"Lah emang kenyataannya gitu mau diapain?" timpalnya tak mau kalah.
"Trus..trus...berapa sih SPP di ITB?" tanyaku sambil mencatat di beberapa kertas yang kusiapkan sejak tadi.
"Sekarang SPP di ITB itu bisa sampe 10 juta per-semester. Jadi selama satu tahun harus punya doku sebesar 20 juta. Kalau lulusnya diperkirakan 5 tahun ya siapin aja 100 juta. Itu baru SPP lho!" Terangnya bak seorang dosen padahal cuma guru sekolah doang di pinggiran kota yang menurutku jauh dari peradaban.
"Lah emang ada biaya apaan lagi sih?"
"Tenang coy, ente kudu nyiapin dana 55 juta buat dana selamat datang." jelasnya sambil ngikik.
"Whaaattt? yang ada juga kalo datang itu disambut dengan minuman dingin, bukan malah disuruh bayar." ledekku.
"Konon ada loh orang tua mahasiswa yang nyumbang 1 Emmmmmmmpanggg. Syukurlah ada yang begitu dermawan sama ITB. Tapi sumbangan itu gak bakal ngaruh sama hasil tes. Kalau memang nilai tes siswanya jeblok ya tetep gak bisa masuk."
"Ini yang patut di apresiasi dari ITB." batinku.
"Jadi kalau mau nyumbang pilih dana yang paling minim aja. Kalau kebetulan dana sumbangannya berlebih, bagusnya sih sumbangin aja ke Pesantren, Panti Asuhan dan Panti Jompo yang lebih membutuhkan." katanya sambil membetulkan kacamatanya yang tidak miring.
"Tapi jangan khawatir dulu, ada kok beasiswa dari ITB. Beasiswanya macem-macem. Ada yang dikasih keringanan SPP bahkan ada yang dibebaskan dari SPP sampai lulus. Yah tapi ente kudu bener-bener pinter dan bisa bersaing dengan calon mahasiswa miskin lainnya. Mahasiswa miskin dan pinter itu banyak lho. Sayang aja yang masuk pas-pasan dan kebetulan punya modal juga gak sedikit."
"Ah gak papa lah yang penting mereka udah lulus tes toh gak jadi soal kan?" tanyaku sedikit gaya.