Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Benarkah Bimbel Sumber Bocoran Soal?

8 Juni 2012   08:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:15 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tidak tahu mengapa profesi guru bimbel itu seolah berada di kasta paling rendah diantara semua level guru yang ada dalam pandangan sebagian masyarakat. Entah itu diantara guru sekolah, guru TK, dan juga guru privat. Guru  bimbel masih dianggap dibawah itu semua. Bahkan beberapa kali secara tidak langsung saya dicemooh di social media karena profesi saya sebagai guru bimbel. Tidak sedikit juga yang memandang sinis sebuah bimbingan belajar. Tapi semua itu saya hadapi dengan kepala dingin dan mencoba mencari tahu mengapa mereka bersikap demikian.

Pernah juga saya terlibat perdebatan yang awalnya sebetulnya bukan berbicara masalah bimbel. Mungkin akun saya di twitter yang bernama @gurubimbel membuatnya menjadi merasa illfeel karena saya ikut ikutan berdiskusi di perbincangan media social #twitedu yang diselenggarakan tiap hari selasa. Mungkin baginya, guru bimbel itu dianggap tidak memiliki hak berbicara masalah pendidikan formal.

Jika dilihat dari segi gengsi, profesi guru bimbel tidak membuat sebagian orang merasa bangga. Bahkan mungkin merasa malu menjadi guru bimbel. Tapi bagi saya sebaliknya. Justru karena profesi inilah saya bisa menikah dengan biaya sendiri dan dapat membantu kehidupan orang tua dan mertua meskipun tidak terlalu banyak. Saya merasa menjadi guru bimbel adalah pilihan.

Beberapa tahun setelah bekerja di bimbel ternyata pengalaman mengajar saya pun dianggap sebelah mata oleh beberapa sekolah formal. Simpelnya saya dianggap sebagai fresh graduate meskipun sudah lebih dari 5 tahun mengajar di bimbel. Why? Bimbel bukan sekolah. Bimbel sangat berbeda dengan sekolah. Jadi mungkin ada anggapan bahwa guru sekolah sudah pasti bisa mengajar di bimbel tapi tidak dengan sebaliknya. Jadi sepertinya meski saya memiliki akta 4, tapi karena pengalaman mengajar lebih banyak di bimbel jadi kurang dihargai.

Padahal tidak sedikit juga dari rekan-rekan saya di bimbel yang sudah puluhan tahun mengajar disekolah. Sama seperti saya, mereka merintis karir menjadi seorang guru sekolah dari sebuah lembaga bernama bimbingan belajar. Setelah mendapatkan sekolah ada beberapa diantara mereka yang melepas profesinya sebagai guru bimbel. Tapi tidak sedikit juga yang tetap setia berprofesi sebagai guru bimbel.

Mungkin isu bocoran berasal dari bimbel membuat sebagian masyarakat memandang negatif sebuah bimbel. Padahal tidak semua bimbel seperti itu. Terkadang bimbel juga tidak sepenuhnya bisa mengontrol semua gurunya. Memang ada beberapa oknum guru yang mungkin membawa bocoran soal entah didapatkan dari mana.

Tapi secara kelembagaan yang sudah diakui kedudukan hukumnya baik di notaris maupun di kemendikbud bimbel sudah sah sebagai pendidikan non formal sama halnya seperti kursus bahasa inggris, kursus musik, kursus matematika dan sebagainya. Itulah mengapa saya merasa apa yang saya lakukan tidak melenceng. Bahkan bimbel juga dikenai pajak oleh negara. Saya pun wajib membuat NPWP.

Kalau dilihat dari segi kebutuhan hampir diatas 50 % orang tualah yang meminta anaknya bimbel. Karena memang mereka sudah tidak ada waktu atau tidak mampu membimbing anaknya sendiri. Ada beberapa keluhan orang tua tentang materi-materi pelajaran yang sudah tidak dikuasainya. Bimbel bagi orang tua seperti itu menjadi sebuah solusi. Karena diharapkan bimbel bisa membantu anaknya untuk mengikuti pelajaran di sekolah.

Tidak hanya orang tua saja. Ada beberapa siswa yang memang sadar datang sendiri ke bimbel. Memang mereka awalnya mendapatkan informasi dari brosur. Dengan menyeleksi dan memilih bimbel sendiri justru ini menguntungkan bagi bimbel. Karena anak-anak seperti ini justru lebih mudah diarahkan berbeda dengan anak yang datang karena dipaksa orang tuanya masuk bimbel.

Teman saya berseloroh "bimbel akan tetap hidup selama pendidikan di Indonesia karut marut". Nah, mungkin bagi anda yang masih menganggap bimbel itu negatif silahkan bantu bereskan dulu karut marut pendidikan di Indonesia. Jangan hanya bisa menyalahkan bimbel sebagai biang kerok legamnya sistem pendidikan di Indonesia.

Jadi, kalau sudah seperti ini masih ada kah orang yang beranggapan negatif tentang bimbel?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun