Citayam Fashion Week yang sempat viral itu memang sudah tiada. Anak-anak muda yang nongkrong di Dukuh Atas dan Sudirman -- yang berhasil mem-pleset-kan Sudirman Central Business District (SCBD) menjadi Sudirman, Citayam, Bojonggede, dan Depok (juga SCBD) tersebut sudah tidak lagi berlenggak-lenggok di zebra croos itu lagi.
Namun, mereka telah mencatat sejarah, bahwa anak-anak jalanan yang notabene merupakan rakyat jelata, sanggup dan berhasil melawan angkuhnya ibu kota. Aksi yang mereka lakukan mampu menyedot perhatian publik, tidak hanya pejabat pemerintah hingga kaum kapitalis yang melihat adanya peluang bisnis, bahkan aksi mereka juga sempat ditiru anak-anak muda di beberapa kota besar lainnya.
Selama ini, acara peragaan busana atau fashion show merupakan kegiatan yang hanya bisa dilakukan oleh kalangan masyarakat tingkat atas, orang-orang kaya yang harga bajunya hingga ratusan juta. Bagi masyarakat biasa, apalagi anak-anak jalanan, boro-boro bisa ikutan memperagakan busana, masuk menjadi penonton saja sudah pasti menjadi hal yang mustahil dilakuakan. Â
Ibu kota memang teramat angkuh. Perbedaan hidup si miskin dan si kaya bak jarak antara kutub selatan dan kutub utara. Derita masyarakat miskin kota berbanding terbalik dengan dunia pesta pora orang-orang kaya, termasuk para (oknum) pejabat korup yang selalu berusahaa mencuri uang negara untuk kepentingan pribadinya.
Cemerlangnya, anak-anak pengamen jalanan itu berani melawan angkuhnya ibu kota. Dengan beraninya mereka menggunakan zebra cross di Jalan Sudirman tempat tongkrongannya untuk tempat berlengak-lenggok memamerkan busana apa adanya yang mereka punya.
Uniknya, di negeri kita tercinta ini, hal-hal yang nyeleneh pasti akan viral. Bagaimana tidak nyeleneh, fashion week itu biasanya diadakan di tempat yang cukup mewah. Seperti Indonesia Fashion Week 2022 yang baru-baru ini diadakan di Jakarta Convention Center, yang konon nilai transaksinya mencapai puluhan miliar rupiah. Lha anak-anak ini mengadakan fashion show di zebra cross dan menjadi viral dengan sebutan "Citayam Fashion Week."
Karena viral di media sosial, sudah tentu ada banyak pihak yang ingin memanfaatkan dan ingin menumpang/mendompleng ke-viral-an Citayam Fashion Week. Termasuk pejabat pemerintah, artis, dan selebritis yang menagkap adanya peluang bisnis di event anak jalanan tersebut. Namun, semua itu hanya sementara, karena pihak berkuasa ibu kota telah menghentikan aktivitas ini karena dinilai mengganggu ketertiban umum.
Meski demikian, Jeje, Bonge, Kurma, dan entah siapa lagi nama-namanya, sudah membuktikan bahwa apa yang mereka lakukan telah berhasil melawan angkuhnya ibu kota yang tak pernah peduli nasib rakyat jelata, seperti mereka yang hidup di jalanan sebagai pengamen.
Fenomena Citayam Fashion Week telah memberikan pesan kepada pemerintah bahwa anak muda dari golongan 'kasta sudra' pun juga membutuhkan ruang publik sebagai tempat ekspresi.
Bahwasannya dalam perjalanan kegiatan Citayam Fashion Week kreativitas mereka ada yang dianggap menabrak norma, secara pribadi saya sepakat dan atas alasan itu pula saya sepakat kegiatan mereka dihentikan dengan tujuan diarahkan agar menjadi lebih baik. Bukan dengan maksud "membunuh" kreativitas anak muda dari kalangan rakyat jelata, pun menghentikan perjuangan mereka menaklukkan angkuhnya ibu kota.