Ahmad Fuadi hadir berbagai resep menulis kepada 30 Kompasianer di Studio Room Kompasiana, Palmerah Barat, Jakarta (25/8). Fuadi tidak hanya membongkar kiat-kiat menulis novel terbaiknya, namun ia juga berbagi resep bagaimana tulisan dipasarkan, bagaimana cara mendapatkan endorsementhingga berbagai cerita behind the scene proses pemilihan cover buku Negeri Lima Menara dan Novel terbarunya Anak Rantau.Â
Bahkan 30 Kompasianer ditantang untuk membuat novel minimal seumur hidup satu kali.
Membuat novel memang tidak mudah, tapi dapat dilakukan dalam waktu 360 hari. Mencicil satu halaman satu hari. Dan itulah yang dilakukan oleh Ahmad Fuadi. Tak semuanya langsung jadi dalam semalam. Ada banyak jalan dan proses riset panjang yang dilalui sehingga Ahmad Fuadi mampu membuat novel triloginya menjadi buku paling laris dan bahkan diangkat ke layar kaca.
Apa yang membuat novel Ahmad Fuadi begitu hidup dan mewakili banyak orang?
Jawaban tersebut karena Ahmad Fuadi berhasil menarik hati para pembacanya untuk intes berhari-hari asyik masyuk membaca novelnya. Rata-rata para pembaca novel Ahmad Fuadi seperti Trilogi Lima Menara dan Anak Rantu, dapat dilahap dalam dua atau tiga hari untuk satu buku.
Fuadi menjelaskan itulah mengapa bahwa tulisan bisa masuk ke dalam pikiran setiap orang, seperti "menembus" ribuan bahkan jutaan kepala orang.
Salah satu skills yang juga harus dimiliki penulis novel saat ini adalah kemampuan marketing. Kemampuan marketing sudah menjadi salah satu kunci sukses sebuah novel bisa berhasil.
Fuadi juga meminta beberapa endorse pada tokoh-tokok yang dikenalnya. Tak ada patokan yang jelas, namun Fuadi mencontohkan jika ingin meminta pada kyai berarti dia punya sebuah pesantren, kalau ingin meminta pada penulis, berarti dia sudah punya karya, dan seterusnya.
Nah, kira-kira bisakan Anda juga memulai menuis novel perhalaman dalam sehari?