Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cita-cita, Guru dan Pekerja Lepas

18 April 2018   21:42 Diperbarui: 19 April 2018   07:27 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak kecil cita-cita saya berubah-ubah. Sepertinya tidak jauh berbeda dengan anak-anak lainnya. Sempat punya cita-cita ingin jadi tentara tapi sepertinya kurang cocok. Soalnya dulu saya termasuk anak paling badung hahahaha. Rasanya gak sanggup hidup dengan kedisiplinan tingkat tinggi. Soalnya saya orangnya selow gitu hahaha.

Menginjak bangku SMA, cita-cita sama makin lamur. Bahkan, saya malah pernah punya keinginan jadi seorang Astronom. Padahal saat itu Matematika saya ya jeblok hahaha. Mengingatnya jadi pengen ngakak deh. Jurusan saat di SMA pun yang saya pilih IPS. Padahal guru BK sudah menyarankan untuk masuk IPA. Lah, mau gimana lagi, wong saya orangnya milih selow kok. Ya sudah, saya akhirnya masuk jurusan IPS (Ikatan Pelajar Santai).

Lulus SMA, saya malah milih jurusan yang ngawur. Ngawur dalam artian ya asal pilih aja asal kuliah dan di Universitas negeri hahahaha. Enak sih di Negeri. Bayarannya waktu itu satu semester cuma 300 ribu rupiah doang. Abis itu angkatan adik jelas saya bayar nambah jadi 700 ribu rupiah, tahun berikutnya naik lagi jadi 1.3 juta rupiah. Terakhir saya dengar malah sudah jadi 3 jutaan rupiah. 

"Nah, penak jamanku to?" Cuma 300 ribu rupiah doang.

Memilih jurusan yang tidak terlalu mempertimbangkan passion itu akhirnya ya kuliah jadi setengah-setengah. Satu-satunya kelebihan yang saya miliki saat itu cuma jago debat hahaha. Tiap teman yang presentasi, pasti sudah wanti-wanti agar saya tidak mengajukan pertanyaan yang aneh-aneh. Namanya juga iseng, saya malah jadi sering melemparkan pertanyaan yang bikin presenter keki hahaha. Giliran saya presentasi pada mbales nanya yang aneh-aneh. Tapi jadi ramai toh!

Setelah lulus, saya langsung mengajar di salah satu bimbingan belajar. Cukup terkenal sih pada saat itu. Sampai sekarang pun masih ada bimbelnya. Artinya masih cukup eksis meskipun founding fathernya sudah almarhum. Bosan mengajar di institusi non formal, saya pindah ke sekolah. Lebih menantang, soalnya terjadi penurunan pendapatan drastis hahaha.

Gara-gara itulah akhirnya saya putar otak dengan cara ikut berbagai lomba blog. Eh, gak nyangka ternyata jadi ketagihan. Apalagi waktu itu Kompasiana lagi banyak menggelar lomba blog. Ada perasaan senang dan puas aja kalau jadi juara. Yakin deh, semua Kompasianer pasti merasakan hal yang sama. Dari pengalaman ikut lomba blog di Kompasiana itulah saya bisa mengumpulkan beberapa pencapaian dalam dunia blogging. 

Dari dunia blogging itulah, sepertinya sih saya menemukan passion saya. Senang aja gitu, tulisan kita dibaca banyak orang. Apalagi kalau sampai nangkring di halaman satu pencarian Google.

Sekarang, saya malah milih jadi pekerja lepas. Lebih bebas, lebih fleksibel dan lebih bertanggung jawab sama penghasilan sendiri. Jadi, adakah yang punya cita-cita jadi pekerja lepas juga? 

Postingan ini diikutsertakan dalam kegiatan KetapelsChalenge

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun