Uak Haji memiliki sebuah toa yang lengkap dengan sirine seperti sirine sebuah mobil pemadam kebakaran. Pasti tau kan toa kecil yang ada sirinenya yang biasa digunakan oleh petugas pemandu ibadah haji? Jika sirine itu sudah dibunyikan, rasanya seperti mendengar tiupan sangkakala. Artinya memang sudah memasuki waktu imsak.
"Ngiiiiiuuuuunnnnnggg.....Ngiiiiiuuuuunnnnnggg....Ngiiiiiuuuuunnnnnggg"
Terus terang, keluarga saya dan tentunya warga kampung merasa terbantu dengan kebiasan uak Haji. Dan itu dilakukan secara konsisten selama hidupnya sampai wafat. Buat saya, uak Haji adalah pahlawan bagi kampung kami.
Setelah uak Haji wafat, tak ada lagi yang melanjutkan kebiasaan. Suasana sahur menjadi sunyi dan senyap. Hanya ada suara sayup-sayup tilawah Al-Quran dari toa masjid terdengar dari kejauhan.
Baca Es Cao, Minuman Khas Semarang yang Menyegarkan
Kampung kami memang damai dan tenang selama uak Haji masih ada. Sosoknya sangat dihormati oleh semua warga di kampung. Bahkan uak Haji juga termasuk ustaz yang aktif mengisi pengajian setiap bada Jumat membina ibu-ibu di kampung.
Kini, setelah puluhan tahun berlalu. Suara uak Haji kadang-kadang masih terngiang-ngiang di telinga saat bulan Ramadan. Ingat jasa-jasa uak Haji yang selalu membangunkan kami untuk sahur dan mengingatkan kami untuk berhenti makan saat memasuki waktu Imsak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H