Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Kedisiplinan Semu Para Pekerja Tambang, Benarkah?

13 Februari 2015   20:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:15 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_350908" align="aligncenter" width="560" caption="Zero Accident/dokpri"][/caption]

Ketika sekolah, kita kerap kali gundah ketika semuanya harus serba diatur. Mulai dari ujung kuku hingga ujung rambut ada aturannya dalam kitab suci sekolah. Wajar jika banyak yang mengasosiasikan sekolah bak penjara suci. Terpenjara namun meninggalkan kenangan yang tak terlupakan hingga usia senja.

Itulah juga mungkin yang saya rasakan ketika telah meninggalkan town site batu hijau. Sebagai orang awam yang pertama kali masuk ke area tambang, ada sejumlah peraturan khusus yang harus ditaati. Mulai dari kartu identitas yang harus terus menempel di badan, hingga alat pelindung badan mulai dari helm, sepatu boot hingga safety vest yang harus selalu dikenakan terutama di area pit.

[caption id="" align="aligncenter" width="590" caption="Rambu-rambu peraturan tersebar dimana-mana/dok.pri"]

[/caption]

Awalnya mungkin saya merasa kurang nyaman, tapi itulah prosedur yang harus ditaati dan diikuti bagaimanapun ribetnya. Semua sudah ada standar keselamatan sehingga upaya preventif lebih baik dilakukan daripada ada kejadian yang tidak diinginkan.

[caption id="" align="aligncenter" width="590" caption="Demi keselamatan/dok.pri"]

[/caption]

Kedisiplinan menjadi syarat mutlak pekerja tambang. Ada waktu yang harus ditepati terutama jam masuk dan jam pulang. Hal yang lumrah pula seperti di perkantoran. Namun, di area tambang semua peraturan bukan sekedar macan ompong. Pengawasan dan penindakan tegas terus dilakukan. Monitoring dan supervising merupakan prosedur tetap yang terus menerus dilaksanakan. Maka, tidak ada satupun pekerja yang berani mencoba menabrak aturan. Jika ada, maka konsekwensinya akan sangat berat. Mulai dari teguran, pencabutan hak pekerja hingga pemberhentian.

Hal yang tidak lumrah terjadi ketika di Newmont adalah baru pertama kalinya saya mengenakan sabuk pengaman saat menumpangi bus. Biasanya yang sudah-sudah tidak ada sabuk pengaman dalam bus kota maupun bus pariwista. Namun, bus yang berada di tambang berbeda, semua sudah dilengkapi dengan safety belt. Alih-alih mematuhinya, sebagian besar dari kami kerap alpa tak mengenakannya jika tidak diingatkan. Maka tak heran jika kepulangan kami dari townsite meninggalkan cela karena ketahuan polisi pengamanan internal Newmont yang menangkap basah rombongan botcamp batch IV ini karena tak patuh terhadap standar keselamatan.

Pertanyaannya bagaimana jika para pekerja tambang sudah keluar dari area tambang. Jawabannya mungkin sama seperti anak-anak sekolah pada masa lalu. Peraturan tinggal-lah peraturan. Semua merasa kembali seperti sedia kala, seperti berada di Indonesia. Benar itulah yang terjadi.

Tak berbeda jauh dengan warga Singapura yang takut sekali buang sampah di negaranya tapi mudah sekali membuang sampahnya di negeri orang. Mereka lebih takut dengan peraturan negerinya sendiri ketimbang di negeri orang. Begitulah para pekerja tambang di Newmont. Memang tidak seluruhnya, hanya segelintir saja yang baru terlihat dan itu dianggap cukup lumrah karena Kabupaten Sumbawa Barat merupakan bagian dari NKRI.

Lain halnya dengan mereka yang pernah mengalami kejadian luar biasa, kecelakaan yang hampir menghilangkan nyawa. Mereka yang sekali saja menghadapi trauma akan selalu ingat dan sadar betapa pentingnya keselamatan. Maka, tak perlu disuruh dan tak perlu peraturan, mereka inilah golongan yang telah makrifat karena pernah berada di ambang ajal. Mereka menyadari sepenuhnya bahwa peraturan yang super ketat bukan bermaksud membatasi tapi sebagai bagian dari proteksi.

Mereka yang telah makrifat di area tambang, memiliki perasaan selalu diawasi, dilihat dan diperhatikan, tak perlu lagi di pantau oleh CCTV. Setiap kali bertemu persimpangan, semua pengemudi apapun kendaraannya akan berhenti beberapa detik meskipun dari arah berlawanan atau kanan kirinya kosong tetep mereka akan berhenti. Sebuah pemandangan aneh bagi warga Jobodetabek yang kerap melihat lampu merah pun diserobot.

[caption id="" align="aligncenter" width="311" caption="Zebra Cross Please/dok.pri"]

[/caption]

Sayang beribu saying kebijakan safety memang tidak bisa diterapkan di luar area tambang. Wilayah NKRI berbeda dengan wilayah Newmont. Pemandangan yang ironi ketika menyaksikan anak usia SD yang dengan lincah keluar dari gang kemudian hilang ditelan tikungan jalan di Sekongkang. Potret wajah lalu lintas Indonesia yang kerap kali terlihat di ibukota ternyata saya temui di Sumbawa.

Aksi potong jalur pun ternyata terjadi saat kami meluncur dengan tenang di pasar Maluk. Sekonyong-konyong sebuah minibus yang baru keluar dari gang hendak menyerobot jalan lurus yang sedang kami lalui. Jika di Jakarta bisa saja berakhir dengan adu jotos. Untung kami cukup sabar dan sadar tidak ada gunanya melawan orang gila yang tak mengerti peraturan bahkan mungkin keselamatan bagi dirinya apalgi bagi orang lain.

[caption id="" align="aligncenter" width="590" caption="Obey the rules until die/dok.pri"]

[/caption]

Akan lebih indah jika system keselamatan ini diperkenalkan pada masyarakat area tambang kemudian diterapkan kebijakan yang setidaknya mirip dengan beberapa modifikasi. Bukan berarti menjadikan Newmont sebagai pemerintah baru dan menafikan pemerintah yang ada, melainkan bersama-sama membangun masyarakat yang lebih beradab dan bermartabat. Sebuah kawasan percotohan tertib lalu lintas yang akan dijadikan model bagi seluruh daerah di nusantara.

Tinggal di Townsite Newmont laksana tinggal di sebuah sekolah yang sarat dengan aspek-aspek pendidikan yang menanamkan nilai-nilai budi pekerti yang luhur. Secara tak langsung kami belajar lagi betapa pentingnya arti sebuah keselamatan terutama jika berada di area Tambang yang penuh dengan resiko kecelakaan yang tinggi. Well done.

[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Nyawa selama di town site/dok.pri"]

[/caption]

Safety Belt, Captain!

@DzulfikarAlala

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun