Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Money

Pentingnya "Be The First"

12 Maret 2012   03:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:12 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Be the first"
Kalimat itu sering kali kita temui dalam tips bisnis. Untuk menjadi the first sebetulnya tidak mudah. Tapi jika di sebuah area tertentu belum ada sesuatu hal yang sama tentu kita akan menjadi the first.

Contohnya di sekitar rumah saya ada seorang penjual donat kentang. Dan dia menjadi the first seller disini. Sebetulnya masyarakat juga tahu bahwa ada penjual donat kentang di mall yang tak jauh dari tempat kami tinggal. Tentu saja harga satu buah donat kentang di mall jauh lebih mahal. Kalau soal rasa itu relatif.

Kalau saya perhatikan penjual donat ini sudah berjualan kurang lebih selama enam bulan. Jika dilihat dari perkembangannya tentu saja menggairahkan. Karena tidak ada persaingan yang cukup ketat karena dia the first dan memiliki poin lain yaitu different. Kebanyakan penjual sarapan di tempat saya lebih didominasi penjual nasi uduk dan gorengan. Inilah yang membuat penjual donat kentang sementara ini bisa berjualan dengan nyaman.

Dari segi harga donat kentang ini cukup murah dan digemari anak-anak maupun orang dewasa. Dia menjualnya dengan harga 1000 rupiah satu buah. Saya pernah mencoba membeli satu buah dan dilayani dengan ramah. Penjualnya adalah pasangan suami istri yang merupakan warga asli. Mereka awalnya berkeliling kampung hingga kemudian menetap berjualan di sekitat masjid.

Setiap pagi donat kentang ini laris di beli para pelanggannya. Kebanyakan orang tua yang tak mau repot mengantri nasi uduk kerap membeli donat kentang untuk bekal anak-anaknya ke sekolah. Inilah yang membuat donat kentang bisa eksis sampai sekarang.

Namun melihat peluang yang masih terbuka ternyata mulai ada yang membuka berbisnis serupa. Meski letaknya cukup jauh namun inilah bukti betapa unggulnya menjadi the first and different. Bahkan kompetitor yang baru berjualan lebih eklusif. Gerobaknya terlihat baru. Sementara penjual pertama hanya menggunakan gerobak sederhana tanpa atap dan roda. Atapnya dibuat dari bekas spanduk berbahan flexi cina yang tak begitu tahan lama.

Akankah penjual pertama tergerus? Ini sangat bergantung pada kemampuan dia berinovasi dan menjaga kualitas. Bisa saja pelanggan akan terbagi menjadi dua jika penjual kedua memiliki rasa yang lebih enak. Dibutuhkan inovasi agar menjadi market leader dalam penjualan donat kentang. Meski skala kecil namun persaingan ini memang nyata.

Semoga mereka berkompetisi dengan sportif.

Salam donat kentang.

Pamulang

follow @gurubimbel

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun