Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Pengalaman Baru Setelah Satu Dasawarsa Tidak Naik KRL

19 Juni 2012   11:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:47 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah puas berbelanja kemudian kami ke food court. Saya memesan tongseng daging sapi. Sayang rasanya sudah berbeda. Padahal tongseng di food court Blok A Tanah Abang ini dulu termasuk favorit saya. Mungkin kokinya sudah berbeda.

13401023091428749001
13401023091428749001

Setelah mengisi perut, kemudian kami melaksanakan sholat Dzuhur di Masjid. Letak Masjid ada di atap Blok A pasar Tanah Abang. Masjidnya sangat luas dan nyaman. Sehingga anak saya pun senang berlari kesana kemari di Masjid.

Setelah selesai berbelanja akhirnya kami kembali ke Stasiun Tanah Abang. Sayangnya ketika tiba disana hanya tinggal beberapa menit saja waktu untuk mengejar kereta yang akan berangkat ke Serpong. Akhirnya kami memutuskan untuk menunda keberangkatan. Kami harus menunggu kurang lebih sekitar 50 menit. Waktu yang cukup lama di sore hari yang padat.

Suasana Stasiun Tanah Abang sore itu cukup padat. Minimnya lahan untuk para penumpang yang menunggu kereta membuat banyak diantara mereka yang harus duduk di lantai. Bahkan kami pun melakukan hal yang sama karena memang tidak ada lagi tempat duduk yang tersisa.

Sambil menunggu kereta saya bermain bersama si kecil. Saya memutuskan untuk menunggu di atas. Karena jika menunggu di bawah sudah jelas tidak mungkin mendapatkan space untuk menunggu. Banyak penumpang yang berjubel menunggu kereta saat itu. Saya membayangkan bagaimana jika ini terjadi pada hari kerja? Bisa saja lebih ramai dibandingkan saat itu.

Sepuluh menit sebelum berangkat akhirnya kami turun. Menurut perugas penjaga pintu, kereta yang menuju Serpong akan datang di peron enam. Saya bahkan sudah lupa bahwa jalur kereta itu dinamakan peron hahahaa.

Sore itu matahari bersinar sangat terik. Sepuluh menit menunggu rasanya seperti seharian karena matahari yang bersinar dengan terang. Saat kereta datang seperti biasa warga Indonesia masih lebih mendahulukan yang masuk kereta dibandingkan yang keluar kereta karena berebut kursi. Jadinya tabrakan di pintu kereta tidak bisa di hindari.

Saya sendiri terpaksa harus melakukan hal yang sama karena harus mencari tempat duduk untuk tiga perempuan bersama saya. Istri saya, ibu mertua saya dan kakak ipar saya bersama dua anak kecil. Syukurlah tempat kami berdiri sangat tepat karena tidak terlalu banyak yang berjubel di tempat kami menunggu persis di bagian depan tangga turun.

Setelah mendapatkan tempat duduk kami cukup bernafas lega. Minimal sudah ada yang bisa beristirahat sambil menunggu kereta berangkat.

Satu persatu penumpang yang terlambat datang masuk ke dalam kereta. Sebagian besar memang perempuan yang membawa anak. Beberapa diantaranya malah membawa bayi. Akhirnya para lelaki harus mengalah memberikan tempat duduknya untuk mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun