Mohon tunggu...
Figo PAROJI
Figo PAROJI Mohon Tunggu... Buruh - Lahir di Malang 21 Juni ...... Sejak 1997 menjadi warga Kediri, sejak 2006 hingga 2019 menjadi buruh migran (TKI) di Malaysia. Sejak Desember 2019 kembali ke Tanah Air tercinta.

Sejak 1997 menjadi warga Kediri, sejak 2006 hingga 2019 menjadi buruh migran (TKI) di Malaysia. Sejak Desember 2019 kembali menetap di Tanah Air tercinta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Corona Kui Pagebluk Model Piye?"

7 April 2020   19:59 Diperbarui: 11 April 2020   02:08 2098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama sekitar sebulan lebih ini, kata 'corona' sepertinya sudah sangat familiar di kalangan masyarakat Indonesia, baik di kota maupun di desa-desa. Setiap hari, televisi tidak pernah berhenti memberitakan tentang bencana virus corona.

Namun, karena penggunaan bahasa para petinggi negara yang biasa diberitakan media cenderung ndakik-ndakik, yang seolah malah bangga menggunakan istilah asing, pengertian dan cara pencegahan kemungkinan terjadinya penularan virus corona kurang bisa dipahami masyarakat desa. Terutama warga desa yang tergolong sudah berusia senja.

Seperti yang pernah saya alami ketika beberapa hari yang lalu, dalam sebuah obrolan di warung kopi, Mbah Kadi -- tetangga saya, bertanya tentang virus corona. Obrolan tersebut telah saya rangkum dalam sebuah dialog berikut  ini;

"Jane virus corona kui opo? Kok mbendino diberitakne neng tivi," tanya Mbah Kadi.

"Virus corona kui pagebluk, Mbah."

Mendengar kata pagebluk, Mbah Kadi langsung paham. Di kalangan masyarakat Jawa, sejak dulu  kata pagebluk (sekarang kosa kata ini sudah  masuk KBBI), memang telah dipahami sebagai wabah penyakit menular yang bisa menyebabkan kematian.

"Lha trus, virus corona kui pagebluk model piye?"

"Penyakit akibat virus corona kui koyok nggreges, watuk pilek, adem panas ngono kae lo, Mbah. Tapi enek sesek'e. Virus corona kui nyerang paru-paru, mulo ambekan dadi sesek.  Mangkane, wong sing kenek virus corona kui kudu ndang ditangani dokter supoyo iso nyelametne nyowone lan ben ora nulari kancane."

"Trus piye carane supoyo wong sing iseh sehat koyok aku ngeneki ora ketularan virus corona?"

"Ngeten, Mbah. Virus corona kui ora iso miber dewe neng awang-awang. Virus corona kui yo ora ndue sikil. Dadi ora  iso mlaku dewe njur nemplek nang wong-wong sakkarepe dewe. Corona kui iso nular lantaran menungso. Nek ono salah sijine menungso sing kenek virus corona kui watuk utowo wahing, wong-wong ndek sekitare mesti iso ketularan."

"Oh, ngono to. Trus aku kudu piye?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun