Mohon tunggu...
Faishal Himawan
Faishal Himawan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Menulis, Menyuluh

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Belajar Bingung Kepada Ashabul Kahfi, Salman al-Farisi, dan--Sebut Saja--Empat Sekawan

23 Maret 2016   10:32 Diperbarui: 23 Maret 2016   11:35 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Salman memang sampai ke negeri Arab, tapi dengan status budak. Keculasan yang menjadi hal biasa pada masa itu menyeretnya menjadi budak seorang Yahudi di Wadil Qura. Perjanjian diingkari. Ia dijual sehingga dibeli.

Tepat pada titik kritis, yaitu titik di mana Salman hampir putus asa karena sudah tidak ada peluang untuk melanjutkan pencarian, sepotong informasi mendatangi: di Quba, orang-orang mengerumuni seorang lelaki yang mengaku sebagai nabi. Secara materi memang bukan Salman tujuan informasi itu, melainkan tuannya. Tetapi secara esensi, Salman lah tujuan datangnya informasi itu. Salman tidak akan pernah mendengar informasi penting itu andai ia tidak menjadi budak orang Yahudi.

Berkumpulnya orang Yahudi di Madinah dan sekitarnya, tidak lain, karena orang Yahudi mengetahui bahwa di Madinah lah seorang nabi yang mereka sangka akan menjadi penyelamat sekaligus pembawa kejayaan mereka muncul. Informasi tentang ini, sekecil apapun, akan lebih cepat diketahui Salman di lingkungan Yahudi daripada di lingkungan yang lain.

Kepada Muhammad saw. Salman menceritakan seluruh kisah pencariannya, termasuk satu kisah yang komentar Muhammad saw. terhadap kisah yang satu itu sangat mengernyitkan dahi, “Jika yang kamu ceritakan itu benar, maka kamu telah bertemu Isa putra Maryam.”

 

3. Waraqah ibn Naufal ibn Asad, Ubaidullah ibn Jahs ibn Ri’ab, Utsman ibn Huwairits ibn Asad , dan Zaid ibn Amr ibn Nufail, juga menurut Sirah Ibn Ishaq, adalah empat pemuda bingung. Kepungan entah berapa juta berhala membuat mereka semakin kesulitan mengidentifikasi seperti apa agama Ibrahim yang sesungguhnya. Satu-satunya yang mereka tahu: Ibrahim menolak bintang, bulan, matahari, patung-patung, dan terutama Namrudz.

 

Tepat pada titik kritis, yaitu saat kebingungan mereka mencapai puncaknya yang kebetulan bersamaan dengan hari raya penyembahan berhala, mereka berempat diam-diam sepakat bahwa masing-masing dari mereka berempat akan melakukan pencarian sendiri-sendiri demi menemukan agama Ibrahim yang telah tertutupi oleh entah berapa juta berhala.

 

“Temukanlah untuk dirimu sendiri sebuah agama yang benar, karena kita sekarang tidak memilikinya.” Seakan-akan mereka berempat saling berkata satu sama lain: cerca trova; carilah maka akan kautemukan. Utsman ibn Huwairits melakukan pencarian dan “berhenti” di Bizantium. Ubaidullah ibn Jahs melakukan pencarian sampai datangnya Muhammmad saw., hijrah ke Abisiania dan “berhenti” di sana. Waraqah ibn Naufal mendalami sebuah catatan yang membuatnya berhasil melakukan identifikasi sehingga tanpa ragu ia berkata kepada Muhammad saw., “ ... kamu akan difitnah sebagai pembohong, mereka akan membencimu, mengusirmu, dan memerangimu. Sungguh, seandainya aku masih dapat menemui masa itu ...”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun