Mohon tunggu...
Fika Enggar Prayogo
Fika Enggar Prayogo Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa S3 Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Surabaya dan mengajar di Sekolah Indonesia Jeddah, Arab Saudi

Tertarik dengan tema pendidikan, teknologi pendidikan, manajemen dan pengembagan diri.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Generasi Emas dan Literasi Fisik di Era Digital

21 Desember 2024   03:01 Diperbarui: 21 Desember 2024   03:01 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini bangsa Indonesia memasuki babak baru dalam dunia pendidikan seiring dengan pergantian Menteri Pendidikan. Kita semua berharap Menteri yang baru dapat menjawab tantangan pendidikan nasional. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah menghadapi isu yang senantiasa menjadi perhatian yaitu dalam kemampuan literasi dan numerasi siswa Indonesia yang tercermin dalam hasil Program for International Student Asesment (PISA). Dari data PISA tahun 2021 memperlihatkan bahwa nilai rata-rata literasi membaca siswa Indonesia berada pada peringkat 72 dari 79 negara, sementara skor matematika berada pada peringkat 76. Dengan alasan agar adaptif dengan perkembangan zaman maka akan ditambahkan pula mata pelajaran pilihan yaitu coding dan kecerdasan buatan (AI). Di tengah fokus pada literasi yang bersifat koginitif ada satu aspek penting yang terabaikan : literasi fisik (phyisical literacy). 

Literasi Fisik : Pondasi yang Terlupakan

Interaksi anak-anak di era digital ini dengan gadget semakin intens. Survey yang dilakukan oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika pada tahun 2o23 menunjukkan bahwa pada anak rentang usia 7-18 tahun menghabiskan rata-rata 5-7 jam per hari di depan layar. Ini menyebabkan mereka enggan bergerak aktif secara fisik. Padahal, literasi fisik ini merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan percaya diri dan kompeten dalam berbagai konteks sangat penting untuk perkembangan fisik dan mental anak-anak. Ketika anak-anak tidak dibekali dengan literasi fisik yang baik maka akan sangat beresiko enghadapi bergagai persoalan kesehatan, mulai dari obesitas, hingga gangguan postur tubuh yang pada akirnya akan mempengaruhi produktivitas mereka.

Seorang pakar pendidikan jasmani Dr. Dean Dudley menyatakan bahwa literasi fisik merupakan dasar untuk partisipasi sepanjang hayat dalam aktivitas fisik dan olahraga. Rasa percaya diri dan keterampilan motorik yang esensial dapat dikembangkan dengan baik. Pernyataan ini menegaskan bahwa literasi fisik merupakan bagian penting dalam perkembangan anak yang menyeluruh. 

Namun, literasi fisik ini belum memiliki perhatian khusus dalam kebijakan pendidikan nasionak. Kebijakan yang muncul seringkali lebih berfokus pada aspek kognitif sementara kesehatan fisik seperti dianggap sebagai pelengkap bukan prioritas.

Kabar Baik! Tambahan Jam Olahraga di Sekolah

Dalam dilema ini, ternyata instruksi Presinden Prabowo Subianto membawa angin segar yaitu dengan menambahkan satu jam pelajaranoilahraga di sekolah. Kebijakan ini, jika diimplementasikan dengan baik, dapat menjadi momentum untuk membangun budaya gerak di kalangan siswa. Sebuah studi yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa anak-anak yang aktif secara fisik memiliki performa akademik yang lebih baik, kemampuan konsentrasi yang meningkat, dan kesejahteraan mental yang lebih tinggi.

Penambahan jam olahraga ini perlu dibarengi dengan pendekatan yang strategis. Seperti yang diungkapkan olah Dr. Richard Bailey seorang peneliti di bidang pendidikan jasmani bahwa aktivitas fisik ini perlu memberikan pengalaman yng menyenangkan serta membangun kebiasaan aktif yang kontinyu sehingga aktivitas olahraga di sekolah bukan hanya sekedar olahtraga kompetitif. maka penting untuk memastikan bahwa siswa merasa dilibatkan dan menikmati aktivitas fisik yang dilakukannya. 

Mengintegrasikan Literasi Fisik ke dalam Kurikulum

Menambah jam olahraga saja tidak cukup. Diperlukan pendekatan yang lebih strategis untuk memastikan literasi fisik menjadi bagian integral dari kurikulum. Hal ini bisa dilakukan dengan:

  1. Meningkatkan Kualitas Pengajaran PJOK
    Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) harus dibekali dengan pelatihan untuk mengajarkan literasi fisik secara efektif, termasuk pemanfaatan teknologi seperti aplikasi kebugaran. Data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menunjukkan bahwa 45% guru PJOK merasa perlu pelatihan lebih lanjut untuk mengadaptasi metode pengajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa.

  2. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun