Masa SMA adalah masa dimana anak-anak remaja mencari jati dirinya dan mencoba berbagai hal untuk terlihat lebih menarik dan terkenal diantara teman temannya. Dan tak jarang diantara mereka banyak yang melakukan hal-hal ekstrim seperti balapan liar, mabuk-mabukan, mencuri  dan membeli brand pakaian terkenal yang cenderung mahal bagi kantong pelajar indonesia.  Menjadi orang yang berbeda dari yang lain sebenarnya tidak ada salahnya namun bagaimana orang tersebut mendapatkannya adalah hal yang  menarik , salah satunya menjadi seorang yang memiliki selera fashion yang hypebeast.Â
Hypebeast (Hyper = Menggilai, Mengikuti dan Menggunakan) adalah Trend berpakaian yang sedang booming (hype) untuk tetap terlihat stylish dan Kekinian . Seorang Hypebeast biasanya hanya mengetahui brand-brand original yg sering didengar dan memiliki harga jual fantastis dan luar biasa mahalnya. seperti video yang akhir-akhir ini sedang viral di sosial media instagram, dimana anak pelajar sma menggunakan outfit yang dari atas sampai bawah seharga UMR Jakarta tahun 2019 dan hal ini berbanding terbalik dengan Elvina, seorang siswi SMA YP BDN yang sederhana dan jauh dari kata mewah seperti anak lainnya
Elvina adalah seorang siswi kelas sebelas di SMA YP BDN yang memiliki kendala finansial namun tidak ia tunjukkan kepada teman-temannya akan kesulitannya tersebut. memiliki pekerjaan sebagai pemulung dan pencuci piring di suatu rumah makan di dekat rumahnya di daerah Jembatan Lima, Jakarta Barat. " Saya bersyukur masih bisa sekolah dan bekerja paruh waktu untuk menambah uang jajan saya disekolah dan sekaligus meringankan beban orang tua saya  membayar spp sekolah yang bisa dibilang lumayan mahal untuk seseorang seperti saya," ujarnya.Â
berbagai usaha bantuan pendidikan untuk meringankan beban biaya spp sekolah sudah ia usahakan namun masih belum ada hasilnya. mulai dari bantuan kuil tempatnya beribadah hingga komunitas keagamaan tempat dirinya dan ayahnya bernaung, jawaban mereka seakan-akan masih menggantung dan belum pasti. beruntungnya, pihak sekolah membantunya dengan memberikan bantuan pendidikan dari pemerintah Dki Jakarta yaitu KJP namun bantuan KJP ini belum cukup membantu melunasi tunggakan spp sekolahnya yang menumpuk.
" walaupun saya seorang pemulung yang memiliki basic pendidikan yang rendah dan kesulitan keuangan namun saya tidak mau anak saya,Elvina memiliki riwayat pendidikan rendah seperti saya. saya mau anak saya menjadi orang yang sukses berdasarkan pengetahuan ilmu pendidikan yang ia dapatkan disekolah yang membantunya untuk menjalankan kehidupannya kelak dan agamanya yang membuat dirinya selalu dekat dan ingat akan ajaran tuhan yang bisa menyelamatkan dirinya di dunia maupun akhirat," ujar pria berusia 46 tahun tersebut.
Ayahnya (46) yang merupakan pemulung sekaligus anggota dari kuil keagamaan Budha di daerah Jembatan Lima menceritakan keseharian Elvina setelah pulang sekolah. Mulai dari membantu dirinya memulung dari siang hingga petang, lalu dilanjutkan dengan bekerja paruh waktu sebagai pencuci piring di suatu rumah makan dengan bayaran sepuluh ribu rupiah. hal ini dilakukannya untuk meringankan beban ayahnya yang seorang diri menafkahi dirinya yang masih bersekolah.
" saya  sangat bersyukur memiliki anak perempuan kuat seperti Elvina yang tidak menuntut banyak hal seperti kebanyakan anak remaja lainnya dan tidak malu untuk mengakui bahwa ayahnya adalah seorang pemulung dihadapan teman-temannya, ia sangat bangga padaku," katanya dengan mata yang terlihat sedang menahan air matanya karena bangga.
Hal ini sangat jarang dilakukan remaja pada zaman sekarang dan hal ini pulalah yang menyentuh hati saya untuk menulis berita tentang Elvina. Maksud dari tulisan ini adalah penulis ingin menunjukkan bahwa tidak semua anak SMA pada zaman sekarang memiliki gaya hidup yang hypebeast seperti citra yang diberikan banyak orang padanya. Masih banyak anak-anak sma diluar sana yang sederhana dan memiliki akhlak dan perilaku yang baik demi mencapai cita-cita. Selain itu, penulis berharap untuk pihak-pihak di luar sana yang mempunyai program membantu sesama dalam bidang pendidikan agar tidak menggantungkan jawaban kepada mereka yang membutuhkannya karena jawaban kalian sangat dibutuhkan bagi mereka, berikan jawaban yang jelas sehingga tidak membuat mereka menunggu terlalu lama.
Penulis : Fifi Zuniarti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H