Rasanya seperti baru kemarin saya berada di balik kemudi New Nissan March. Akhirnya tim redaksi Kompas Otomotif menepati janjinya untuk mengusung Datsun Go Panca untuk diuji coba oleh Kompasianer. Pabrikan Nissan terhitung paling rajin memberikan mobilnya untuk dijajal oleh media maupun para bloger. Tercatat inilah kesempatan saya yang ketiga kalinya menjajal mobil pabrikan Nissan. Setelah menjelajah kota Bandung menggunakan Evalia, kemudian disusul dengan New Nissan March, kini saya mencoba menjajal LCGC Datsun Go Panca.
Nama besar Datsun di Indonesia memang memberikan banyak harapan pada masyarakat. Apalagi Datsun Go Panca mengeluarkan langsung seri MPV dengan model yang hampir serupa dengan tipe hatchbacknya. Inilah salah satu terobosan Datsun dalam LCGC yang pertama kalinya mengeluarkan tipe MPV. Kontan dengan diferensiasi seperti itu, sambutan masyarakat cukup baik terhadap Datsun Go Panca Plus, MPV 5 seat plus 2.
Minggu pagi (21/12) dengan menggunakan Commuter Line saya sudah berangkat dari stasiun Rawa Buntu, Serpong. Berusaha untuk berada di lokasi start tepat waktu didepan kantor Kompas Palmerah Selatan Jakarta. Jejeran mobil Datsun Go Panca baik tipe city car maupun MPV sudah terparkir rapi di area parkir. Beberapa diantaranya sedang dibersihkan oleh kru yang menyapa dengan ramah.
Setelah semuanya berkumpul, akhirnya kami diberikan pengarahan dari Admin Kompasiana dan mas Aris F Harvenda yang senantiasa selalu hadir dalam setiap kesempatan test drive bersama Kompasianer. Beberapa tips diberikan mas Aris untuk berkendara dengan mode eco driving. Dengan tema uji irit, para peserta dituntut untuk seefisien mungikin mengendarai Datsun Go Panca mulai dari titik start hingga garis finish di tempat yang sama. Rute mulai dari Palmerah-Sentul-SantikaTMII-Palmerah.
Aris menyatakan bahwa tim redaksi sempat mencatat rekor membukukan 24 kmpl saat pengujian pertama. Harapannya tim bloger bisa melampauinya atau setidaknya bisa mencapai angka yang tidak jauh berbeda dengan pengujian oleh tim redaksi Kompas.
Tema uji irit kali ini jelas merupakan sebuah terobosan baru dalam ajang test drive bersama bloger. Sebelumnya, bloger hanya menguji tingkat kenyamanan dan dapur pacu mobil yang dikendarai di berbagai medan. Dengan uji irit kali ini merupakan sebuah tantangan baru yang memberikan edukasi sekaligus pengalaman baru bagi para bloger.
Disini pula pemahaman mobil irit itu disamakan persepsinya. Mobil manapun jika dibawa dengan gaya dan cara berkendara yang kurang tepat tentu akan menghasilkan tingkat efisiensi bahan bakar yang tidak sesuai dengan harapan atau bahkan tidak cocok dengan pengujian tersertifikasi yang sudah dilakukan oleh pabrikan. Dengan kesepahaman diawal ini, jelas ada hal yang bisa disatukan dalam menilai klaim diler dengan apa yang dirasakan oleh para bloger langsung dilapangan.
Tema uji irit ini kedepan akan lebih efektif untuk terus dipertahankan untuk mencapai tujuan yang lebih banyak dipertanyaakan oleh konsumen luas tentang efisiensi bahan bakar. Hal tersebut sudah menjadi hal yang cukup sensitif ditengah rencana bahan bakar minyak yang akan memiliki kebijakan baru di awal tahun baru nanti. Sehingga dampaknya lebih bermanfaat bagi sponsor dan juga bloger.
Setiap tim ditantang untuk bisa mencapai angka melebihi tim redaksi. Akan ada apresiasi lebih yang diberikan jika salah satu tim bisa mencapai angka efisiensi bahan bakar minyak melebihi pencapaian tim redaksi. Semua tim menjadi terpacu untuk mengendara seefisien mungkin agar konsumsi bahan bakar minyak tidak terlalu boros.
Dengan mengusung tipe mesin 1.2 litre yang tidak jauh berbeda dengan kakaknya Nissan March, merupakan sebuah keistimewaan sendiri bagi LCGC Datsun Go Panca karena untuk urusan dapur pacu sudah tidak bisa diragukan lagi. Bahkan faktanya dilapangan hasilnya cukup mengejutkan beberapa bloger yang juga ikut pada sesi test drive sebelumnya.
Saya yang berada di tim 1 pada mobil tujuh sempat dibuat tercengang karena mobil hatchback dengan kelir jade yang kami pacu dari Palmerah hingga Taman Budaya, Sentul mencatat rata-rata penggunaan bbm rata-rata hingga 21.6 km/l. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan klaim Datsun yang sudah diuji berdasarkan aturan 115 CMVR 199 yang membukukan angka 20,63 km/l. Bahkan tim lain yang digawangi oleh Harris Maulana dkk sempat membukukan catatan hingga 22,60 km/l dengan rute yang sama, sempat mengalahkan tim redaksi kompas.
Cukup mudah untuk memonitor angka rata-rata penggunaan bbm pada Datsun Go Panca karena sudah dilengkapi dengan Multi Information Display yang sudah dikenalkan sejak melakukan test drive Nissan Evalia. Bahkan range jarak tempuh bisa diperkirakan dalam kondisi level bbm tertentu dengan melakukan setting pada MID. Panduan perpindahan gigi pun sangat membantu pengemudi untuk mencapai tingkat efisiensi bbm tertinggi.
Namun demikian, tantangan belum terlihat karena medan masih cukup nyaman karena sebagian besar melewati jalan bebas hambatan. Menjadi pengemudi kedua merupakan tantangan untuk saya mengoreksi hasil sebelumnya. Sebagai saran, untuk kompetisi uji irit selanjutnya, setiap pos perlu dilakukan pencatatan konsumsi bbm sehingga ada penggabungan di saat mobil menyentuh garis finish. Pasalnya dengan tiga pengemudi yang berbeda menggunakan satu mobil yang sama dan rute yang berbeda terntu akan sangat berpengaruh besar terhadap konsumsi bahan bakar setiap mencapai pos yang berbeda. Keterampilan antara pengemudi satu dengan pengemudi lain jelas berbeda. Inilah yang menjadi tim redaksi kompas berada diatas angin menurut hemat saya, hehehe.
Kesenyapan dalam kabin menurut pengakuan beberapa bloger memang masih menjadi pekerjaan rumah bagi Datsun. Head rest yang menyatu dengan seat memang sedikit membuat agak kaku saat pertama kali duduk di balik kemudi, tetapi membuat tampilan menjadi lebih racy. Tipe rem tangan yang berbeda dengan sistem pull and push rasanya Datsun terlalu berani dalam hal ini. Terkesan mobil jadul. Namun begitu hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan ruang lebih lapang pada baris depan hingga pengemudi bisa menempatkan tas atau barang lainnya di tengah kursi sehingga mudah dijangkau. Menjadi penilaian minus bagi mereka yang suka slalom karena agak sulit melakukannya dengan tipe rem tangan demikian.
Untuk fitur memang minimalis dan simpel. Konsumen memang tidak bisa terlalu berharap banyak dari mobil murah merek manapun juga. Dashboard yang memang terkesan simpel menjadikan Datsun tidak berbeda jauh dengan LCGC lainnya. Tetapi beberapa fitur unggulan patut diapresiasi sebagai nilai tambah. Value inilah yang perlu diperhatikan oleh konsumen secara seksama sebelum menjatuhkan pilihan. Contoh saja seperti lampu depan Follow-me-home yang bisa memberikan penerangan beberapa saat setelah pengemudi meninggalkan mobil dan hendak membuka pintu rumah. Cukup dimanjakan dengan fitur ini karena seperti memiliki asisten pribadi.
Untuk urusan suspensi memang Nissan jagonya. Hanya saja lapisan kedap suara dalam kabin memang kurang menunjukkan geregetnya hingga tingkat kebisingan didalam kabin masih cukup terdengar. Berada dibalik kemudi selama beberapa menit, saya tidak terlalu berani untuk melakukan akselerasi yang ekstreem. Menjaga rpm dibawah 2000 menjadi prioritas agar konsumsi bahan bakar tetap terjaga. Voila! Akhirnya saya bisa juga membukukan angka 22,30 km/l saat tiba di Hotel Santika TMII dari Taman Budaya Sentul. Saya berhasil mengoreksi angka sebelumnya. Agak sulit juga menjaga rpm dibawah 2000 karena pijakan gas harus smooth dan bermain dengan momentum kendaraan. Saat jalanan menurun, pijakan gas di lepas dan mengandalkan putaran roda tetapi tetap dimasukkan pada perseneling tinggi sehingga semburan bensin tidak terlalu banyak digunakan. Inilah cara yang lebih banyak efektif menghemat bbm seperti yang di teorikan oleh Aris FH.
Kesan pertama di balik kemudi Datsun Go Panca Hatchback, mobil ini termasuk cukup gesit di jalan tol dan terbilang irit untuk tipe LCGC. Beberap bloger yang mengemudikan MPVnya pun mengamininya termasuk yang sempat nyasar ke arah lain hehehe.
Sebagai catatan khusus Datsun Go Panca memiliki kelebihan dalam leg room pengemudi. Beberapa orang yang bertubuh bongsor mengaku tidak merasa kepentok dengan kakinya yang panjang. Ini pun menjadi cukup menarik karena tipe hatchback Datsun Go Panca bisa memberikan head room yang cukup tinggi untuk ukuran city car terutama bagi penumpang di belakangnya.
Fitur untuk Datsun Go Panca tipe tertinggi (T-Active) sudah cukup mumpuni dengan electric mirror untuk pintu depan ditambah dengan kompartemen untuk menyimpan botol minum dan koran atau majalah di sisi kanan dan kiri, ditambah dengan audio single din atau pun mobile docking station yang akan menemani perjalanan dengan sajian musik 24 jam dan AC yang tetap bisa dinyalakan meskipun dalam kondisi ingin mencapai tingkat efisiensi bahan bakar yang tinggi. Rasanya akan sulit bagi sebuah kendaraan di cuaca Jakarta yang panas pada siang hari tanpa menyalakan pendingin udara.
Pada tipe T Active (tipe tertinggi) sudah cukup worthed untuk ukuran LCGC dengan harga seratus jutaan saja. Selain konsumsi bahan bakar yang irit ditunjang dengan berbagai fitur yang cukup mumpuni untuk mobil murah. Datsun Go Panca memberikan value plus seperti namanya Datsun Go Panca Plus yang perlu diperhatikan oleh calon konsumen.
Setelah tugas selesai menjadi driver kedua, kemudian para bloger mendapatkan kesempatan makan siang bersama di Hotel Santika TMII. Menjadi hotel bintang tiga di kawasan Jakarta Timur, Santika TMII memiliki 123 kamar dengan tarif Rp 782 ribu per-malam. Khusus untuk pemilik Community Card Kriko Kompasiana akan mendapatkan potongan harga menarik diluar hari besar dan hari libur.
Saat berbincang dengan Ridwan yang juga asisten manager Food and Baverage mengungkapkan bahwa Santika TMII akan memberikan promosi mengahadapi tahun baru. Selain bisa menikmati gala diner dan count down bersama, Santika TMII juga akan menghadirkan berbagai hiburan seperti pertunjukan sulap dan badut-badut istimewa dengan karakter lokal. Mengusung tema Pesta Rakyat, Santika TMII akan mengetengahkan sajian unggulan lokal. Dengan harga 1,5 juta, setiap pasangan sah akan mendapatkan fasilitas gala dinner, count down, dan sarapan saat merayakan tahun baru di Santika TMII.
Komitmen Santika TMII dalam melestarikan kuliner dan budaya Indonesia patut diapresiasi apalagi lokasinya yang berada di gerbang TMII menjadika Santika TMII sebagai Duta Wisata bagi tamu mancanegara yang datang. Berbagai inovasi dilakukan mulai dari pertunjukkan kecapi dan suling, dan sajian kuliner khas Sunda yang bisa diterima lidah Indonesia dan lidah barat.
*** besambung***
Salam Hangat
@DzulfikarAlala
Baca Juga
Strategi Agar Si Kecil Rajin Cuci Tangan dan Gosok Gigi
Kispray, Membuat Lebih Percaya Diri Berbicara Dihadapan Audience
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H