Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kerja Santai, Puasa Santai ala "Freelancer"

21 Mei 2018   21:37 Diperbarui: 21 Mei 2018   21:48 1222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illustrasi Frelancer (dok.pribadi)

Dulu, waktu saya masih bekerja kantoran, saya ke kerap kali mengalami keletihan dan kelelahan sepulang kerja, apalagi pada saat bulan puasa. Salah satu yang saya siasati ketika bulan puasa adalah tidak terlalu memforsir diri dengan pekerjaan.

Pada hari biasa, saya bisa menulis lima sampai dengan tujuh artikel. Kadang-kadang jika memang sudah memasuki deadline di akhir bulan, bisa sampai 10 artikel. Kalau mengingat masa-masa itu beneran kerja keras banget hahahaha.

Setiap pagi saya harus mengantarkan anak dan istri dulu. Pertama saya mengantarkan istri dulu ke tempat kerjanya, barulah mengantarkan anak saya ke sekolahnya. Setelah itu baru saya berangkat kerja ke kantor.

Baca juga Cerita Mencari Masjid Satu-Satunya di Negeri Seribu Kasino

Saya memang berangkat paling akhir. Enaknya bekerja di sebuah startup itu jam kerjanya fleksibel. Bisa datang siang, tapi pulangnya juga bisa disesuaikan.

Hanya saja yang jadi kendala selama bulan puasa waktu saya masih kerja itu adalah jam pulang kantor yang macetnya naudzubillahimindzalik. Dua kali lipat dari jam kerja biasanya.

Alasan itulah kadang-kadang yang membuat saya tertahan di kantor sampai dengan selesai tarawih. Kalau saya pulang jam 5 sore, paling banter sampai rumah itu jam 7 malam. Sudah ketinggalan buka puasa bersama, terlambat salat tarawih pula.

Energi terkuras tak karuan karena kemacetan. Belum lagi jika harus berdesakan menggunakan commuter line. Sumpah hidup di Jakarta itu lebih berat, Dilan! Kamu enak, tinggal di Bandung, kemana-mana deket naik motor.

Coba deh ke Jakarta. Jarak 13 kilometer yang normalnya ditempuh hanya sekitar 15 menit, bisa-bisa malah baru sampai satu jam. Belum lagi kalau ada drama ibu-ibu bawa motor matic di depan kita.

Sekarang hidup saya beda. Sejak jadi freelancer, saya bebas mengatur waktu dan jam kerja saja. Kadang-kadang seharian gak kerja juga bisa. Anter anak istri, lalu nonton seharian atau main gim seharian juga bisa. Cuma ya konsekuensinya gak dapat penghasilan hahahaha. Cuma nambahin kerjaan doang.

Makanya, mumpung masih freelancer, saya bersyukur banget bisa bekerja dengan leluasa. Bisa mengatur waktu kapan harus anter anak istri, kapan tadarusan, kapan kerja, kapan tidur siang, kapan buka puasa dan seterusnya.

Baca juga Cara "Freelancer" Mendapatkan THR Lebaran

Enak kan jadi Freelancer?

Tunggu dulu! Itu kan dari kacamata orang lain yang melihat. Padahal ada deg-degannya juga. Soalnya Ramadan kali ini saya punya target untuk bisa mendapatkan THR sendiri. Ya, tau sendiri kan kalau freelancer seperti saya ini gak bisa dapat THR kecuali usaha sendiri.

Makanya, mumpung bulan puasa, mumpung kerjaan cukup banyak yang bisa digarap, mumpung masih ada energi dan mumpung semangat menggebu buat THR, saya jadi kerja dua kali lipat.

Urusan menjaga stamina selama bulan puasa sih gak ada yang istimewa. Makan cukup, minum cukup dan juga penuhi nutrisi tubuh.

Kurangi Porsi Nasi, Kopi dan Teh

Rahasia saya menjaga kesehatan juga simple kok. Saat berbuka, saya biasanya cuma makan tiga butir kurma. Kalau tidak ada kurma ya cari buah deh, jelek-jeleknya ya gorengan hahahaha. Yang penting minumnya air teh hangat sama air putih. Setelah itu baru dilanjutkan salat maghrib.

Kebetulan saya emang gak terbiasa buka puasa langsung makan berat. Kecuali kalau ada acara blogger. Yak, itu mah ikut suara terbanyak aja hahahah.

Setelah salat maghrib barulah saya makan berat. Tapi, kuncinya itu di porsi nasi, Saya sengaja mengurangi porsi nasi supaya tidak ngantuk saat salat tarawih. Ini yang jadi penyakit. Kabanyakan makan nasi jadi bikin mata sepet.

Begitu juga saat sahur. Porsi nasi yang saya makan paling cuma sekepal. Selebihnya perbanyak sayur, buah dan air minum.

Selama puasa, saya juga mengurangi kopi dan teh yang sifatnya diuretik. Paling kalau mau aja setelah tarawih baru ngopi.

Perbanyak Minum Air Putih

Yang paling saya jaga itu sih cuma air minum. Jadi, biasanya saat buka itu saya minum satu gelas. Setelah makan, minum lagi satu gelas, setelah tarawih saya cicil tuh minim tiga gelas deh sampai menjelang tidur. Kan sambil kerja malem-malem ngetik atau nulis buat #samberthr hahaha.

Baru, subuh dua gelas lagi, kadang ya kalau enggak begah sih tiga gelas. Tapi minumnya dicicil ya, enggak sekaligus glek gitu aja.

Alhamdulillah dengan cara seperti itu, badan enteng gak berat. Paling yang berat itu kan cuma rindu, rindu sama malam lailatul qadar. Semoga kita semua bisa dapet berkah dan rahmat pada malam tersebut ya. Amiiiin.

Dzulfikar AlAla

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun