Kebetulan bulan Oktober 2017 yang lalu, Macao baru saja dinobatkan sebagai "City of Gastronomy" dari UNESCO. Macao dianggap memiliki banyak tempat wisata kuliner yang sangat unik. Sepertinya ini tema pariwisata Macau tahun 2018 yang akan diangkat.Â
***
Malam harinya kebetulan kami kangen dengan masakan Indonesia. Beruntung saat di Senado Square kami bertemu dengan TKI yang hendak lari di sekitar Gereja Tua. Lalu mereka merekomendasikan warung "Rasa Sayang" yang menyediakan makanan khas Indonesia. Tempatnya dekat sekali dengan Senado Square. Beruntung saat itu warungnya masih buka meski sudah pukul 21.00 malam.
Esok harinya sebelum berangkat ke Hong Kong, saya sempatnya berjalan kaki menuju Mosquita de Macau, masjid satu-satunya di Macau yang lokasinya ternyata tidak jauh dari Pelabuhan Macau. Di tenga perjalanan saya tertarik dengan beberapa bangunan pekuburan di Macau yang bak sebuah istana dengan pagar tinggi di pintu masuknya.
Jika dibandingkan dengan Indonesia, rasanya jauh lebih banyak potensi wisata di negeri ini. Tahun 2017 saja, target kunjungan wisatawan yang awalnya dipatok 15 juta wisatawan hanya tercapai kisaran 14 juta wisatawan per-tahun. Bandingkan dengan Macau yang dikunjungi wisatawan asing 2 kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan kunjungan wisatawan ke Indonesia.Â
Akhir kata saya ingin mengucapkan terima kasih pada Macao Government Tourism Office (MGTO) dan Kompasiana.com yang sudah memberikan saya pengalaman pertama ke luar negeri yang tak akan terlupakan. Terima kasih juga buat Mas Christo yang sudah kami repotkan, mas Deddy Huang yang rela fotoin kami saat narsis dan mbak Dewi yang bikin perjalanan tiga orang pria tidak menjadi garing hahaha.