Melalui forum ini juga negara-negara bisa membahas strategi pengawasan maritim seperti dengan penggunaan teknologi Automatic Identification System (AIS) dan radar maritim untuk memantau pergerakan kapal secara lebih efektif. Dengan teknologi ini, pihak berwenang dapat mendeteksi aktivitas mencurigakan dan merespons insiden lebih cepat.Â
Dengan berbagi informasi secara real-time, negara-negara anggota dapat meningkatkan kesiapsiagaan mereka dalam merespons dan menangani berbagai ancaman maritim.
Selain itu, AMF juga berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas penegakan hukum di tingkat regional melalui program pelatihan dan lokakarya yang dirancang untuk memperkuat kemampuan aparat penegak hukum dalam menangani kasus perompakan secara efektif. Seperti melalui inisiatif  Malacca Strait Patrol (MSP), Coordinated Patrol Indonesia-Singapore (CORPAT INDOSIN), dan program interaksi rutin tingkat komandan.
Tidak hanya fokus pada kerjasama internal, AMF juga menjalin kerja sama dengan organisasi internasional seperti Regional Cooperation Agreement on Combating Piracy and Armed Robbery against Ships in Asia (ReCAAP) yang memantau dan menganalisis insiden perompakan di kawasan Asia. Kemitraan ini bertujuan untuk memperkuat upaya kolektif dalam mencegah dan menangani perompakan di kawasan Asia secara komprehensif.Â
Melalui kemitraan ini, AMF membantu memberikan informasi terkini mengenai aktivitas maritim yang mencurigakan dan pola ancaman maritim. ReCAAP juga menyoroti area-area yang menjadi perhatian dan modus dari para pelaku dan mendorong kapal-kapal agar bisa mengadopsi langkah pencegahan dan segera melporkan insiden ke Rescue Coordination Centers (RCC) negara pesisir terdekat.
Lebih jauh, AMF mendorong implementasi langkah-langkah Confidence Building Measures (CBM) antar negara-negara anggota ASEAN. CBM bertujuan untuk membangun kepercayaan dan meningkatkan transparansi antarnegara, sehingga tercipta kerjasama yang lebih baik dalam penegakan hukum maritim. Hal ini mencakup pengembangan mekanisme berbagi beban dan tanggung jawab dalam melindungi jalur perairan internasional yang rentan.
Selain mengatasi ancaman langsung, AMF juga berusaha untuk mengatasi akar masalah dari terjadinya pembajakan. Sebagian besar pelaku berasal dari komunitas pesisir yang menghadapi kemiskinan dan kurangnya peluang ekonomi. Untuk itu, AMF bekerja sama dengan pemerintah lokal untuk mengembangkan program-program pembangunan yang memberikan alternatif mata pencaharian.
Seperti program ekowisata dan pelatihan keterampilan maritim memberikan solusi jangka panjang untuk mengurangi keterlibatan masyarakat dalam kejahatan maritim. Selain itu juga dilakukan kampanye untuk membangun kesadaran tentang pentingnya menjaga jalur pelayaran juga dilakukan di tingkat lokal.Â
Pendekatan ini tidak hanya membantu mengurangi insiden pembajakan, tetapi juga memperkuat hubungan antara komunitas lokal dan pemerintah.
Dari banyaknya peran dan upaya yang telah dilakukan oleh AMF dalam isu ini apakah AMF berhasil mengatasi ancaman piracy dan armed robbery di Straits of Malacca and Singapore (SOMS)? Dapat dilihat pada grafik insiden piracy dan armed robbery di SOMS berikut.
Dari menurunnya kasus piracy dan armed robbery di tahun 2016 menunjukkan bahwa AMF berhasil melakukan perannya sebagai forum dalam memperkuat kemampuan untuk mengatasi isu maritim. Negara-negara pesisir di sekitar SOMS (Indonesia, Malaysia, dan Singapura) telah berhasil meningkatkan pengamanannya melalui patroli di jalur tersebut sehingga kasus piracy dan armed robbery dapat menurun.ÂAkan tetapi, grafik tersebut menunjukkan bahwa dari tahun 2016 hingga pertengahan tahun 2024 kasus tersebut  terus meningkat. Hal itu menjadi tantangan AMF dalam mengatasi  piracy dan armed robbery di SOMS. AMF telah melakukan berbagai upaya dan berkontribusi banyak dalam berperan sebagai platform dialog untuk membahas isu-isu maritim.Â