Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menyusuri Temaram Gua Lalay Sawarna Banten

15 Januari 2014   14:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:48 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

menyusuri pematang sawah (semua foto dokumen pribadi) Destinasi pertama yang di kunjungi saat ke Desa Sawarna sebetulnya adalah gua lalay. Tapi entah kenapa saya lebih tertarik pada timbul (sunrise) dan tenggelamnya (sunset) matahari. Jadi postingan pertama Senin, lalu seharusnya adalah destinasi yang ketiga di Desa Sawarna Bayah, Banten. Panjang gua lalay di perkirakan berjarak kurang lebih 1000 meter. Untuk tiap kedalaman memiliki tantangan dan medan yang berbeda-beda. Yang jelas, karena masih di jadikan tempat tinggal para kelelawar, akhirnya penduduk disana menyebutnya sebagai goa lalay. Gua yang memikat karena stalaktit dan stalakmitnya ini memang salah satu destinasi wajib ketika kita datang ke Sawarna. Akan sangat di sayangkan sekali jika tak sempat menyusuri keindahan temaram gua lalay. Jarak antara Homestay dengan goa lalay sekitar 1,5 km. Tentu saja bagi kami yang baru saja tiba di Sawarna setelah menempuh perjalanan selama delapan jam bukanlah hal yang mudah. Apalagi kami bukan olahragawan yang rutin terbiasa olahraga tiga kali dalam sepekan. Namun, selama di perjalanan menuju goa lalay, kami di suguhi dengan pemandangan yang sangat memukau. Pematang sawah terhampar luas dan sedang menguning. Beberapa anak-anak terlihat sedang mengusih burung-burung yang mencari makan di tengah sawah.

20140110_155205
20140110_155205
Selain di suguhi dengan pemandangan yang memukau, kami pun kembali harus melewati sebuah jembatan gantung. Jembatan gatung menuju goa lalay terlihat lebih luas dan lebih kokoh. Meskipun terdapat sebuah jembatan, namun ternyata kedalaman sungai hanya selutut orang dewasa. Beberapa anak-anak kampung terlihat asyik bermain air di pesisir sungai. Bahkan beberapa ibu-ibu sedang asyik mencuci pakaian di pinggir sungai dengan warna air yang keruh. Air sungai di Sawarna memang terlihat cukup coklat karena dijadikan sebagai sumber air untuk mengaliri sawah. Setelah itu dikembalikan lagi ke sungai. Maka tak heran setelah seharian hujan mengguyur, sungai tak ubahnya seperti sawah karena warnanya yang coklat pekat.

20140110_155721
20140110_155721

20140110_160248
20140110_160248

Setelah hampir beberapa menit melawati keindahan alam pedesaan akhirnya kami tiba di sebuah pos yang jaraknya hanya 10 meter dari mulut gua. Disini setiap pengunjung akan diberikan arahan oleh petugas jaga. Setiap kepala di kutip lima ribu rupiah sebagai retribusi wisata. Meskipun menyediakan perlengkapan caving yang cukup lengkap mulai dari helm, pelindung lutut dan siku serta headlamp, tapi kami di izinkan masuk tanpa alat pengaman karena jarak yang di izinkan untuk anak-anak usia SMP dan SMA hanya berkisar 150 meter saja.

Dengan jarak seperti itu sudah bisa menyaksikan kelelawar yang bertengger di atap gua dan proses terbentukanya stalaktit dan stalakmit. Setelah diberikan pengarahan, kemudian kami pun masuk bergiliran. Kebetulan saya memandu grup F dengan anggota sembilang orang perserta didik. Semua anggota saya adalah anak-anak SMP. Meskipun grup F tapi grup kami selalu berada di depan.

20140110_161102
20140110_161102

20140110_161811
20140110_161811

20140110_162146
20140110_162146

Ini ketua kelompok dan wakil kelompok Grup F. Mereka berdua memiliki energi yang tak habis-habisnya. Sesekali saya selalu mengingatkan mereka untuk tidak terlalu bersemangat karena anggota kelompoknya kerap kali tertinggal.

20140110_162204
20140110_162204

Hanya dengan menggunakan kamera smartphone, saya mengambil beberapa gambar. Syukurlah gambarnya tidak terlalu mengecewakan. Sementara juru fotonya bergabung dengan kelompok terakhir di belakang.

20140110_162706
20140110_162706

Anak-anak sepertinya sangat excited sekali. Bahkan ketua grup dan wakil ketua grup F menantang saya untuk masuk gua lebih dalam lagi. Kemudian saya memeberikan arahan bahwa tidak bisa sembarangan masuk lebih dalam karena semakin dalam oksigen yang berada di gua akan semakin berkurang disamping itu ada bau gas yang keluar dari gua. Tanpa peralatan lengkap mustahil menjelajahi gua lebih dalam.

20140110_162809
20140110_162809

Beberapa anak bahkan dengan sengaja meminum tetesan-tetesan air yang mengalir dari stalaktit. Sementara anak lainnya menimpali bahwa mereka minum pipisnya kelelawar hehehe.

20140110_162918
20140110_162918

20140110_163117
20140110_163117

Bagi saya ini adalah pengalaman pertama kalinya menyusuri sebuah gua yang masih di huni oleh kelelawar. Sensasinya memang sangat berbeda karena kami menyusuri gua yang dibawahnya mengalir sungai yang dangkal. Pasir sungai terasa di jemari kaki bahkan beberapa batu karang sempat menggores kaki anak-anak yang merupakan "oleh-oleh" dari penelusuran sebuah gua.

20140110_163147
20140110_163147

Dengan berbekal headlamp dan beberapa senter kecil, gua yang gelap gulita menjadi sedikit temaram dan memiliki nuansa yang tak terlupakan. Sambil menunggu beberapa kelompok lagi yang datang, saya pun mengabadikan beberapa momen penting bagi anak-anak. Ini adalah pembelajaran yang terbaik bagi anak-anak langsung dari alam. Mereka tidak hanya membaca tapi bisa melihat proses terbentuknya stalaktit dan stalakmit.

20140110_155156
20140110_155156

Dalam perjalanan pulang kedua anak didik saya masih saja ngedumel karena tidak di berikan kesempatan untuk menyusuri gua lebih dalam. Sementara beberapa anak meratapi nasib tablet dan handphonenya yang tercebur di sungai dalam gua. Mereka lupa untuk menitipkan pada guru pembimbingnya masing-masing.

20140110_155201
20140110_155201
Dalam perjalanan kami di suguhi kembali pematan sawah yang siap dipanen. Bulir-buir padi menyembul seolah sudah ingin meloncat. Suasana pinggir pantai yang tidak terlalu panas untuk ukuran kawasan pantai selatan. Akhirnya grup F pun keluar dan bergegas mengejar matahari terbenam di Tanjung Layar. Puas dengan penjelajahan singkat nan eksotik menikmati gua lalay di Desa Sawarna, Bayah, Banten. Salam Hangat @DzulfikarAlala

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun