Mohon tunggu...
Fika Fatiha
Fika Fatiha Mohon Tunggu... Lainnya - Beriman, Berilmu, Beramal

Menulis Karena Ga Bisa Menggambar

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Nasib Anak Tanpa Peran Orang Tuanya

26 Mei 2023   13:09 Diperbarui: 26 Mei 2023   13:15 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak sekali anak yang hidupnya tidak sesuai dengan standar alur hidup (ekspektasi/harapan) orang-orang pada umumnya. Alasannya karena ia tidak memiliki orang tua yang utuh alasannya bisa jadi karena orang tuanya meninggal/bercerai/orang tuanya ada tapi tidak peduli pada anaknya. 

Dari pihak kenalan/keluarga yang utuh mungkin bertanya "kok bisa ya dia kelakuannya begini? Merendahkan, menghina, mencaci karena perlakuan anak dari keluarga yang tidak utuh berbeda; kelakuannya merugikan diri sendiri dan orang lain. 

Karena bisa jadi, anak yang berasal dari keluarga tidak utuh tersebut dia tidak percaya diri, tidak bisa menentukan keputusannya dengan bijak, tidak mampu menahan tebakan pahitnya dunia, masuk ke lingkungan yang tidak sesuai norma KARENA KEHILANGAN FIGUR AYAHNYA.

karena bisa jadi anak itu berantakan, tidak berseka, tidak disiplin, tidak bersih, tidak lembut, tidak ramah, tidak sopan KARENA KEHILANGAN FIGUR IBUNYA. 

Seharusnya dari pihak keluarga yang utuh di banding menghina, merendahkan, mencaci dan memaki ataupun bertanya kenapa, sudah SEHARUSNYA SEWAJIBNYA keluarga yang utuh membantu keluarga yang tidak utuh tersebut. Ini bukan terkait dengan membantu secara materi, tapi yang lebih penting adalah membantu menguatkan mentalnya, membantu menguatkan pikirannya dan membantu memperbaiki keputusannya. Orang berilmu membantu orang yang belum berilmu, orang mampu membantu orang yang belum mampu. 

Aku berasal dari keluarga yang tidak utuh, tapi aku juga berusaha untuk tidak ingin menjadi anak yang merugikan karena alasan masa lalu. Masa lalu tidak dapat ku ubah. Menciptakan keadaan yang merugikan (read;trauma) hanya karena alasan masa lalu hanyalah kesia-siaan yang hanya merugikan diriku sendiri. 

Tapi tidak semua anak seperti ku (dari keluarga tidak utuh) menyadari hal tersebut. Menyadari untuk sembuh dari trauma atau menganggap bahwa TRAUMA ITU SEBENARNYA TIDAK ADA. Menjadikan alasan karena orang tuaku begini makanya aku begini adalah dusta kehidupan. Kau berpijak di kakimu sendiri, bukan di kaki orang lain, kau lah yang bisa menentukan hidupmu BUKAN ORANG LAIN, BUKAN MASA LALUMU.

 "Ow jd ga butuh orang lain?" BUKAN BEGITU MAKSUDNYA, kita perlu orang lain untuk menjadikannya pelajaran dari pengalaman ataupun kebiasaan yang dia tempuh sebelumnya sampai mencapai puncak suksesnya (TAPI TIDAK DITELAN MENTAH-MENTAH BEGITU SAJA PENGALAMANNYA -- KARENA KITA PUNYA JAMAN HIDUP YANG BERBEDA; PERLU KEBIJAKSANAAN DALAM MENENTUKAN HAL INI) 

Bukankah orang yang katanya super baik saat ini pun mengambil pelajaran dari orang-orang super buruk untuk tidak melakukan tindakan/keputusan yang salah seperti orang super buruk tsb? Bukankah orang yang dulunya super buruk pun mengambil pelajaran dari orang-orang super baik agar bisa mengambil keputusan dan tindakan yang tepat dalam hidupnya? Sebenarnya kita ini saling mengisi satu sama lain, saling memaknai satu sama lain, hubungan interpersonal ini horizontal di mata manusia. Yang bisa membedakan kualitas seseorang hanya yang berada di-atas (vertikal), Allah SWT. 

Kembali ke topik. Maka, aku sangat berterima kasih kepada siapapun, keluarga/kenalan/teman yang membantuku, keluarga ku atau membantu mereka yang juga bernasib sama seperti ku untuk disadarkan kembali pikirannya, di kuatkan kembali mentalnya, di rasionalkan kembali akalnya untuk tidak menyerah dengan hidup yang fana ini, hidup yang sementara ini. Semoga pahala jariyah mengalir kepada kalian semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun