Mijen, Semarang (22 Juli 2022), tim KKN II UNDIP yang sebelumnya resmi diterjunkan pada 5 Juli 2022 di Kelurahan Wonolopo, Kecamatan Mijen, Kota Semarang mengadakan skrining awal gangguan refraksi miopia pada anak. Kegiatan ini dilaksanakan di SDN Wonolopo 1 bekerja sama dengan Kepala Sekolah terkait.
Sebelumnya, TIM KKN II UNDIP telah diterjunkan ke masing-masing wilayah yang berbeda. Salah satunya di Kelurahan Wonolopo, Kecamatan Mijen, Kota Semarang. Sebanyak 15 mahasiswa bersama-sama melakukan pengabdian kepada masyarakat setempat. Tema KKN yang diangkat kali ini adalah pemberdayaan masyarakat berbasis SDG's, program anti narkoba, dan kesadaran tentang stunting.
Menurut Kepala RT setempat diketahui bahwa banyak anak-anak di Kelurahan Wonolopo, Kecamatan Mijen yang bermain gadget secara berlebihan. Terlebih di masa pandemi COVID-19 yang mengharuskan mereka melakukan pembelajaran melalui media online. Ditambah, belum pernah diadakannya skrining awal kesehatan mata pada anak-anak di sana.
"Anak-anak di sini suka banget main hp, Mbak. Apalagi kemarin ada pandemi COVID-19. Terus juga selama ini belum pernah ada cek mata untuk memastikan kesehatan mata anak-anak tersebut.", ujar Pak Sutiyono selaku Kepala RT setempat.
Kelainan refraksi miopia atau yang biasa dikenal sebagai mata minus adalah suatu keadaan pada saat bayangan yang dibentuk tidak jatuh pada retina. Gejala yang dapat dirasakan yaitu saat melihat benda jauh terlihat kabur. Keadaan ini sering terabaikan pada anak-anak sebelum akhirnya kondisinya semakin parah dan mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari.
Penanganan kondisi mata minus ini dapat dilakukan dengan pemberian kacamata dengan lensa sferis negatif. Namun, banyak masyarakat yang belum mengetahui alur klaim kacamata dengan kartu BPJS.
Pada tanggal 22 Juli 2022 lalu, Fiina Wafiroh, mahasiswi Kedokteran, Fakultas Kedokteran UNDIP melakukan skrining awal kelainan refraksi miopia di SDN Wonolopo 1. Program ini sesuai dengan SDG's yang diterbitkan oleh WHO yaitu good health and well being. Skrining awal dilakukan pada anak-anak kelas 1 yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas 1A dan 1B.
Kegiatan skrining ini dilakukan dengan memberikan penyuluhan sederhana menggunakan poster terkait dengan pengertian, penyebab, dampak, dan penanganan yang dapat dilakukan pada kondisi mata minus. Selanjutnya, satu per satu anak-anak tersebut dilakukan skrining dengan menggunakan Snellen Chart.
Hasil dari pemeriksaan direkap untuk diserahkan kepada wali kelas masing-masing. Selanjutnya diberikan lembar untuk diserahkan kepada orang tua yang berisi hasil pemeriksaan, saran yang diberikan berdasar hasil skrining, alur klaim kacamata menggunakan BPJS, dan kontak pribadi apabila ada hal yang ingin ditanyakan. Lembar tersebut dibagikan satu per satu kepada anak-anak untuk selanjutnya diberikan kepada orang tua masing-masing. Hasil secara keseluruhan didapatkan bahwa beberapa anak kelas 1 di SDN Wonolopo 1 dicurigai mengalami kelainan mata minus yang dengan derajat cukup tinggi.
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat terkait berupa meningkatnya pengetahuan tentang kelainan refraksi miopia, menurunnya angka keparahan mata minus pada anak-anak Sekolah Dasar SDN Wonolopo 1, dan meningkatnya pengetahuan orang tua terkait alur klaim kacamata dengan BPJS.