Magnit yang digantung dekat lampu sebagai petunjuk arah kiblat di musholla kapal KRI Banda Aceh 593/dok.pribadi
Suara adzan tetap berkumandang selama berlayar. Hanya saja kumandang adzan hanya terdengar tiga kali waktu salat. Saat waktu salat shubuh, dzuhur dan maghrib. Kumandang adzan ini menyusup hingga ke bilik bilik kamar peserta ENJ 2015 yang tengah berlayar melewati laut Banda tujuan Makassar-Sorong.
"Vir, kamu yang suka adzan ya vir?" tanya saya pada salah satu rekan kamar yang namanya selalu tercantum dalam petugas muadzin.
"iya bang. Abang mau adzan?" tanyanya balik.
"Enggak Vir, ane cm nanya doang. Emang adzannya dimana?"Â
"Itu bang naik ke anjungan"
Anjungan ini adalah pusat kontrol dan pusat kendali KRI Banda Aceh 593. Disitulah para muadzin setia mengumandangkan adzan meskipun dalam kondisi safar. Berkat merekalah, nuansa kampung halman tetap terasa meskipun berada di belantara Samudera.
***
Solat adalah kewajiban tiap seorang muslim dalam keadaan apapun juga. Nah, termasuk di KRI Banda Aceh 593 yang kami tumpangi, terdapat sebuah kabin yang sudah diubah fungsinya menjadi musholla. Tempatnya tidak terlalu luas dengan ukuran kira kira 2x4 meter.
Musholla di KRI BAC 593 tidak terlalu besar. Kapasitasnya jika digunakan maksimal hanya menampung antara enam sampai dengan delapan orang saja. Didalam Musholla kebtulan terdapat sebuah bufet kecil yang ditempatkan di pojok, untuk menyimpan beberapa kitab suci Al-Quran.
Karena selama perjalanan ke Sorong dari Makassar membutuhkan waktu selama tiga hari 12 jam, maka saya selalu menjama qashar solat saya. Beberapa ada yang seperti saya, tapi ada juga yang normal lima waktu seperti hari hari biasanya.
Saat KRI BAC berhenti, akan sangat mudah untuk menentukan kiblat dengan menggunakan apps smartphone. Namun saat tidak ada sinyal, otomatis smartphone tidak bisa berbuat banyak kecuali hanya sebagai tempat menulis draft tulisan atau menghibur diri dengan bermain game.
Nah, ketika KRI BAC berlayar, menentukan kiblat pun cukup mudah, KRI tidak terlalu banyak bermanuver, konstan mengikuti jalur perjalanan. Sehingga posisi KRI tetap berlayar kearah Timur. Dalam posisi demikian kita bisa menentukan kiblat berdasarkan magnet yang digantung didekat lampu penerangan.
Pada awalnya saya juga belum mengerti, namun setelah bertanya pada peserta lain, barulah saya menyadari bahwa sudah ada kompas sederhana yang bisa menunjukkan kemana arah kami menundukkan wajah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI