Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

[Video] Gara-gara Ngetwit, Bisa Visit Deltomed Factory [Part 1]

27 Juni 2014   16:34 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:38 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="615" caption="10 Kompasianer visit Deltomed Factory (dok.Deltomed)"][/caption]

Mujur, beruntung, pasti menang adalah kata-kata yang akrab ditelinga, julukan dari rekan-rekan Kompasianer ketika bertemu dengan saya dalam berbagai acara kopi darat. Saya hanya membalasnya dengan senyum, karena bisa jadi itu merupakan doa dari mereka. Tak ayal, kadang kehadiran saya membuat beberapa kompasianer menjadi jiper karena saya dianggap kerap kali memenangi lomba livetwit.

Namun, siang itu boleh jadi memang doa teman-teman dikabulkan. Saya memenangi golden ticket ke Solo dari Deltomed Laboratories secara dramatis. 17 Mei 2014 menjadi bukti sejarah pertama kalinya saya memenangi lomba livetwit yang digelar pada acara Kompasiana (seingat saya :p). Padahal sebelumnya sangat sulit bagi saya untuk memenangi livetwit-livetwit yang diadakan Kompasiana. Boleh percaya boleh tidak. Kenapa dramatis? Alasannya di pertengahan acara, MC sudah mengumumkan tiga besar peraih twit terbanyak. Dua diantaranya adalah kompetitor terbaik saya, Benny Rhamdani (Editor Mizan) dan Syaifuddin Sayuti (Dosen), keduanya juga sering memenangi lomba blog. Saat pengumuman pemenang tak ada yang menyangka jika nama akun twitter saya yang disebut @DzulfikarAlala. Surprise dan seketika saya mengucap syukur "Alhamdulillah". Kisah itulah yang akhirnya mengantarkan saya ke Solo untuk mengunjungi PT. Deltomed Laboratories. Beberapa hari sebelum berangkat, Shandy dari Deltomed Laboratories pun mengkonfirmasi bahwa keberangkatan bukan menggunakan Kereta Api sebagaimana yang telah dijadwalkan, melainkan menggunakan pesawat. Kejutan kedua yang tak disangka-sangka. Maka, sejak subuh tanggal 13 Juni 2014 saya begitu excited berangkat ke terminal 1 A Bandara Internasional Soekarno Hatta, karena untuk yang ke-enam kalinya saya menggunakan pesawat terbang. Sudah cukup lama dan sangat jarang sekali saya menggunakan burung besi untuk bepergian ke luar kota. Setelah kunjungan ke pulau Selayar (tanah leluhur dari kakek) pada medio 2003, akhirnya kembali terbang dengan perasaan deg-deg-an tapi bahagia menuju Solo. 07:30 Solo, here we come!

Bersama delapan Kompasianer lainnya; Adian Saputra (Jurnalis), TB. Encep (Guru), Joshua M.Limyadi (Mahasiswa), Ngesti Setyo Murni (Aktifis Lingkungan), Vita S. Dini (Penulis Lepas), Baharuddin Nur (Trainer), R. Fadli (Penulis Lepas), Thamrin Sonata (Penulis Lepas) serta tak lupa dua perwakilan dari Kompasiana, Pendi Kuntoro dan Sulhan Rumaru, kami berangkat menuju Solo tepat pukul 7.30 (seharusnya berangkat pukul 7.20) setelah melalui serangkaian proses yang menegangkan karena takut ketinggalan pesawat. Adalah bang Fadli yang membuat kami tertahan di lobby untuk beberapa saat. Untunglah setelah memacu adrenaline sesaat, kami tiba dibadan pesawat tepat sebelum take off. Syukurlah kami bisa berangkat ke Solo bersama-sama meskipun dengan perjuangan yang bikin jantung dag dig dug. Rasanya pesawat Boing 737-900 ER Lion Air nomor penerbangan JT 0536 yang kami tumpangi jadi telat cuma gara-gara nungguin rombongan Deltomed hahahaha. Maaf yaa penumpang sekalian. [caption id="" align="aligncenter" width="599" caption="Siap sedia Antangin sebelum bepergian (dokpri) "]

antangin
antangin
[/caption] Setelah pesawat terbang selama kurang lebih 90 menit akhirnya landing di Bandara Adi Soemarmo, Solo setelah melakukan tiga kali putaran di udara. The City of Batik menjadi tagline Bandara Adi Somearmo Solo. Inilah pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Bandara Kota Batik. Menurut Pendi Kuntoro, Bandara Adi Soemarmo masih jauh lebih baik jika dibandingkan dengan Bandara Adisucipto Yogyakarta. Alasannya lebih tertata rapih dan bersih.

Tiga puluh menit kemudian kami berkemas dan mengumpulkan tas dan koper masing-masing. Saya hanya menggendong sebuah ransel ukuran sedang untuk 12 hari kedepan. Rencananya selepas dari Solo, saya harus mengikuti kegiatan dari Sekolah selama 10 dari Blitar, Wlingi hingga ke Malang. [caption id="" align="aligncenter" width="599" caption="Setelah landing di Solo (dokpri)"]

adisoemarmo
adisoemarmo
[/caption] Ternyata mbak Agatha Nirbanawati dari PT. Deltomed Laboratories telah menuggu kami di lobby bandara. Sesaat setelah berkumpul untuk membagikan tiket kereta untuk kembali ke Jakarta dan uang saku selama berada di Solo, kami pun menutup sesi penyambutan itu dengan foto bersama. Tak disadari saat itu telah hadir pula seorang kompasianer asal Yogya yang menjadi peserta mas Dwi Suparno (karyawan). Genap 10 kompasianers sudah akhirnya kami semua pun masuk ke mobil jemputan masing-masing. Ada dua Elf dan satu MPV yang disediakan oleh Deltomed untuk menempuh perjalanan sekitar 90 menit dari Solo menuju Wonogiri. Dalam perjalanan kang TB. Encep nyeletuk, kebetulan satu mobil bersama saya "Apa istimewanya Solo yah? Saya lihat biasa saja. Tidak ada keistimewaan Solo setelah dipimpin Jokowi" tuturnya. "Harusnya kang Encep nanya ke orang Solo, karena mereka yang tinggal disini." jawab saya sekenanya. Masih merasakan kantuk dan jet lag akhirnya saya menyetel iPod sambil sesekali terlelap dalam perjalanan. 11:12 it must be in Foreign Country! [caption id="" align="aligncenter" width="599" caption="Pabrik Deltomed, Wonogiri (dokpri)"]
deltomed
deltomed
[/caption] Tak terasa ternyata beberapa ciri bahwa PT. Deltomed Laboratories Factory sudah dekat terlihat dari beberapa banner yang sangat mencolok. Selain Antangin juga Kuldon Sariawan menghiasi beberapa titik jalan menuju pabrik Deltomed. Kesan pertama ketika memasuki gerbang benar-benar wah. Terasa seperti di luar negeri saja. Tempatnya sangat bersih dan tertata rapih. Saya hampir lupa bahwa saya sedang berada di Wonogiri yang terkenal dengan basonya yang nendang di lidah. Benar, ternyata kawasan pabrik Deltomed sangat asri dan tertata dengan rapih baik dari bangunan lama maupun bangunan baru yang terlihat pada pandangan pertama. Sungguh pengalaman pertama yang mengesankan sekali bisa masuk kawasan pabrik PT. Deltomed. Karena waktu yang sangat terbatas akhirnya kami langsung dipersilahkan untuk masuk ruang meeting. Mengingat saat itu adalah hari Jumat, akhirnya kami sampai di-gusah-gusah untuk masuk bak bebek yang harus masuk kandangnya selepas mencari makan. Pasalnya kebiasaan blogger sejati itu dimana ada spot menarik untuk foto-foto langsung keluarkan "senjata" untuk selfie hahaha.

deltomed
deltomed
Memasuki bangunan sederhana dengan jendela yang hampir memenuhi lingkar setengah pintu depan, kami langsung disambut oleh dua receptionists cantik. Ruang tamunya tidak terkesan mewah namun sangat autentik. Seperti di rumah sendiri. Khas seperti ruang tamu di rumah-rumah wong Jowo yang penuh dengan keramahan dan kehangatan keluarga. Setelah itu kami memasuki sebuah lorong langusung mengarah ke ruang meeting yang merupakan bagian belakang bangunan. Di lorong itulah kami melihat ruang-ruang kerja para punggawa inti PT. Deltomed Laboratories. Semua mengenakan seragam putih-putih dengan bawahan warna cream hampir mirip dengan seragam capres nomor satu hehehe. Bedanya di dada kanan terdapat logo Deltomed. [caption id="" align="aligncenter" width="550" caption="Kesempatan Langka Selfie bersama Bapak Nyoto Wardoyo Direktur Utama PT. Deltomed Laboratories (dokpri)"]
deltomed
deltomed
[/caption] Sekilas kami melihat ruangan yang sangat mencolok karena lebih luas dan diisi oleh satu orang, itulah ruang Direktur Utama. Dalam posisi menyamping kami melihat bapak Nyoto Wardoyo sedang bekerja dengan serius. Kemudian saya langsung memasuki ruang meeting yang ternyata telah tersaji hidangan prasmanan. Untuk menyegarkan mata, tadinya saya ingin meneguk secangkir kopi, tapi ternyata disana sudah ada beras kencur dan kunir asam. Sejurus kemudian saya langsung mencoba beras kencurnya. Ahhh,,,,ternyata manis dan enak di lidah. Tak terasa beberapa teguk beras kencur langsung membasahi kerongkongan yang kering, ditemani oleh sosis Solo dan serabi Notosuman. Bisa jadi setelah masuk Deltomed menjadi serabi Nyotosuman hehehehe. [caption id="" align="aligncenter" width="599" caption="Kompasianer menikmati hidangan istimewa dari Deltomed (dokpri)"]
deltomed
deltomed
[/caption] Tak menunggu beberapa lama akhirnya acara penyambutan pun dibuka secara resmi oleh MC kemudian dilanjutkan sambutan dari Direktur Utama PT. Deltomed Laboratories Drs. Nyoto Wardoyo Apt. Tak berbeda jauh dengan apa yang pernah diutarkan oleh Pak Nyoto. Deltomed kini menjadi rujukan pabrik herbal baik dalam dan luar negeri. Berbagai penghargaan telah diraih oleh Deltomed berkat kerja keras dan komitmen untuk terus mengembangkan dan mengenalkan produk herbal Indonesia ke seluruh dunia. [caption id="" align="aligncenter" width="599" caption="Berbagai pencapaian yang telah diraih Deltomed (dokpri)"]
deltomed
deltomed
[/caption] Cikal bakal Deltomed ternyata berasal dari Pil Kita, Bapak Purwanto. Inilah yang membuat Deltomed berkomitmen untuk memproduksi dan terus menerus mengembangkan obat herbal berkhasiat seperti pesan pendiri Pil Kita yang menjadi warisan hingga kini berdidi pabrik Deltomed seluas 8 hektar di kawasan Wonogiri. Tak heran berkat komitmen dan kerja keras, Deltomed meraih berbagai penghargaan dan standarisasi Nasional maupun Internasional. Bahkan dalam kurun waktu tertentu bapak Nyoto selalu diundang untuk menjadi narasumber tentang obat herbal baik oleh instansi pemerintah maupun berbagai Universitas dalam negeri yang sedang meneliti obat herbal. Hal tersebut tentu sangat membanggakan karena masih ada anak bangsa kebanggaan Indonesia yang mewarisi warisan nenek moyang yang sejak dulu mengembangkan obat herbal sebagai bagian dari alam yang tak dapat dipisahkan. [caption id="" align="aligncenter" width="550" caption="Selfie lagi sama dr. Abrijanto (dokpri)"]
deltomed
deltomed
[/caption] Meskipun hanya berbicara secara singkat, bapak Nyoto banyak memberikan pencapaian-pencapaian Deltomed selama kurun waktu mendedikasikan obat herbal untuk bangsa. Mulai dari tahun 1976 di Banjarmasin hingga kemudian pindah ke Wonogiri pada tahun 1992 Deltomed terus berkembang hingga menggunakan standar CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik) pada tahun 2009 hingga di update pada tahun 2011. Hingga kini karyawan Deltomed mencapai 830 karyawan dengan karyawan yang paling setia masih ada hingga kini, sejak Deltomed didirikan di Wonogiri pada tahun 1992. [caption id="" align="aligncenter" width="599" caption="Awards yang diterima Deltomed (dokpri)"]
deltomed
deltomed
[/caption] Pengembangan terus dilakuan dengan mendatangkan mesin-mesin berteknologi tinggi untuk menjamin kualitas dan higienitas produk. Kehalalan dan keamanan produk Deltomed sudah teruji secara klinis dan di cek setiap produksi secara berkala dengan ketat. Komitmen inilah yang menjadikan salah satu produk Deltomed, Obat Batuk Herbal sejak tiga tahun yang lalu hingga kini menjadi kit obat bagi para jamaah Haji Indonesia. Selain halal karena tidak mengandung etanol, juga sudah mengantongi sertifikat NSF Sanitary Foundation sebagai salah satu syarat agar produk bisa di ekspor ke Amerika. Terlebih lagi Deltomed menjadi acuan member PICS (Asia dan Eropa) sebagai produk ekspor yang diakui dunia internasional mulai tahun 2011-2012. Bukan hanya sertifikat halal melainkan sertifikat koiser pun sudah dikantongi Deltomed sebagai prasyarat agar produk bisa di terima di beberapa Negara Non-Muslim sekalipun. [caption id="" align="aligncenter" width="599" caption="Bukan selfi yah, bareng Ibu Hani dan Ibu Lila (dokpri)"]
deltomed
deltomed
[/caption] Paparan singkat namun mendalam itu membuat kita semua terkagum-kagum dengan kekuatan obat herbal. Disaat Negara lain diam-diam mengembangkan obat herbal, Indonesia seharusnya tidak boleh lengah. Karena Indonesia bisa menjadi pusat obat herbal dunia jika Pemerintah dan Rakyat mendukung. Keamanan obat herbal lebih terjamin dari efek samping yang merugikan tubuh jika dilakukan dengan tepat. Dengan menggunakan obat herbal secara langsung juga memberdayakan petani yang juga merupakan rakyat Indonesia. Indonesia kaya akan tanaman obat, tapi sayang justru malah Negara lainnya yang bisa meraup keuntungannya. Negara lain belajar dari Indonesia, justru di patenkan oleh Negara lain pula. Salah satu hal yang menjadi rasa keprihatinan dr. Arbijanto (Manager Pengembangan Bisnis PT. Deltomed). 11.45 Jum'atan

deltomed
deltomed
Mengingat saat itu hari Jumat dan waktu yang sangat mepet, saya memutuskan untuk menunda makan siang meskipun sebetulnya air liur sudah berceceran hahaha. Supaya gak kebayang-bayang saat salat, akhirnya saya coba ganjal perut dulu dengan satu mangkuk baso khas Wonogiri yang tersohor kelezatannya itu. Wuiihh rasanya maknyusss tenan, pokoke mantap. Dengan kuah yang masih panas-panas, saya seruput kuahnya yang gurih nan nikmat. Uhhh,,,rasanya banjir di mulut. Daging basonya yang lembut, kalau di potong pakai sehelai rambutpun bisa terbelah menjadi dua. Soft and smooth. Nyesss digigit, tanpa harus dimamah biak cukup lama, baso langsung melewati kerongkongan. Satu mangkuk baso Wonogiri saya rasa cukup. Selanjutnya saya langsung ke masjid yang lokasinya ternyata hanya selemparan batu dari kawasan pabrik. Posisinya ada di sebelah kiri pabrik, persis di depan parkiran mobil. Hanya saja terhalangi pagar pembatas.

deltomed
deltomed
Suasana Deltomed terasa pula di sekitar masjid. Kira-kira hampir 80% jamaahnya adalah para pegawai Deltomed. Ternyata meskipun masjid dibangun oleh Deltomed namun tetap dapat di pergunakan oleh warga masyarakat. Walhasil jadwal khatib Jumat selang seling bergantian antara karyawan pabrik Deltomed dan wagra masyarakat sekitar.

deltomed
deltomed
Bangunan masjidnya tidak terlalu luas tapi cukup menampung karwayan Deltomed yang sebagian kecil adalah kaum pria, karena mayoritas pekerja di Deltomed adalah kaum wanita. Di beberapa sisi hampir tak ada tanah menganggur, artinya semua lahan kosong ditanami tanaman baik tanaman obat maupun tanaman pepohonan sebagai peneduh. 13.00 Lunch and Preview Obat Herbal

deltomed
deltomed
Setelah Jumatan kemudian kami kembali ke ruang meeting. Satu hal yang membuat saya terkesan adalah lingkungan yang bebas dengan asap rokok. Dan hal tersebut diterapkan hingga ke lingkungan masjid yang notabene sudah diluar pabrik. Meskipun cuaca Wonogiri saat itu sedang terik, namun kami masih merasakan keteduhan karena banyak pepohonan rimbun di belakang ruang meeting, bak sebuah taman kota. Sambil menikmati makan siang dengan lauk ayam kampung yang sangat gurih, saya ikut mendengarkan paparan dari dr. Abrijanto. Dr. Abrijanto membuka paparannya dengan rasa penasaran kita terhadap obat berbahaya. "Apakah sudah ada yang tahu macam-macam obat berbahaya? Silahkan search di web Badan POM (Pengawasan Obat dan Makanan)" pungkasnya.

deltomed
deltomed
Dr. Abrijanto kembali mengingatkan bahwa Negara-negara lain tengah mengembangkan obat-obatan herbal. Tidak sedikit yang belajar dari Indonesia, namun mematenkan hasil penelitiannya di negaranya masing-masing. Sungguh sangat disayangkan jika kekayaan herbal Indonesia justru yang menikmatinya adalah orang lain. Mendengar hal itu saja sudah membuat kami geram. "Bahan tanaman obat baiknya kering, jangan yang basah" begitu buka dr. Abrijanto ketika membuka sesi demo merebus obat herbal. "keringkan-cuci-iris tipis-tipis agar mendapatkan permukaan yang banyak" tuturnya sambil menunjukan beberapa irisan tipis herbal yang telah disiapkan. Untuk langkah awal ini saja masih banyak masyarakat awam yang tidak tepat dalam proses ramuan obat herbal. Belum lagi proses selanjutnya, maka demo tersebut setidaknya ingin memberikan gambaran bagaimana mengolah obat herbal dengan baik.

deltomed
deltomed
Untuk masalah dosis herbal jelas harus rasional. Kalau terlalu banyak bisa keracunan bahkan efek lain yang merugikan. Namun, jika kekurangan khasiat obat herbal justru malah tidak akan disarasakan. Jadi butuh resep yang tepat seperti yang di tegaskan oleh dr. Abrijanto. Untuk perbandingan ekstraksi dan bahan kira-kira sekitar 1:10. "Jadi 1 kg ekstraksi itu dihasilkan dari 10 kg herbal", begitu pungkas dr. Abrijanto. Selanjutnya dr. Abrijanto memasukkan beberapa herbal kedalam wadah yang sudah dipanaskan seperti sebuah tabung reaksi yang digunakan di lab. Wadah pemanas pun dianggap sangat berpengaruh terhadap hasil rebusan. Akan berbeda juga hasilnya jika di rebus dengan menggunakan panci alumunium atau bahan lainnya.

deltomed
deltomed
"Rebusan herbal harus ditutup, agar khasiatnya tidak menguap. Lalu suhu harus di atur yang paling tepat adalah konstan hingga mencapai 60 derajat celcius. Disinilah obat herbal dianggap bisa memberikan khasiat yang maksimal, jika terlalu panas khasiatnya akan berkurang sekitar 10%" papar dr.Abrijanto. Selain cara merebus dr. Abrijanto juga menyoroti tentang penyimpanan dan proses sterilisasi herbal. Terkadang banyak orang awam tidak menyadarinya, karena herbal bisa terkontaminasi jamur. Bahkan jika kuman TBC masuk pada tanaman herbal justru akan merugikan bukan malah menyembuhkan. Maka proses pencucian harus benar-benar dilakukan secara seksama.

deltomed
deltomed
Akhirnya setelah ditutup oleh penjelasan dari Ibu Hani tentang Standard Mutu dan Quality Control, para Kompasianer mulai tour keliling pabrik. Kami dipandu oleh bapak Adhi Surya. Perjalanan kami dimulai dari ruang pencucian herbal. Ketika masuk aroma temulawak sangat menyengat hidung. Jika tidak terbiasa dengan aromanya justru akan sangat terganggu. Mesin-mesin secera otomatis mencuci herbal dengan baik, sampai warna airnya benar-benar keruh. Setelah dicuci kemudian herbal atau simplisia tersebut ditiriskan untuk kemudian proses selanjutnya adalah di vacuum. Setelah di vacuum kemudian di oven kembali dengan suhu 60 derajat celcius didalam oven yang setidaknya bisa memuat tiga buah mobil keluarga. Disampingnya terletak gudang penyimpanan simplisia yang sudah di oven.

deltomed
deltomed
Setelah proses pengeringan selesai kemudian simplisia akan diolah kedalam dua tabung besar berbentuk kerucut. Disini kami bertemu dengan mas Anang. Mas Anang sudah bekerja di Deltomed selama 15 tahun. Mas Anang menjelaskan setiap 400 kg simplisia yang diolah akan memerlukan proses kurang lebih 10 hari untuk produk padat/solid sedangkan produk cair/liquid seperti antangin dan obat batuk herbal akan memerlukan proses 3 hari saja.

deltomed
deltomed
Setelah proses tersebut baru masuk ke proses feeding-sealing-numbering (batch)-packaging-sorting-covering-wrapping. Proses tersebut berada di black area artinya bebas tanpa menggunakan baju khusus hanya seragam biasa dan penutup kepala. Sedangkan dalam grey area karyawan harus menggunakan pakaian khusus tertutup sambil mengoperasikan mesin-mesin berteknologi tinggi dari Jerman dan Jepang. Disini kami melihat langsung proses pengemasan secara otomatis. Tablet atau herbal cair tidak terkontaminasi tangan manusia sama sekali sampai hasil pengemasan selesai. Baru setelahnya packing wrapping dan proses akhirnya menggunakan tenaga manusia. Jadi dijamin bersih dan higienis. Suhu didalam ruangan mesin bahkan diatur agar tidak terkontaminasi udara dari luar. Sehingga tidak akan memberikan kesempatan jamur untuk berkembang. Jika dalam proses tersebut terjadi proses penjamuran tadi dalam satu kali produksi maka Deltomed dengan tegas akan memusnahkan semua hasil produksi sebanyak 400 kg simplisia yang sudah jadi. Deltomed tidak akan mengambil resiko, semua langsung di musnahkan jika terindikasi terjadi kontaminasi atau jamur.

deltomed
deltomed
Karyawan paling lama yang berada di Deltomed bernama ibu Sarji yang sudah 20 tahun mengabdi. Sementara yang paling muda minimal lulusan SMA/SMK atau sederajat. Produk Antangin di klaim lebih laris terutama saat musim hujan dan bulan puasa. Produk unggulan Deltomed memang Antangin, namun masih banyak produk unggulan lainnya seperti salah satunya dalah Kuldon Sariawan.

deltomed
deltomed
Melihat tangan-tangan terampil ibu-ibu dan remaja mengemas produk Deltomed membuat kami berdecak kagum. Dalam waktu beberapa menit saja sudah tersusun rapih. Prosesnya sangat runut. Menurut Hani, mereka semua di-rolling agar tidak bosan dan juga bisa memiliki keterampilan yang merata. Semua pekerja disini serius bekerja tapi santai. Bahkan suasana sangat mendukung untuk kesehatan karena aroma antangin menjadi aroma khas pabrik. Tidak perlu minum antangin, cukup masuk pabrik ini dijamin sehat hahaha. Bebas polusi dan pernapasan selalu plong karena hangat dengan aroma herbal antangin.

deltomed
deltomed
Ibu Lila dari bagian Riset dan Development mengungkapkan bahwa batas kedaluwarsa obat cair maksimal hanya 2 tahun saja. Perhari bisa di produksi hingga 30.000 botol untuk ukuran 60 ml dan 100 ml. Kemudian kami diajak ke ruang laboratorium tapi hanya melihat dari luar saja. Disinilah lab. Sesungguhnya ada sekitar 6 ruangan yang digunakan sebaga lab dan salah satunya adalah perpustakaan. Surprise karena bisa lihat perpustakaan di pabrik sebesar Deltomed ini. Para laboran berasal dari PTN terkemuka seperti UGM, UI, Unair dan masih banyak lagi. Bahkan untuk anak-anak yang magang dan melakukan penelitianpun diterima dengan baik oleh Deltomed. Ada dua ruang instrument yang menggunakan dua mesin, pertama ruang Instrumen 1 yang digunakan untuk meneliti hasil produk liquid, mesinnya didatangkan dari Jepang. Sedangkan Instrumen 2 untuk meneliti produk solid mesinnya didatngkan dari USA.

deltomed
deltomed
Pengolahan limbah dilakukan secara seksma baik air bekas rebusan bahkan ampas atau cinnamon. Dalam waktu dekat ampas/cinnamon hasil rebusan akan di proses menjadi bahan yang menguntungkan seperti pupuk, pakan ternak dan obat nyamuk bakar. Jadi tidak ada limbah yang terbuang secara percuma. Setelah melewati semua proses kami merasa takjub, tidak terpikir bahwa tablet Kuldon Sariawan di buat sedemikian rupa dengan proses teknologi tinggi dan pengawasan Quality Control yang sangat ketat. Kami pikir tinggal tuang gitu aja lalu dipadatkan hahahaha. Sungguh pengalaman ini membuka wawasan dan pikiran kami tentang betapa pentingnya kekuatan dan ketahanan Negara dalam bidang Farmasi khususnya obat-obatan Herbal. Tak salah jika Deltomed memiliki tagline yang cocok dengan apa yang kami lihat dan kami buktikan sendiri "A perfect blend of technology and nature". [caption id="" align="aligncenter" width="598" caption="Berfoto di taman Nakula dan Sadewa (dok.Deltomed)"]
Berfoto di taman Nakula dan Sadewa (dok.Deltomed)
Berfoto di taman Nakula dan Sadewa (dok.Deltomed)
[/caption] Setelah jalan-jalan kemudian kami berfoto bersama didepan patung sikembar Nakula dan Sadewa yang dilambangkan sebagai simbol pengobatan. Di bawahnya terdapat kolam yang diisi dengan ikan-ikan koi yang cantik sekali. Suasana pabrik di desa yang asri teduh dan nyaman berbeda jauh misalnya jika kita melihat industri di Cikarang ataupun Bekasi.
Deltomed terus memegang amanat dengan baik untuk tidak main-main dalam industri farmasi ini. Maka Deltomed tidak khawatir jika ada sidak tiba-tiba dari BPOM. Selama ini BPOM tidak tinggal diam karena makin banyak pengusaha nakal aka mafia yang mengeruk keuntungan dengan cara jahat yang mencampur herbal dengan steroid atau bahan kimiawi mematikan. Inilah yang menjadi concern khusus BPOM.

Satu hal yang akan terus menjadi pegangan Deltomed menurut dr. Abrijanto adalah kata-kata bapak Purwanto yang melopori Pil Kitanya "Buatlah Produk yang Berkhasiat, Tidak Boleh Main-Main"

-----Bersambung----

Tunggu Reportase Full Videonya yaaahhhhhhh

Salam Hangat @DzulfikarAlala NB. Foto tanpa caption adalah dokumentasi pribadi

deltomed
deltomed

Updated

Baca Reportase lainnya:

Reportase 2

Reportase 3

Reportase 4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun