Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pentingnya Sosialisasi Anti Penyalahgunaan Obat Terlarang

2 April 2014   15:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:11 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="illustrasi (http://2.bp.blogspot.com/)"][/caption] Saya hampir tak menyangka bahwa saya masih menyimpan booklet makalah talkshow tentang "Moralitas Remaja dalam Jeratan Narkoba dan Seks Bebas" yang di selenggarakan pada tanggal 20 Mei 2000 dalam rangka Lustrum I Fakultas MIPA di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, selama 14 tahun lamanya. Benar, selama 14 tahun saya menyimpan makalah-malakah tersebut secara rapi. Saya masukkan kedalam file holder berdampingan dengan beberapa ijazah yang saya dapatkan mulai dari tingkat taman kanak-kanak hingga terakhir adalah ijazah strata 1. Selama 14 tahun lamanya, saya pun menyimpan sebuah memori di dalam alam bawah sadar saya, bahwa narkoba itu berbahaya. Secara tidak langsung saya memang sudah terdoktrin oleh ajaran agama dan penjelasan yang logis tentang bahaya obat-obatan yang sejatinya legal jika di gunakan oleh dokter sesuai dengan kadar dan pemanfaatannya, namun menjadi illegal ketika digunakan tanpa resep dokter bahkan melebihi resep yang seharusnya. Jika terjadi demikian, itulah yang dinamakan dengan penyalahgunaan obat-obatan. Memang benar, orang tua saya jauh hari, sejak saya menginjak masa remaja mengingatkan bahwa narkoba itu berbahaya, tapi tak pernah dijelaskan akibat fatal secara klinis dan psikis yang akan terjadi jika kita coba-coba bermain dengan narkoba. Sampai detik itu, meskipun belum mendapatkan jawaban terhadap ketidakpuasan saya terhadap larangan orang tua, saya tak berani melanggar perintah dan nasihat orang tua. Untunglah saya tidak gegabah meskpun saat SMA di Bandung saya berada dalam lingkungan yang bisa menjerumuskan saya terhadap jerat narkoba yang berbahaya. Ada peluang memang untuk ke arah sana, tapi untunglah bisa terselamatkan dari potensi tersebut. Barulah ketika tahun 2000 saya mendapatkan jawaban dari apa yang selama itu menjadi pertanyaan dalam benak saya. Mengingat usia saya saat ini sudah tiga puluh tahun, artinya saat saya mengikuti talkshow tersebut usia saya baru menginjak usia 16 tahun, persis ketika masih SMA. Memang acara tersebut bukanlah acara yang diselenggarakan oleh sekolah. Namun, mengingat pentingnya acara tersebut, sekolah berinisiatif mengirimkan siswanya ke Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta demi membekali para siswanya agar mengetahui seluk beluk dan bahaya tentang narkoba. Pokok diskusi saat itu memang tidak hanya fokus pada permbicaraan tentang narkoba, melainkan juga tentang pergaulan remaja di Yogyakarta yang memang sudah dalam kondisi memprihatinkan. Banyak muda-mudi terutama mahasiswa yang sudah tidak perawan lagi dengan berbagai sebab. Dan muaranya jika di runut akan berujung pada minuman keras dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Karena hilang akal, maka apapun bisa dilakukan meskipun harus kehilangan harga diri. Maka, dengan pengalaman menghadiri talkshow anti seks bebas dan anti narkoba tersebut saya berkesimpulan bahwa sosialisasi anti narkoba dan anti seks bebas memang harus terus menerus di galakan sejak dini mulai dari sekolah dasar. Bukan hanya ketika mereka masuk usia remaja. Bahkan jika perlu tema narkoba bisa dimasukkan dalam kurikulum pembelajaran seperti halnya tentang kampanye anti korupsi kepada anak-anak yang mulai dikenalkan sejak PAUD atau Pendidikan Anak Usia Dini. KPK RI sudah jauh-jauh hari memasukkan kurikulum anti korupsi mulai dari tingkat pendidikan yang paling dasar seperti PAUD dan TK hingga tingkat pendidikan yang lebih tinggi yakni di Universitas. Gerakan anti narkoba bukanlah tugas dan tanggung jawab BNN (Badan Narkotika Nasional) semata. Tapi juga tugas dang tanggung jawab kita semua mulai dari lingkungan yang paling kecil yakni keluarga hingga negara. Indonesia harus bergegas agar pada tahun 2014 ini Indonesia benar-benar bisa bersih dari peredaran narkoba. Para penggunaanya bisa di rehabilitasi dengan baik dan tidak di penjara, karena pengguna rata-rata adalah korban yang seharusnya di selamatkan. Jika di penjara potensi untuk terikat dan terjerat narkoba akan semakin dashyat. Secara terang-terangan bahwa peredaran narkoba di dalam sel penjara bukanlah rahasia lagi. Bahkan ada pengedar yang menjalankan usahanya di balik jeruji penjara. Inilah salah satu alasannya mengapa korban atau pengguna narkoba akan lebih baik untuk di rehabilitasi dibandingkan di penjara. Beberapa hal yang bisa dijadikan masukan dalam mensosialisasikan anti penyalahgunaan obat-obatan terlarang pada remaja yakni sebagai berikut;

  1. Format acara sebaiknya berupa talkshow sehingga acara tidak terlalu formal dan membosankan seperti seminar yang bersifat monoton. Remaja lebih menyukai acara dialog terbuka yang dibawakan secara menarik dengan gaya mereke sendiri.
  2. Narasumber beragam mulai dari tokoh agama, pakar parenting dan tentunya elemen yang terkait dengan gerakan anti narkoba seperti Institusi Formal seperti BNN atau LSM-LSM yang bergerak dalam memerangi kampanye gerakan anti narkoba.
  3. Jika ada presentasi bisa dilakukan dengan menggunakan multimedia atau audio visual misalnya berupa film atau animasi. Dengan demikian tampilan presentasi akan lebih menarik minat remaja pada umumnya.
  4. Menghadirkan mantan korban pengguna narkoba untuk sharing pengalamannya diahadapan para remaja mulai dari awalnya mencoba hingga bisa direhabilitasi dengan baik. Saksi langsung yang dihadirkan bisa menjadi saksi hidup dan pembelajaran langsung agar tidak mengikuti jejak yang salah.
  5. Menghadirkan sosok siswa berprestasi atau tokoh yang dikenal sebagai role model untuk membagikan tips atau sharing pengalamannya dalam mengisi kegiatan dan berprestasi tanpa menggunakan narkoba. Dengan demikian remaja akan semakin terpacu dan bersemangat untuk melakukan hal-hal positif sehingga meminimalisasi bersentuhan dengan narkoba.

Dengan adanya peran serta keluarga dan sekolah misalnya dalam sosialisasi anti penyalahgunaan obat-obatan terlarang, saya yakin akan semakin banyak generasi muda yang bisa diselamatkan dari jeratan narkoba. Materi anti narkoba sampai kapan pun akan terus bermanfaat karena buktinya sampai dengan 14 tahun lamanya, makalah-makalah yang saya dapatnya bisa saya bagikan dan share kembali dalam sebuah tulisan di blog. Salam hangat @DzulfikarAlala

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun