Mohon tunggu...
Fika Fatiha
Fika Fatiha Mohon Tunggu... Lainnya - Beriman, Berilmu, Beramal

Menulis Karena Ga Bisa Menggambar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Belajar, Merdekanya Para Pelajar

9 Mei 2023   14:47 Diperbarui: 19 Mei 2023   14:30 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/merdeka-belajar

Pendidikan merupakan salah satu kunci sukses untuk melahirkan manusia berkualitas. Dunia pendidikan dalam suatu negara diatur dalam sistem pendidikan untuk menciptakan tercapainya tujuan yang di harapkan. 

Salah satu sistem pendidikan yang ada di Indonesia saat ini kita mengenalnya dengan Kurikulum Merdeka Belajar. Dilansir dari gurubinar.id kurikulum merdeka belajar adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam. Dengan kurikulum ini maka pembelajaran akan lebih maksimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan memperkuat kompetensinya. 

Di kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 2013, Guru di tuntut untuk menuntaskan banyaknya kompetensi dasar yang harus sudah di selesaikan dalam jenjang waktu tertentu. Materi yang banyak di tambah waktu yang sedikit pada akhirnya hanya menciptakan suasana yang terburu-buru sehingga menghilangkan pemahaman dan esensi dari setiap materi itu sendiri. Hasil akhirnya adalah Guru menderita mengajar dan murid menderita belajar. 

Salah satu program favorit kurikulum merdeka belajar adalah tidak adanya tuntutan kepada Guru untuk menuntaskan kompetensi dasar sesuai dengan waktu yang di tentukan sehingga peserta didik berfokus kepada pemahaman kompetensi dan pemberdayaan materi. Guru memprioritaskan untuk melihat kompetensi apa yang belum di kuasai oleh murid melalui asesmen diagnosis/formatif.

Di kurikulum merdeka belajar siswa di ajak untuk menguasai kompetensi, memberdayakan hasil belajar nya sehingga tidak perlu buru-buru di kejar deadline yang ada. Hal ini tentunya menjadi hal yang sangat relevan dan baik bagi siswa untuk memahami secara mendalam pelajaran yang di pelajari olehnya. Sehingga nantinya peserta didik akan di ajarkan untuk mengenali potensi dan persoalan di sekitar serta merumuskan, menguji dan memberikan solusi untuk berkontribusi kepada khalayak yang lebih luas. 

Di Kurikulum merdeka belajar, kelulusan belajar di tentukan oleh Guru yang mengajar, sehingga bila Guru yang menentukan hal tersebut maka penilaian menjadi objektif karena Guru lah yang mengetahui kemampuan setiap murid yang di ajarkan nya, terlebih Guru di dalam merdeka belajar juga di berikan tugas untuk mengajarkan materi sesuai dengan kemampuan murid menangkap pelajarannya, otomatis Guru dan Murid sama-sama saling di untungkan dalam mengajar dan belajar. 

Jika kita masih menggunakan kurikulum lama, ibaratnya seperti seorang anak yang mempelajari pelajaran matematika. Saat belajar matematika seorang anak akan di ajarkan untuk mengenal angka, lalu di ajarkan penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian sampai Ke materi matematika lainnya.

Seorang murid tidak akan bisa melakukan pembagian jika tidak mengetahui bagaimana cara menyelesaikan perkalian, seorang murid tidak akan bisa melakukan perkalian jika tidak tahu bagaimana cara penjumlahan.

Sama dengan pelajaran lainnya, seperti itulah salah satu hambatan bila kita masih menerapkan sistem pembelajaran berbasis menuntaskan kompetensi dasar tanpa benar-benar memahaminya secara mendalam. 

Bayangkan bila kita masih menggunakan kurikulum dengan syarat menuntaskan banyak kompetensi materi dengan jadwal yang sudah di tentukan, murid yang masih belum paham KD 1 tapi tiba-tiba Guru menerangkan KD 3 karena sudah sesuai jadwal maka murid tersebut akan mencap dirinya bodoh karena tidak memahami materi yang diberikan oleh Gurunya sampai akhir. 

Pada akhirnya murid akan melabeli dirinya bahwa ia adalah murid yang tidak pintar, tidak memiliki minat belajar dan menganggap bahwa pendidikan tidak berguna untuknya. 

Padahal tidak ada murid yang bodoh di tangan Guru yang bijak. Kita pun tidak bisa menyalahkan kesalahan Guru 100% karena di atas Guru masih ada Kepala Sekolah, di atas Kepala Sekolah masih ada Kementrian Pendidikan yang memiliki salah satu tugas yaitu merancang sistem pendidikan se-relevan mungkin yang sesuai dengan kebutuhan. 

Sekolah harus tunduk dan patuh pada sistem pendidikan yang ada dengan tujuan tertentu, bila menerapkan sistem pendidikan yang salah maka hasilnya akan fatal, jika tujuan pendidikan adalah untuk melahirkan manusia yang berkualitas maka hal tersebut tidak akan berhasil bila sistem pendidikan kita tidak relevan untuk mencapai tujuan yang di inginkan. 

Tapi saat ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berupaya menjawab keresahan penderitaan yang di alami oleh murid dan guru dengan konsep Kurikulum merdeka belajar. 

Tidak hanya memberlakukan agar murid di ajarkan untuk memahami dan memberdayakan kompetensi, tapi kurikulum merdeka belajar di jenjang SMA juga tidak mengkotak-kotakkan murid untuk bergabung dalam jurusan IPA dan IPS, tapi murid dibebaskan untuk memilih mata pelajaran yang diminati olehnya sesuai dengan minat dan bakat masing-masing (terkecuali mata pelajaran wajib yang harus di ikuti semua murid). Dan masih banyak lagi program Kurikulum merdeka belajar yang relevan untuk peserta didik di Indonesia. 

Kurikulum merdeka belajar bila diterapkan dengan sangat bijak, baik dan benar pada murid maka implementasinya akan menghasilkan manusia berkualitas yang tidak hanya cerdas secara intelektual tapi juga cerdas secara spiritual dan emosional. 

Maka, semarak merdeka belajar harus kita promosikan sebanyak-banyaknya ke khalayak luas agar berita baik ini diketahui oleh masyarakat luas dan dukungan untuk berhasilnya pendidikan di Indonesia tidak hanya dilakukan di lingkungan sekolah tapi di dukung juga oleh lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan bangsa dan negara.

#SemarakkanMerdekaBelajar #Hardiknas 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun