Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mengapa Saya Mengajar di Sekolah Buddhis?

20 Oktober 2012   03:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:37 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bagaimana jika saya ... ..."

Semua pikiran-pikiran itu memang awalnya terus berkecamuk dalam diri saya. Padalah saya belum menjalaninya. Tapi setelah masuk pada masa-masa awal ternyata pikiran-pikiran negatif saya itu memang salah. Saya bisa tetap melaksanakan Sholat dengan mudah. Saya bisa melaksanakan di Masjid samping sekolah karena bersebelahan dengan BSI. Sehingga saya bisa melaksanakan ibadah pada waktunya. Saat sholat Jumat pun sekolah memberikan dispensasi agar saya bisa Sholat Jumat berjamaah.

Di awal masuk saya perkenalkan diri saya pada anak-anak bahwa saya adalah seorang Muslim. Saya berharap anak-anak tidak bertanya-tanya jika sewaktu-waktu mereka melihat gurunya sedang sholat di ruang guru.

Kebetulan ada tiga orang guru yang beragama Islam di sekolah ini. Salah satunya adalah guru di unit (SMP/SMA) yang sama dengan saya. Jadi saya minimal punya kawan untuk diajak sholat berjamaah. Apalagi ternyata teman saya ini berasal dari Tasikmalaya. Jadi sama-sama urang Sunda hehehe.

Alhamdulillah apa yang saya rencanakan dan cita-citakan terwujud juga. Saya bisa tetap mengajar sekaligus menghadiri acara-acara blogger untuk meliput acara atau sekedar kumpul-kumpul bersilaturrahmi saling berbagi dan menginspirasi.

Istri saya pun akhirnya ikut pindah ke sekolah yang bersebelahan dengan sekolah saya. Jadi kami bisa berangkat kerja dan pulang kerja bersama-sama. Istri saya mengajar di TK Al-Fath, BSD.

Pesan ayah saya hanya satu "Tampakkan Akhlakul Karimah dimanapun kamu berada, termasuk di Sekolah Buddhis sekalipun". Meski awalnya kedua orang tua saya kaget ketika saya bilang mau pindah ke Sekolah Buddhis tapi akhirnya mereka mengizinkan dan mensupport apa yang saya harapkan.

Kini saya bisa berbagi dan mengisnpirasi rekan-rekan guru dan anak-anak dari kegiatan saya lewat tulis menulis. Saya perkenalkan blog saya di Kompasiana dan beberapa blog yang saya kelola secara mandiri. Beberapa anak bahkan terheran-heran mengapa saya bisa mendapatkan banyak hadiah hanya dari sekedar menulis.

Betul, dari menulis itu memang banyak keajaiban yang saya dapatkan.

"Menulislah setiap hari dan perhatikan apa yang terjadi" itulah kata-kata yang selalu diucapkan Om Wijaya Kusuma seorang guru yang juga blogger yang telah menelurkan delapan buah buku dari hasil menulis setiap hari.

Salam Hangat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun