Dari gedung ke gedung bau parfumnya beda (dok.pribadi)
Selain bisa jalan-jalan dan cuci mata, kami juga bisa sekaligus melihat-lihat denyut kehidupan di Macau. Seru juga ya kalau pas lewatin orang-orang pada ngumpul di salah satu meja permainan sambil mengacung-acungkan tangan. Kayaknya sih lagi hoki tuh!
Landmark begini lumrah di dalam Mal di Macau (dok.pribadi)
Setelah mendapatkan bus yang dimaksud, akhirnya kami langsung menuju hotel. Ketika tiba di daerah Senado, ternyata ini sih gak beda jauh dengan di Jakarta. Ibaratnya abis jalan-jalan daerah Grand Indonesia langsung disuguhi rumah-rumah susun di sekitar Jakarta Barat hehehe.
Wajah takjub saat pertama kali datang ke Macau (dok.pribadi)
Tapi jujur ya, saya lebih suka dibandingkan harus keluar masuk Mal dan Kasino. Gak betah aja karena harus periksa paspor segala hahaha. Kesannya saya kok kayak masih di bawah umur gitu. Padahal kalau sudah tahu, sebenarnya pasti kaget wkwkwk.
Ternyata oh ternyata pencarian hotel amat sulit. Apalagi harus naik turun bukit diantara belantara bangunan dengan tulisan-tulisan yang tak kami pahami. Beruntung trotoar di Macau itu enak banget. Batas-batasnya jelas mana hak bagi pejalan kaki dan mana jalur kendaraan.
So, di sini motor sama mobil itu pada ngebut rek. Padahal gang sempit. Tapi rata-rata jalur di sekitar pemukiman ini memang cuma satu arah sih. Jadi, saya juga enggak khawatir karena bisa dengan mudah mengetahui arah kendaraan datang.
Bener juga apa kata Kompasianer Dizzman yang pernah bawa anaknya ke Macau meskipun masih batita. Macau itu surganya bagi pejalan kaki buat kami.
Turun bukit (dok.pribadi)
Sebetulnya banyak tempat menarik lho waktu kami cari-cari hotel. Cuma karena mbak Dewi sepertinya sudah letih dan ingin segera sampai ke Hotel, kami tidak bisa berlama-lama berfoto. Kami hanya berempat dan satu-satunya yang tidak membawa koper hanya mas Deddy. Itulah enaknya kalau traveling cuma bawa backpack.
Foto doeloe (dok.pribadi)
Honestly, saya juga kurang pandai bergaya di dapan kamera. Tapi, demi konten dan niat membantu teman. Saya lebih banyak memotret mas Christo dan mas Deddy setiap ada tempat-tempat instagrammable. Menyusuri jalan-jalan kecil di Macau itu emang asyik. Saya jadi ingat seperti menyusuri daerah Kauman dan Taman Sari di Yogyakarta.
Kalau jeli sebetulnya sudah ada beberapa petunjuk yang bisa memberikan arah dengan jelas. Hanya saja karena kami masih keder di Macau jadi masih menggunakan petunjuk arah Google Maps. Nyatanya emang Google Maps itu kasih jalur memutar dan lebih jauh dari yang diperkirakan hahahaha. Padahal jarak dari Hotel ke Senado Square gak lebih dari 700 meter.
Kalau mau jalan paling gampang patokannya Senado Square aja (dok.pribadi)
Akhirnya kami berkeliling-keliling mengikuti petunjuk Google Maps. Cuaca juga sedang bersahabat, jadi sesekali saya berhenti dan harus tertinggal di belakang sementara mas Christo dan mas Deddy menjadi penunjuk jalan.
Saya cukup terkesan berada di Macau. Beruntung banget pengalaman pertama kali ke luar negeri saya bisa menjejakkan kaki di Macau. Biar kata Macau terkenal sebagai "Las Vegasnya" Asia, tapi saya benar-benar terkesan berada di Macau.
Lihat Travel Story Selengkapnya