Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Saatnya Golongan Menengah Atas Move On ke LPG 12 Kg!

21 September 2014   05:02 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:04 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lain lagi dengan Cak Leman, ada pedagang Mie Ayam Kurnia di Jalan Siliwangi persis di samping Villa Dago, Pamulang. Ketika ditanya mengapa lebih memilih gas 12kg dibandingkan gas 3kg, alasannya adalah lebih mudah didapat dan tidak repot harus mengganti gas disaat pelanggan sedang ramai-ramainya. Alasan yang kurang lebih senada dengan yang diungkapkan Cak Leman.

Namun, tak perlu heran jika di samping pedagang Mie Ayam Kurnia, ada penjual nasi goreng yang tetap setia menggunakan gas subsidi 3kg. Jika pedagang nasi goreng sehari bisa mendapatkan omset satu juta sih rasanya sudah harus move on juga ke gas 12kg. Biasanya keuntungan bersih yang diperoleh dari bisnis makanan minimal 30% kadang bahkan bisa sampai lebih dari 50%. Maka, setiap pedagang dengan skema omset diatas 1 juta rupiah/hari juga perlu diberikan pemahaman tentang hak dan kewajibannya untuk beralih ke gas yang lebih pas untuk semakin memberikan pelayanan yang baik kepada para pelanggannya. Toh contoh seperti Cak Leman dan Kurnia adalah contoh pedagang yang sudah memiliki mind set yang lebih maju. Inilah yang perlu ditularkan kepada pedagang bahkan konsumen gas elpiji lainnya.

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="dok.http://faisalbasri01"]
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="376" caption="dok.pertamina"]
dok.pertamina
dok.pertamina
[/caption]

Okelah daya beli masyarakat Indonesia sudah jelas diatas Philipina dan India, maka sudah cukup rasional jika harga gas elpiji 12kg di sesuaikan dengan kemampuan rakyat Indonesia. Namun demikian, jika dibandingkan pula dengan negara diatasnya, uang 1 US dollar di Indonesa akan lebih berharga jika dibandingkan dengan di Singapura. Anehnya kenapa orang Indonesia lebih doyan belanja properti dan oleh-oleh di Singapura dan Malaysia? Jawabannya adalah sekedar menuruti gaya hidup dan pemenuhan gengsi. Akhirnya harus berhemat sana sini meskipun harus menggunakan hak rakyat kecil yang menggunakan gas 3kg bersubsidi.

[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="dok.pertamina"]

dok.pertamina
dok.pertamina
[/caption]

Skema-skema kategori mana saja yang lebih berhak menggunakan gas bersubsidi perlu di sosialisasikan ulang, karena bisa jadi masih banyak masyarakat yang memang belum tahu. Disamping itu, Pertamina harus lebih inovatif dan kreatf dalam memenuhi kebutuhan pasar sehingga tidak menjadikan gas 3kg sebagai pilihan utama. Perlu di telaah dan diteliti kembali alasan-alasan dibalik angka 70% yang masih setia menggunakan gas 3kg. Kaum middle upper ini perlu terus di bina dan didik meskipun sudah terdidik, agar barang-barang bersubsidi benar-benar di manfaatkan oleh mereka yang lebih berhak. Jika gaji bulanan masih dibawah UMR, boleh lah menggunakan gas bersubsidi, namun jika sudah masuk kategori upper middle seperti yang telah di sebutkan diatas, maka sudah sepantasnya kaum urban yang masih nguli, beralih atau move on ke gas 12kg.

[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="dok.pertamina"]

dok.pertamina
dok.pertamina
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun