Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menjala Rupiah Kusut di Pulau Terdepan

15 Juni 2015   21:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:02 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dermaga Pulau Kodingareng, Sulsel

Hari pertama (6/6) mengikuti Ekspedisi Nusantara Jaya 2015 di Makassar, saya bersama Nurulloh akhirnya mulai membaur dengan para peserta. Untunglah di awal masuk ke KRI Banda Aceh, malam sebelumnya, kami bertemu dengan teman kamar kami, Alfian dari Universitas Negeri Malang yang mencoba memberikan beberapa penjelasan apa saja yang perlu kami ketahui selama berada di KRI BAC. Alfian sangat ramah dan berkeliling ke beberapa kabin, mulai dari tempat laundry, penggunaan toilet dengan flush hisap ala kapal laut, tempat mandi showeran, hingga musholla. Penjelasan singkat itu cukup membantu kami yang masih jetlag karena perjalanan pesawat dengan menggunakan Lion Air dari Jakarta.

Setelah mandi kemudian solat, akhirnya kami benar-benar bisa istirahat di kamar bersama para peserta lainnya. Didalam kamar kami diisi oleh 30 orang peserta. Semua orang yang berada di KRI BAC wajib mentaati segala peraturan yang ada tak terkecuali media dan juga saya yang mewakili blogger Kompasiana. Aturan yang sangat khusus memang tidak ada, yang penting ketika memasuki ruang makan harus menggunakan celana panjang dan kaus berlengan jika tidak ingin di tegur oleh para marinir.

Penjagaan ketat oleh Prajurit TNI AL

Esok paginya (6/6) kami mulai mengikuti rangkaian acara, sayang karena masih letih kami tidak bisa ikut ke pantai Losari bersama para peserta ENJ lainnya untuk kegiatan bersih-bersih pantai. Akhirnya setelah mandi dan makan, kami menunggu keberangkatan ke Pulau Kodingareng di Kecamatan Ujung Tanah. Kami berangkat menggunakan kapal Landing Craft Utility milik TNI AL khusus yang bisa menampung 150 penumpang. Pagi itu kami hanya berangkat bersama beberapa pegawai BI yang akan melakukan sosialisasi keaslian uang, kewajiban menggunakan rupiah terutama di daerah laut yang kerap kali terjadi transaksi dengan mata uang asing, sosialisasi dan pengenalan non tunai, pengelolaan keuangan dan kewirausahaan, serta jasa penukaran uang secara gratis tanpa biaya tambahan apapun.

Bantuan di dalam kapal LCU

Beberapa bantuan pun dibawa kedalam kapal seperti dua torrent, beberapa buku dan biskuit, pemancar, TV, dan solar cell untuk kebutuhan hiburan warga di daerah terpencil dan terisolir. Pulau Kodingareng sebetulnya tidak terlalu jauh dari Pelabuhan Soekarno Hatta, Makassar. Dengan kapal cepat bisa ditempuh dengan waktu antara 30 hingga 60 menit saja.

Prajurit selalu sigap dalam tugas

Karena membawa uang dalam jumlah yang cukup banyak, pengawalanpun dilakukan oleh TNI AL dengan senjata lengkap, Kawasan laut Indonesia yang sangat luas memang masih sangat rawan terhadap perampokan diatas laut. Untuk itulah dilakukan pengawalan apalagi karena membawa uang baru untuk kegiatan penukaran uang.

Beberapa pejabat yang langsung terjun ke Pulau Kodingareng, Sulsel

Beberapa pejabat pun turut hadir dalam kegiatan pagi itu diantaranya adalah Dan Satgas Letkol Laut (P) Heri Prihartanto dari Kolinlamil Tanjung Priok Jakarta (Baju Loreng), Camat Ujung Tanah Drs. Andi Undro, M.Si (Baju Putih), Bapak Karsono Asisten Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (Mengenakan Rompi Cokelat bertopi), dan perwakilan dari Kemenpora.

Ketika kami datang, seperti layaknya pejabat, terdapat beberapa sambutan dari warga. Bahkan kami disambut dengan keunikan lokal palang pintu. Beberapa anak pulau terlihat berenang hilir mudik disekitar dermaga. Keindahan alam pulau ini khas seperti wilayah Indonesia bagian Timur lainnya. Air laut yang masih jernih, pasir putih yang halus, dan wajah ramah warga yang menyambut kami.

Tak luput disajikan pula tarian Anging Mamiri di balai pertemuan yang dihadiri oleh seluruh warga, ketua RT dan RW, serta para peserta ENJ2015 yang kurang lebih berjumlah 170 orang perserta.

 

Para penari melenggak lenggok dengan gemulai. Bukan hanya kami saja yang menyaksikan, beberapa siswa sekolah berseragam Pramuka pun tampak antusias melihat tarian yang biasanya memang ditampilkan untuk menyambut tamu, didalam sebuah perkawinan yang sudah merupakan tradisi dan budaya di Pulau Kodingareng, kecamatan Ujung Tanah.

 

Beberapa rumah warga memang khas rumah panggung. Diatasnya untuk para penghuni sementara dibawahnya digunakan untuk binatang ternak atau fungsi lainnya. Namun beberapa rumah, sudah berubah dari bentuk aslinya sehingga dijadikan rumah tingkat.

 

Yang membuat saya cukup antusias adalah ketika warga berbondong-bondong datang untuk menukarkan uangnya. Kondisi uang mereka boleh dikatakan sudah sangat parah hahaha. Mulai dari yang sobek, berlubang, bahkan masih ada uang yang sudah tidak berlaku lagi masih tetap disimpan oleh mereka.

 

Ketika saya bertanya pada salah satu petugas BI, bahwa kondisi uang akan ditaksir layak ditukarkan atau tidak, Para pegawai BI ini bertanggung jawab dengan uang yang dibawa. Uang yang dibawa jumlahnya harus sama dengan uang yang ditukarkan dalam kondisi apapun juga, tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih.

Pemandangan ini menunjukkan bahwa perhatian pemerintah amat sangat dibutuhkan di beberapa pulau perbatasan, pulai terdepan, terluar demi mempertahankan kedaulatan Negara Republik Indonesia. Hal yang dilakukan oleh BI ini merupakan cara untuk merawat kedaulatan Indonesia di pulau pulau terpencil. Betapa bahagianya para penduduk, saudara kita yang kedatangan tamu dari berbagai daerah juga. 

 

 

 

Solar Cell Bantuan Pemerintah

 

Para Peserta ENJ 2015 dari berbagai elemen dan PTN

Akhirnya kami memang tidak bisa berlama-lama di Pulau Kodingareng ini. Setelah semua rangkaian kegiatan selesai dan pemberian bantuan secara simbolis sudah dilakukan kemudian kami semua kembali ke kapal untuk merapat ke Mothership KRI Banda Aceh.

 

Para perserta terbagi dua, beberapa peserta mengikuti Kemenpora ke pulau lain untuk membagikan buku-buku. Perpisahan pun akhirnya tiba. Dan kami diantar oleh warga yang menyambut kami.

Semoga ada kesempatan untuk kembali kesana.

 

 

KRI Banca Aceh, Makassar 6 Juni 2015

Salam Hangat,

@DzulfikarAlala

 

Ps. Semua Foto Dokumentasi Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun