yang amat besar.
Salah satu nasihat dari Kakek yang kerap kali diulang-ulang adalah rukun sesama saudara dan menjaga amanah.
Bagi-Bagi THR
BacaJangan Memberikan Salam Tempel Lebaran karena Gengsi Semata!
Semua cucu berjejer membentuk barisan untuk antre mendapatkan THR. Nilainya beragam, dari pecahan paling kecil Rp 2 ribu rupiah sampai pecahan paling besar Rp 20 ribu rupiah. Karena cucunya banyak, kadang-kadang ada yang iseng antre dua kali, berharap mendapatkan jatah dobel hehehehe.
Setelah semua mendapatkan jatahnya, barulah sisanya dibagikan kembali secara acak. Siapa yang sigap dan tangkas, dia yang dapat paling banyak. Inilah puncak kebersamaan saat kami semua tertawa lepas dan merasakan kebersamaan yang jarang dialami pada bulan dan kesempatan lain.
Sesi Foto Bersama
Setelah itu dilanjutkan dengan sesi foto bersama. Jujur, karena keluarga besar, agak sulit untuk mengumpulkan semuanya dalam satu waktu sehingga kerap kali rencana berfoto di studio selalu gagal karena tidak bisa lengkap full team.
Baca Cerita Mudik 12 Jam Perjalanan dari Tangsel ke Bandung
Momen foto bersama inilah yang menjadi kenang-kenangan buat kami semua. Jika dikumpulkan mungkin akan membentuk kolase foto yang unik dari tahun ke tahun berlebaran bersama keluarga besar.
Ditutup Makan Bersama
Kadang-kadang panitia berkreasi sesuai dengan saran dan masukan yang ada. Kadang-kadang makan dengan menu Coto Makassar, Soto Bandung atau menu lainnya.
Baca Kalau Takut Tak Dapat THR, Jangan Jadi "Freelancer"!
Seksi sibuk, siapa lagi kalau bukan kaum Hawa. Saya hanya tinggal bantu-bantu mengangkat Coto atau hidangan lainnya yang disajikan untuk disantap bersama keluarga besar.
Saatnya Jalan-Jalan
Keuntungannya tentu saja tak terlalu banyak menguras kantong karena masih berpuasa dan sepi pengunjung. Dengan begitu kami bisa leluasa berfoto di beberapa spot Instagramable tanpa antrean yang mengular panjang.Â
Itu agenda keluarga kami saat IdulFitri. Bagaimana dengan Lebaran kamu di kampung halaman bersama keluarga?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H