Mohon tunggu...
Muhammad Rafi Awlia
Muhammad Rafi Awlia Mohon Tunggu... Mahasiswa - 𝖋𝖎𝖎

𝖌𝖔𝖙 𝖆 𝖇𝖚𝖑𝖑𝖊𝖙 𝖜𝖎𝖙𝖍 𝖚𝖗 𝖓𝖆𝖒𝖊 𝖔𝖓 𝖙𝖍𝖊 𝖇𝖆𝖗𝖗𝖊𝖑

Selanjutnya

Tutup

Diary

Principles in Life

2 April 2021   20:48 Diperbarui: 2 April 2021   20:59 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Assalamualaikum Wr. Wb.

Bismillahirrahmanirrahim, hallo gaiiss balik lagi di artikel of fii.. kali ini saya bersama dua teman saya yang bisa disebut minoritas di usia dan pergaulan di kalangan remaja sekarang..

Pertama saya disini akan membicarakan tentang usia produktif, usia produktif itu simple nya yaitu dimana kita tidak berusia terlalu tua dan tidak terlalu muda, tetapi kita bisa melakukan banyak hal. Termasuk usia muda, mayoritas remaja sekarang merasa sibuk dirinya akan pekerjaan yang sedang dijalankan, dan aja juga remaja yang menghabiskan waktu luangnya dengan kegiatan-kegiatan produktif.

Jadi fi, di usia saya pribadi yang menginjak 26 tahun, usia-usia yang seharusnya produktif, yang seharusnya bisa bekerja dan menghasilkan uang sendiri, dan dari uang itu bisa digunakan untuk membahagiakan orangtua, bisa saya manfaatkan sendiri untuk keperluan pribadi, bisa beli hp bagus, bisa beli baju dan sepatu yang mewah, makan di restoran. 

Nah ini contoh mayoritas remaja yang sering kita temui.. tetapi fi, saya pribadi lebih memilih di usia produktif saya dengan cara mengajarkan hal yang bermanfaat bagi oranglain, minimal bermanfaat bagi kedua orangtua dan diri sendiri. Nah ci usia produktif ini, saya mengajar ilmu agama seperti mengajarkan hadith dan ayat-ayat suci al-qur'an. 

Dan saya pribadi lebih memilih untuk mengajarkan dan membagikan ilmu yang sudah saya pelajari dibandingkan menyimpannya sendiri.. Tidak seperti kebanyakan orang yang sudah mendapatkan ilmu yang cukup, dia akan menyimpan nya sendiri dan memanfaatkan ilmu itu sendiri tanpa membagikan ilmu itu ke orang sekitar nya.

   Dan disini saya mempunyai teman, yang mayoritas remaja sekarang lebih memilih dunia dan pergaulan yang bebas khusus nya di wilayah Jakarta. 

   Kenapa kamu lebih memilih belajar di pesantren dibandingkan sekolah negeri atau sekolah ternama di Jakarta?

Jadi gini fi, sebenernya aku pribadi juga nggak mau di pesantren fi.. tapi di keluarga aku mayoritas pesantren semua, kecuali kakak aku yang perempuan..

Kenapa kamu nggak tolak perintah mamah kamu untuk belajar di pesantren?bukannya kamu juga sudah dewasa dan seharusnya kamu punya prinsip dan pendirian.. 

   Waktu itu juga sudah aku coba fi untuk menolak perintah mamah ku untuk ke pesantren, tetapi mamah ku seperti nggak ridho gitu fi kalau aku nggak pergi ke pesantren atau sekolah negri di Jakarta. Jadi aku ikut ridho orangtua aja fi, dan aku pribadi pernha dikasih tau dari salah satu guru aku fii.. kalau ridho itu ada 3 fi, yang pertama ridho orangtua, kedua ridho guru kita, dan terakhir diri kita sendiri.. Nah insyaAllah kalau semua ridho, ilmu yang kita dapatkan akan bermanfaat bagi kita.

   Kalau menurut orangtua itu adalah yang terbaik untuk anak nya, InsyaAllah itu ridho gusti Allah. Dan aku pribadi punya prinsip gini, apapun perintah orangtua selama itu adalah perintah positif akan berkah bagi diri kita sendiri..

   Terus, kan aku belajar di sekolah formal nih.. di sekolah aku pelajaran umum, gimana kalau pelajaran kamu di pesantren?apa yang membuat pesantren beda dengan sekolah lain?

   Kalau di sekolah formal itu mayoritas hanya mempelajari pelajaran umum kan fi, seperti bahasa, mtk, ipa.. nah kalau di pesantren itu ada tambahan pelajaran agama nya, seperti kita harus beradab ke orangtua, guru, teman, dan kalau di pesantren itu ada pelajaran agama seperti kita belajar fiqih, cara kita bersuci, shalat yang benar, wudhu, puasa, lebih kearah aqidah dan agama islam. 

   Apa yang kamu rasain setelah dan sebelum masuk pesantren?dan apa ada kebanggan tersendiri setelah lulus dari pesantren?

   Jadi pas aku di pesantren itu semua teman-teman ku setiap harinya setiap malam pasti di pendopo fi, mereka semua hafalan al-qur'an hafalan juz dan khataman.. jadi aku sendiri ada rasa iri ke mereka dan ada rasa iri tersindiri kaya "kok dia bisa hafalan, bisa khataman.. kenapa aku nggak bisa, apa yang buat aku nggak bisa" jadi itu fi yang buat aku terpacu untuk bisa menghafal ayat suci al-qur'an

   Dan kenapa kamu bisa betah di pesantren? sedangkan banyak remaja yang di usia kamu itu lebih banyak meluangkan waktunya buat main, nongkrong, kenapa kamu ngga kaya mereka aja?

   Itu semua kembali lagi ke prinsip pribadi seorang fi, pertama yaitu ridho orang tua dan yang paling men support aku di pesantren ya lingkungan fi, ruang lingkup di pesantren aku asik fi dan banyak juga penghafal al-quran jadi pergaulan kita di pesantren InsyaAllah psoitif fi..

Nah, setelah lulus dari pesantren apa yang ingin kamu lakuin?apakah kamu akan bekerja, apa istirahat dahulu, atau langsung melanjutkan pendidikan?

   Aku setelah lulus igin melanjutkan pendidikan, karena pendidikan adalah hal utama bagi aku.. aku ngga mau tertinggal cuma gara-gara malas, dan aku juga nantinya akan melanjutkan pendidikan di universitas yang bestandard islam agar bisa menjaga hafalan al-qur'an aku di pesantren dahulu supaya ngga hilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun