Sembari menggotong bibit bakau dan kayu, seluruh partisipan berjalan dibawah teriknya matahari yang membakar kulit. Tapi siapa peduli, kan? Sesekali candaan dan nyanyian menjadikan langkah kita terasa lebih ringan dan bersemangat. Kami semua merasa berpetualang seperti Si Bolang, salah satu acara televisi favorit saat masa kecil. Tidak hanya berjalan sejauh kurang lebih satu kilometer ternyata harus menyeberangi perairan setinggi lutut yang mengharuskan untuk melipat celana dan jika ingin melepas sandal diperbolehkan agar tidak hanyut.
“FSL ini tuh ngga cuman nanam bakau aja sih, tapi kita kayak cosplay jadi Si Bolang yang paling berani, padahal kita banyak teriaknya pas nyebrang air tadi soalnya tanahnya narik kaki ke bawah,” ucap Sulis diakhiri dengan tawa.
Terdapat kejadian lucu, yaitu dua orang partisipan saat menyebrang perairan yang tingginya selutut itu hampir terjatuh karena tanah di bawah perairan merupakan tanah endapan yang dapat menarik kaki ke dalam tanah. Kejadian selanjutnya seorang partisipan tidak melepas sandalnya saat menyebrang sehingga hanyut tersisa sebelah saja.
Tibalah tepat di pesisir pantai seluruh partisipan langsung melakukan aksi penanaman bibit bakau. Seperti yang dijelaskan sebelumnya terdapat cara menanam bakau dengan benar, yaitu gali tanah untuk menempatkan kayu sebagai sandaran, lepas plastik bibit bakau taruh bersebelahan pas dengan kayu, ikat keduanya menggunakan tali berbentuk angka delapan, terakhir kubur kembali tanahnya dan bakau siap tumbuh menghijaukan bumi. Tidak lupa setelah selesai melakukan penanaman diberi nama dengan maksud pemberian nama itu sebagai hasil usaha dari hati ikhlas untuk lingkungan dan mendapat pahala jariyah.
“Seru banget, adain lagi dong tahun depan! Tapi dimana ya kira-kira? Kalau ada kayaknya sih bakal ikut lagi, soalnya nambah pengalaman yakan, sekalian jalan-jalan,” Kesan pesan dari Mei yang bangga menjadi partisipan dalam kegiatan ini.
Untuk mengakhiri kegiatan ini seluruh partisipan berkumpul dan menikmati makan bersama yang disiapkan oleh penyelenggara. Diantaranya saling berbagi cerita serta pengalaman selama penanaman bibit bakau, menjalin keakraban sesama mahasiswa, baik dari internal BEM FISIP UNS dan Mahasiswa FISIP UNS.
Dengan program melalui aksi nyata penanaman bibit bakau ini diharapkan tidak hanya memberikan manfaat dalam jangka pendek, tetapi bermanfaat untuk jangka panjang masa depan bumi yang hijau dan kelestarian lingkungan pesisir Pantai Baros. Komitmen kita terhadap kepedulian pelestarian lingkungan menjadikan bukti nyata bahwa peran kita sangatlah penting dalam menjaga pelestarian bumi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H