Hari terus berlalu, sepertinya mama dan bapak menyelesaikan masalahnya diluar rumah. Karena sesampainya dirumah, mereka tak pernah saling berbicara satu sama lain. Saat itu rumah bagiku adalah neraka.
Disatu malam, mama memanggilku untuk datang ke kamarnya. Mama bilang "de mama sama bapak ga akan cerai, semua yang ade tau soal bapak dengan perempuan itu. Itu memang benar adanya, tapi ade jangan sampai membenci bapak, mau bagaimanapun dia adalah bapak kandung kamu. Biar yang lalu jadi pelajaran, mama udah memaafkan bapak. Mama juga udah temuin perempuan itu, mama sempat bertanya sama bapak. Siapa yang akan dia pilih, mama atau perempuan itu tapi bapa tetap memilih kita. Jadi ade juga harus bisa memaafkan bapak, bapak juga manusia biasa yang bisa berbuat khilaf." aku menangis sambil memeluk mama, betapa tegarnya wanita yang telah melahirkanku ini, ketika ia dikhianati oleh suaminya sendiri. Mama tetap tegar dan memaafkan kesalahan bapak.
Hari demi hari berganti, kami mulai menjani kegiatan seperti biasanya. Mama menyiapkan sarapan sebelum berangkat ke kantor, bapak bekerja, aku sekolah dan kakak masih aktif di organisasi pencinta alam. Sedikit demi sedikit, aku mulai berani membuka percakapan dengan bapak. Setiap malam aku mendirikan shalat tahajud dan meminta agar Allah membukakan hati bapak dan dijaukan dari kemaksiatan, aku juga selalu berdoa agar keluargaku selalu bahagia.
Tiba usiaku menginjak 15 tahun akhirnya aku seorang siswi kelas 1 sekolah menengah atas. Disuatu sepertiga malam ketika aku tengah berdoa pada-Nya. Pikiran ini terlintas begitu saja dipikiranku, yang sebelumnya tak pernah aku bayangkan. Aku mengingat kejadian beberapa tahun lalu saat bapak melakukan kesalahan itu. Dan melihatnya sekarang telah berubah menjadi lebih baik, dari yang sering meninggalkan shalat wajib kini bapak mulai terbiasa mendirikan shalat 5 waktu. Melihat perubahan itu, aku menangis bersyukur pada Allah yang telah memberikan ujian itu beberapa tahun lalu. Begitu banyak makna dibalik cobaan yang sangat berat bagi keluarga kami. "Aku ingin bapak masuk syurga" tiba-tiba hatiku mengatakan kata-kata tersebut dan aku berniatkan diri untuk menutup auratku dengan hijab. Perlahan aku mulai memakai hijab walau yang aku gunakan belum sesuai dengan syariat islam, Â namun aku ingin terus belajar. Aku ingin melakukan ini niat karena allah dan untuk bapak, ini adalah wujud rasa sayangku yang tak pernah aku ucapkan langsung untukmu. Maafkan anak perempuanmu yang pernah menyimpan rasa dendam padamu, dan tentunya aku berterima kasih karena sampai detik ini bapak masih mencintai keluarga kami dan terus berubah menjadi lebih baik.
Hari ini, aku menuliskan kisah nyata yang menurutku paling berkesan dan tak akan pernah aku lupakan. Saat ini, aku adalah siswi kelas 3 sekolah menengah atas, aku mempunyai banyak mimpi dan berharap bisa mewujudkannya dengan caraku sendiri. Dengan dorongan cinta kasih keluarga serta orang orang yang aku sayangi, aku selalu bisa melewati cobaan demi cobaan dalam hidup. Dan aku tak pernah menyesal karena pernah mengalaminya. Seperti hari ini, untuk mengetik dan mengingat cerita ini lagi. Ada air mata yang jatuh, kemudian aku tersenyum karena saat ini. Aku bisa melewatinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H