Entah yang keberapa kalinya setiap Jumatan saya merasa illfeel melihat anak-anak muda yang datang untuk Jumatan tapi dengan pakaian seadanya dan jumlahnya tidak sedikit. Cukup mengenakan celana jeans skinny yang kadang belel dan robek di beberapa bagian dan kaus street ketat cukup untuk dijadikan "seragam" sholat jumat. Terus apa sih masalahnya?
Loh kok ngurusin pakaian orang lain sih? Ibadah itu kan urusan masing-masing! Nah sekarang tengok dulu apa akibatnya. Ketika kita sholat tentu bisa berdiri di shaf belakang atau di depan. Permasalahannya adalah ketika ada orang yang mengenakan jeans skinny dengan kaus super ketat hal tersebut menimbulkan pandangan yang tidak sedap. Terutama ketika rukuk dan sujud. Sudah barang tentu saat sujud dan rukuk kaus street akan terangkat dan celana jeans skinnya akan sedikit turun. Sudah tahu kan apa yang bisa dilihat. Tentu saja celengan yang tak sedap dipandang.
Hal inilah yang menjadikan konsentrasi orang-orang yang dibelakangnya menjadi buyar. Meskipun sudah memilih tempat untuk menghindari hal tersebut tetap saja potensi untuk mendapatkan pemandangan tidak sedap itu tetap ada. Apalagi jika khatib sudah selesai khutbah dan iqamat sudah di kumandangkan biasanya shaf pun ikut menyesuaikan. Makmum yang dibelakang masih bisa mengisi kekosongan di shaf depan. Nah jadi susah kan menghindari hal seperti ini.
Ini sih sekedar curhat aja. Sebetulnya masalah seperti ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Seperti penuturan mas @wisat dalam akun twitternya pernah menyampaikan pada saya ketika dia Jumatan di Dubai. Dia pernah melihat ada orang yang mau sholat jumat tapi mengenakan pakaian olahraga. Kaus oblong lengkap dengan celana trainingnya. Menurut saya sih itu salah kostum. Tapi gak tau deh. Yah lagi lagi dalih yang penting bersih dan menutupi aurat dijadikan tameng.
Kalau di perhatikan kondisi ini sangat berbanding terbalik dengan teman-teman kita yang pergi ke Gereja. Mereka datang dengan mengenakan pakaian terbaik. Bahkan ada beberapa Gereja yang mewajibkan jemaat perempuannya mengenakan rok panjang seperti penuturan salah seorang murid saya.
"Kalau lihat celengan lawan jenis sih gak papa ya" celoteh rekan kerja saya ketika saya menceritakan hal ini. Saya cuma mesem-mesem aja meskipun mengakui bahwa lebih mudah melihat celengan lawan jenis yang mengendarai sepeda motor di jalan raya tapi si pengendara tak sadar jika sedang mempertontonkan celengannya. Bisa ditebaklah banyak motor lain yang berebut membuntuti hahahahaha.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H