Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Chevrolet Spin, Mobil Impian Keluarga Muda

25 September 2013   10:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:25 3178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rekan-rekan yang lain sepertinya belum sepenuhnya realize bahwa mobil yang mereka tumpangi bermesin diesel. Karena suasana dalam kabin cukup senyap untuk ukuran mobil diesel. Dengan fasilitas audio empat speaker, alunan tembang lagu lawas dari radio menemani perjalanan kami hingga ke peristirahatan pertama. Udah pasti ketahuan tuh sapa yang milih lagu hehehe.

Wah pengalaman yang cukup menarik pertama kali mengendarai Chevrolet Spin. Sayangnya jarak tempuh yang saya rasakan sangat pendek dengan medan yang tidak telalu menantang hanya di jalan tol saja.

Setelah briefing akhirnya Ernest mengambil alih kemudi. Demi merasakan menjadi penumpang saya memilih duduk di baris paling belakang bertukar dengan Nurul Uyuy. Inilah salah satu admin yang dititipkan panitia kepada kami hehehehe. Maklum lah penganten baru :D

Setelah beberapa saat melaju, kami berbincang panjang kali lebar dan tertawa bersama sampai-sampai saya terlelap karena kelelahan. Entahlah, tapi pendingin udara memang saya rasakan hingga baris paling belakang. Meskipun Chevrolet Spin ini double blower, tapi lubang pendingin tetap tersedia hingga baris belakang. Berbeda dengan jenis MPV sekelas yang masih menggunakan sistem lama dengan blower kedua hanya ditengah. Tak lupa saya memasang sabuk pengaman meskipun duduk paling belakang. Headrest pun saya atur sesuai dengan ketinggian kepala saya, meski pada akhirnya rada percuma karena saya bisa terlentang sendirian di belakang.

Saat terbangun tiba-tiba sudah keluar dari tol Jagorawi. Menyusuri kepadatan lalu-lintas Bogor, kami sempat kebingungan melihat peta jalan. Yang jadi patokan hanyalah rambu jalan menuju kampus IPB Dermaga. Untunglah tak berapa lama akhirnya kami bertemu dengan mobil panitia. Ernest akhirnya memutuskan untuk membuntuti mobil panitia.

Disinilah ketangguhan mesin diesel sebenarnya diuji. Ternyata dengan kontur jalan yang tidak rata dan patahan-patahan tajam saat melewati tanjakan, Chevrolet Spin sepertinya dengan mudah dikendalikan dan mampu bermanuver saat melewati jalanan berkerikil dan berbatu. Karena Ernest belum menyadari mobil yang dia kemudiakan bermesin diesel, sehingga beberapa kali mobil mati. Tapi setelah saya kasih tau, akhinya dia bisa menguasainya dengan mudah. Memang butuh teknik khusus untuk mengendarai mobil diesel.

Sebagai penumpang paling belakang, saya merasakan cukup nyaman dengan suspensi McPherson. Tapi saya belum membuktikan jika bagasi dalam kondisi full apakah cukup membuat buritan menjadi lebih mendem hingga mengurangi ground clearance. Yang jelas saya masih bisa tidur selama dua ronde dalam perjalanan dari pos pertama menuju Gunung Bunder di bangku paling belakang hahahaha.

Setelah tiba di tujuan, kemudian kami makan siang. Satu hal yang masih saya ingat saat makan siang adalah komentar mas Udin "inilah tempe ternikmat yang saya rasakan" hahaha. Maklum harga tempe selangit dan saat itu salah satu hidangannya adalah tempe. Alhamdulllah...

Diskusi Berbobot dan Mendalam Bersama Aris FH (Wartawan Kompas Otomotif)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun