Mohon tunggu...
Fiiya Amzya
Fiiya Amzya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Refleksi Hijrah

22 Januari 2018   15:40 Diperbarui: 22 Januari 2018   15:49 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari itu sangat indah,  bunga bermekaran dengan warna yang berbeda,  hawa dingin tak menyurutkan semangat juang menggapai apa yang diharapkan. Mata ini tertutup meresapi segala kemungkinan yang terjadi disuatu saat nanti. Bukan karena aku lelah,  tapi karena ada banyak tetesan air hujan yang saat ini menimpa diatas kepala yang mendangak,  ya aku menatap langit yang sedang menurunkan hujan. Aku suka,  bahkan ingin melakukan ini setiap saat. 

Tapi itu tidak mungkin, bukan karena waktu itu yang tidak ada,  tapi karena suasana hari yang berbeda disetiap waktu itu. Terkadang kita tau hari esok pastilah berbeda dengan hari sebelumnya,  tapi kita tidak mau bergerak memaksimalkan hari itu menjadi lebih baik, entah itu saat ini maupun esok. 

Ah sebenarnya aku tak terlalu berharap dengan hari esok,  karena esok belum berarti ada. Tapi yang aku harapkan adalah hari ini semoga bisa menjadi kemajuan untuk hari esok. Meski aku tak pernah tau apa yang selanjutnya terjadi dalam episode kehidupan yang semakin menguji ini. Namun setidaknya menjadi lebih baik adalah sebuah anugerah yang wajib disyukuri.  

Aku bahkan tak pernah menyangka,  tapi aku yang telah memilih ini semua. Berawal dari hal kecil dan niat yang sesat,  aku berusaha untuk mencari jalan keluar yang terarah meski terhambat dalam nostalgia yang seringkali teringat. Pantaskah?  Jelas aku merasa tak pantas dan tak mungkin. Bahwa aku adalah pendosa, lemah,  dan tak memiliki apa-apa.  

Pengampunan?  Jelas aku merasa tidak akan mendapatkannya bahkan secuil pun tak akan diberi.    Semua adalah kesalahan,  pemikiran ini belum terbuka. Padahal ketika aku berusaha membacanya,  kemudian berfikir jernih,  aku melihat harapan itu.

"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)." (QS. Az Zumar: 53-54)

Ketika keyakinan mulai merasuki jiwa dalam dada ini,  lalu apa yang bisa menyaingi keyakinan itu?.  Ketika aku mulai mengerti bahwa hanya kepada-Nya lah aku bersandar menyerahkan hidup matiku,  lalu apa pentingnya dunia ini? 

Jika saja aku tau ini semua dari awal saat aku dilahirkan mungkin aku tak sejauh ini untuk berusaha menggapai cahaya itu. Namun uniknya,  setiap orang memiliki jalan berbeda dalam menapaki episode kehidupan yang bertajuk ukhrawi itu. 

Aku bersyukur bisa menjadi bagian dari mereka,  Mereka yang menemukan jalan lebih cepat dari diriku. Mereka juga bagian inspirasi kehidupanku, mereka saling menguatkan untuk bertahan dalam jalan indah itu, bahkan saat aku baru menemukan cahaya,  mereka dengan sigap menangkapku dan cahayaku kedalam dekapan yang tenang. 

Dekapan yang hanya karena cinta - Nya kita dipersatukan.  Lebih dari sekadar rasa nyaman,  aku dengan segala ambisi mencoba untuk beradaptasi. Awalnya tak mudah dan merasa minder,  selalu bertanya dalam hati 'apa aku bisa seperti mereka?'.  

"Apabila Dia hendak Menetapkan sesuatu, Dia hanya Berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka terjadilah sesuatu itu."(QS.Al-Baqarah:117)
Bagaimana mungkin aku bisa mengkhianati ayat itu ketika keyakinan sudah tertanam dalam hati ini.  Pupuk yang tersebar itu bahkan sudah menjalar dalam akal ini.  

Aku juga bisa jika aku berusaha,  Man Jadda Wa Jada. Meski aku harus tertatih untuk menyamai seperti mereka yang hanya meneladani satu orang paling mulia yang pernah ada di muka bumi ini,  Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Berat?  Awalnya aku merasa seperti itu,  bahkan ujian hidup semakin sulit setelah aku memilih jalan ini. 

Tapi ini semua bukan apa-apa. Ini semua hanyalah  sementara yang tak akan pernah berarti apa-apa dengan ukhrawi yang akan tetap aku impikan. Bagian dari misi besar kehidupan adalah tentang bagaimana aku bisa menuju surgawi dengan mudah melalui apa yang aku lakukan selama hidup didunia. 

Karena kehidupan tak sesempit dunia ini,  ada hal yang jauh lebih luas,  namun itu semua hanya bisa dilihat oleh hati-hati yang mulai memahami.  Ketika hati ini terlalu nyaman dengan mereka yang mendekapku dengan hangat. Kemudian hari itu pun tiba, hari dimana aku harus berjuang lebih maksimal lagi,  hari dimana bukan hanya mimpi-mimpi kehidupan diri sendiri yang perlu diperjuangkan. 

Tapi disana,  dari jauh namun terasa dekat,  ada hati-hati lain yang sebenarnya ingin melangkah menuju kehidupan yang abadi. Mereka yang lain juga ingin menemukan,  merasakan,  dan memperjuangkan apa yang sebenarnya harus dilakukan. Mereka yang lain paham akan kebenaran ini,  namun lingkungan mungkin belum mendukungnya untuk melangkah lebih jauh. 

Mereka yang lain belum siap untuk menjadi kaum minoritas diakhir peradaban dunia yang semakin mencekik saat ini. Aku hanya berusaha merangkul,  seperti dulu mereka merangkul aku yang lain. Ini tidak mudah, karena ini adalah salah satu misi besar kehidupan itu. 

Berjuanglah kawan,  aku juga dulu berjuang,  sungguh nikmat perjuangan itu,  yang tak akan pernah aku lupakan sepanjang masa. Bahwa menjadi lebih baik adalah pilihan yang sangat pantas untuk dijalani.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi.

Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka.

Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.

Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman.

Mereka memperoleh ampunan dan rizqi (ni'mat) yang mulia. Dan orang-orang yang beriman sesudah itu, kemudian berhijrah serta berjihad bersamamu maka orang-orang itu termasuk golonganmu (juga). Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Q.S. Al-Anfl 8 : 72-75)

Didalam kereta,  ditengah perjalanan menuju rumah dunia. Senin,  22 Januari 2018. 

[FY] 

@fiiya_amzya @sajak_baper 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun