Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Kopi Oey dan Ilmu Kopi

25 Mei 2013   23:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:01 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sayangnya masyarakat kita lebih mudah terjebak buaian iklan dan gengsi semata. Belum merasa keren jika belum ngopi di kafe dengan kopi asal Amerika. Padahal di Amerika sendiri yang lebih tersohor adalah kopi Sumatra asal Indonesia.

Inilah yang BW coba lakukan dengan mensosialisasikan kopi khas Indonesia. Cita rasa tinggi dengan harga yang jujur sejujur jujurnya. Dengan harga cukup terjangkau, lebih murah dari kopi di cafe dengan cap asing, Kopi Oey menghadirkan cita rasa kopi Indonesia dengan kualitas ekspor.

Bagi penikmat kopi tentu akan lebih nikmat jika menggiling kopi sendiri kemudian langsung diseduh. Ibaratnya jika menggiling sendiri biji kopi kira-kira seperti ketika kita memancing di laut, kemudian ikan yang masih fresh dan segar itu langsung diolah untuk dimakan, entah itu di goreng atau di bakar. Rasanya sudah pasti sangat berbeda. Lebih fresh dan lebih nikmat. Maka ada hukum tak tertulis bahwa semakin lama kopi itu diperam akan semakin nikmat pula rasanya. Penyimpanan kopi pun tidak sembarangan. Lamanya bisa sampai 5 hingga 7 tahun untuk mendapatkan kualitas kopi nomor wahid.

Tapi jangan salah, meskipun kopi kualitas nomor wahid tetap ada cara tersendiri dalam menyajikan dan mengolahnya. Kebanyakan dari kita menyeduh kopi asal-asalan. Sobek, tuang, campur air panas lalu siap dihidangkan. Tidak, tidak seperti itu. Maka disinilah letak etika dan estetika kopi sehingga bisa menghasilkan cita rasa kopi tereenak di dunia. Meskipun kopinya kopi luwak namun kita tidak paham cara menyeduhnya dengan benar maka rasanya tidak akan jauh dari kopi hitam sachet-an.

kopi
kopi

Saya pribadi bukan maniak kopi, namun saya cukup menikmati minum kopi. Ada beberapa kopi yang menurut saya cukup nikmat dan cocok dilidah saya. Sekali lagi kopi tereenak sedunia balik lagi bergantung juga ke selera masing-masing. Setelah mencicipi kopi Toraja, Kopi Luwak Hutan Lampung dan Aceh Gayo pilihan saya memang jatuh pada kopi Aceh Gayo. Entah kenapa, mungkin karena rasa pahitnya yang lebih pekat dan nikmat di lidah.

Banyak hal yang bisa kami pelajari setelah berdiskusi dengan BW. Beliau banyak memberikan hal-hal yang selama ini tertutup awan. Kami semua merasa mendapatkan banyak hal dalam pertemuan singkat tersebut.

Akhirnya acara ditutup dengan menikmati singkong plus sambal dan Sego Ireng.

Referensi:

http://kopitiamoey.com/tentang-kopitiam-oey/

http://media.kompasiana.com/buku/2010/12/10/mangan-ora-mangan-nya-umar-kayam-325180.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun