Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sadar Pentingnya Asuransi Pendidikan Setelah Ayah Meninggal Dunia

19 Juni 2016   23:40 Diperbarui: 19 Juni 2016   23:52 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sialnya tangan Ayahterlalu kecil untuk merogoh kepala anak kambing. Akhirnya Ayah meminta saya untuk membantu mengeluarkan sang bayi kambing. Dengan bau yang menyengat sambil termuntah-muntah saya memaksakan diri merogoh bayi kecil untuk segera keluar demi keselamatan sang induk.

Setelah beberapa lama operasi penyelamatan, akhirnya kami berdua berhasil mengeluarkan bangkai anak kambing dari rahim sang induk. Entah apa rasanya sang induk ketika melihat anaknya telah kaku. Bahkan saat itu sang induk sudah tidak bisa berdiri lagi. Ia hanya berbaring seperti kehabisan tenaga.

Singkat cerita sang induk akhirnya mati jua meskipun sudah dilakukan berbagai upaya untuk memulihkan tenaganya.

Dari pengalaman itu sepertinya Ayah memetik sebuah pelajaran berarti bahwa memeliharan kambing bukan tanpa resiko. Ada resiko yang juga harus ditanggung.

Karena kesibukan pekerjaan sepetinya Ayah mulai meninggalkan usahanya mememilihara kambing. Kambing-kambing yang tersisa saat itu akhirnya dititipkan kepada tetangga dengan cara bagi hasil seperti yang selama ini dikenal oleh masyarakat dengan sistem paro.

Setelah lulus SMP saya sempat sekolah SMA di Bandung beberapa bulan hingga akhirnya pindah ke Yogyakarata. Sejak saat itu saya tak pernah tahu lagi apa yang Ayah lakukan untuk berinvestasi bagi pendidikan anak-anaknya. Saat pulang yang saya tahu Ayah malah jadi suka bertani. Tapi hasilnya sepertinya hanya untuk dikonsumsi sendiri.

Dari pengalaman Ayah tersebut saya jadi banyak belajar bahwa investasi dana pendidikan itu sangat penting. Bagaimanapun caranya harus ada penghasilan yang disisihkan untuk membiayai dana pendidikan meskipun saat ini merasa belum membutuhkan.

Kini saya memiliki dua anak. Dan saya banyak belajar dari pengalaman Ayah bagaimana saya harus mempersiapkan dana pendidikan buat kedua anak saya. Beruntuk istri saya seorang guru TK di Al-Fath BSD. Kebetulan sekolah memiliki kebijakan untuk membebaskan biaya pendidikan anak-anak gurunya. Namun hanya berlaku untuk satu anak, sedangkan anak kedua tetap harus membayar penuh.

Ayah semasa hidupnya merupakan pribadi yang sangat sederhana dan tidak banyak menuntut apa apa (dok.pribadi)
Ayah semasa hidupnya merupakan pribadi yang sangat sederhana dan tidak banyak menuntut apa apa (dok.pribadi)
Meskipun anak saya saat ini masih sekolah gratis dan merupakan tingkat pendidikan yang paling dasar, saya sudah mempersiapkan dana pendidikan anak dengan menyisihkan sebagian penghasilan saya setiap bulannya.

Meskipun mendapatkan sekolah gratis, beberapa kebutuhan harian dan bulanan tetap harus ada yang harus dipersiapkan. Untuk itulah saya menyadari bahwa biaya pendidkan kian tahun kian naik, sehingga saya harus menyiapkan dana setidaknya agar pada waktunya nanti tidak terlalu banyak yang harus dibayarkan.

Belakangan saya malah tambah kepikiran untuk ikut asuransi pendidikan setelah Ayah meninggal dunia pada tahun 2015 silam. Ayah meninggalkan seorang istri dan 12 anak. Empat diantaranya sudah bekerja jadi tinggal delapan orang lagi yang masih butuh dana pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun