Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pertama Kali Kerja Tak Diupah, Tapi Saya Malah Senang

28 November 2017   22:33 Diperbarui: 28 November 2017   22:36 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah perasaan apa yang membuat saya malah merasa senang ketika tidak mendapatkan upah saat pertama kali bekerja di salah satu lembaga bahasa Inggris di daerah Depok. Pada saat itu, sudah hampir selama satu bulan penuh saya mengajar di dua tempat. Pertama di kantor pusat di Jalan Margonda Depok dan yang kedua di sebuah sekolah yang bekerjasama dengan kantor saya di daerah Beji, Depok.

Cerita mengapa saya bisa mendapatkan pekerjaan ini, tidak lain karena tawaran dari salah satu teman saya saat saya masih duduk di bangku kuliah semester 6 di Ciputat. Waktu itu memang kebetulan saya tidak terlalu banyak kegiatan, terutama pada sore hingga malam hari. Ya daripada bengong, pikir saya, mendingan saya bisa bekerja membantu orang lain.

Minggu Pertama Membara

Minggu pertama mengajar, saya sangat bersemangat. Jalan Margonda yang terkenal macet hingga saat ini pun tak menjadi halangan buat saya. Yang membuat saya semangat, tak lain karena wajah anak-anak SD yang penuh dengan rasa penasaran ingin belajar bahasa Inggris. Apalagi jika diberikan games games menarik sehingga mereka bisa bermain sambil belajar.

Hal lain yang membuat saya bersemangat adalah saat mengajar di salah satu sekolah menengah farmasi. Tahu dong isinya dominan murid perempuan? Hahahaha. Saya merasa ada kecocokan dengan sekolah farmasi ini. Apalagi saat itu saya ditunjuk sebagai salah satu guru laboratorium bahasa. Sehingga posisinya sama dengan posisi seorang guru bidang studi.

Setelah 3 minggu dilewati Ternyata saya merasa lelah juga dengan jarak yang amat jauh. Dengan perjalanan sekitar 60 menit saya harus menempuh jarak sekitar 20 km. Jika pulang pergi artinya Saya harus menghabiskan waktu 2 jam dengan total jarak sekitar 40 km.

Namun tak ada kekuatan apa, jarak dan waktu tersebut malah menjadi pemicu saya untuk tetap mengajar. Bisa jadi saat itu idealisme saya untuk jadi seorang guru memang masih sangat tinggi. Belum mengenal yang namanya itung-itungan ngaji hahaha.

Namun apa daya, setelah hampir selama 1 bulan mengajar di tempat yang membuat saya merasa nyaman, justru saya tidak mendapatkan hak yang seharusnya saya dapatkan. Tiba-tiba kantor saya mau ngecas kerjasama dengan sekolah, dan hak saya pun tidak dibayar karena kantor menganggap sekolah belum membayar kewajibannya.

Terlalu Polos Memasuki Dunia Kerja

Mungkin saya masih terlalu polos saat itu, ternyata kantor yang saya tempati sedang dalam kondisi goncang. Beberapa pengajar senior telah lebih dahulu keluar dan pindah ke lembaga lain. Sementara Sisanya hanya tinggal menunggu hari. Dan saya hanya bisa menyaksikan detik-detik bagaimana akhirnya saya harus menerima bahwa apa yang telah saya lakukan selama sebulan penuh tidak mendapatkan sepeserpun bayaran.

Saya pun pulang dengan langkah yang gontai. Waktu itu belum jamannya HP, jadi saya belum bisa menceritakan kejadian yang mengejutkan tersebut pada teman saya. Bos saya malah menawarkan untuk pindah ke cabang lain. Namun jawaban yang dimaksud adalah kantor yang lebih jauh tempat yang saat ini akan ditutup yaitu di daerah Depok 2.

Jangankan memahami undang-undang tenaga kerja, kontrak kerja pun saat itu belum saya dapatkan. Jujur Memang karena awalnya niat saya hanya iseng dan ini Mengisi waktu di selas sela kuliah. Emang ada rasa sakit meskipun hanya sesaat. Yang membuat saya melupakan dan menerimanya adalah ternyata banyak orang tua dari anak-anak yang saya ajari justru meminta saya untuk memberikan kelas privat. Pada akhirnya beberapa memang saya terima namun beberapa saya tolak dengan alasan jarak yang terlalu jauh dari Ciputat.

Itulah pengalaman pertama kali saya bekerja pada sebuah lembaga yang saat ini justru masih eksis dengan namanya yang cukup besar. Sejak itulah saya mulai berhati-hati menerima pekerjaan meskipun tawaran tersebut datang dari teman saya sendiri. Bagi saya pengalaman tersebut merupakan pengalaman yang sangat berharga.

https://dzulfikaralala.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun