Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sisi Gelap Dunia Pendidikan

3 Mei 2018   11:37 Diperbarui: 3 Mei 2018   13:03 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pak, nilainya sudah beres ya. Bapak gak perlu capek-capek lagi periksa dan koreksi" kata seorang ibu yang memangku bagian akademik di sebuah ruang sekolah.Saat itu saya baru saja pulih dari sakit. Tiga hari beristirahat di rumah memaksa saya harus menunda beberapa pekerjaan termasuk mengoreksi hasil ujian anak-anak kelas 7 di salah satu sekolah Islam di Tangerang Selatan.

Status saya saat itu memang bukan seorang guru tetap, apalagi guru honor, melainkan hanya seorang guru pengganti sementara. Kebetulan saat itu memang ada seorang guru tetap yang sakit berat.

Saya hanya menggantikan beliau selama setengah semester. Waktu yang amat singkat untuk mengenal anak-anak dan memberikan upaya penuh dalam mendidik mereka.

Namun, saya sangat kaget. Ketika kepala Akademik mengutarakan bahwa pekerjaan yang seharusnya menjadi tanggung jawab saya ternyata sudah diselesaikan entah oleh siapa. Apalagi mereka belum mendapatkan hasil koreksi dan nilai rekap dari saya.

Aneh, sungguh aneh pikir saya. Tapi, saat itu saya tak mau bertanya apalagi mendebat keputusan mereka. Toh, waktu saya di sekolah itu hanya tinggal menghitung hari saja sebelum pengumuman pembagian rapor siswa.

Saya tak pernah mau tahu dan tak ingin tahu berapa nilai yang didapatkan anak-anak. Bagi saya, tugas saya sudah cukup sampai di situ saja dan cukup saya yang tahu sisi gelap sekolah itu sampai saat ini.

Selama lebih dari 10 tahun berkecimpung dalam dunia pendidikan, fenomena ini bisa jadi hanya fenomena gunung es. Kurikulum, kebijakan, sdm dan beberapa faktor menjadikan pendidikan di Indonesia jalan di tempat.

Dengan berat hati dan sedikit baper, saya pun meninggalkan dunia pendidikan yang selama ini akrab. Dalam setiap kehidupan pasti ada sisi gelapnya tak hanya dalam dunia pendidikan.

Sekelumit kisah ini biarlah saya yang simpan dalam-dalam. Anda pun pasti sudah paham bagaimana kondisinya di dalam institusi pendidikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun