Mohon tunggu...
Figo PAROJI
Figo PAROJI Mohon Tunggu... Buruh - Lahir di Malang 21 Juni ...... Sejak 1997 menjadi warga Kediri, sejak 2006 hingga 2019 menjadi buruh migran (TKI) di Malaysia. Sejak Desember 2019 kembali ke Tanah Air tercinta.

Sejak 1997 menjadi warga Kediri, sejak 2006 hingga 2019 menjadi buruh migran (TKI) di Malaysia. Sejak Desember 2019 kembali menetap di Tanah Air tercinta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tetap Bekerja di Tengah Bencana

5 April 2020   23:18 Diperbarui: 5 April 2020   23:21 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Badir dkk // foto: Badir

Salah satu imbauan pemerintah dalam upaya pencegahan kemungkinan terjadinya penularan virus corona sebagaimana pernah disampaikan Presiden Jokowi beberapa waktu yang lalu adalah, bekerja dari rumah.

Imbaun tersebut sudah tentu tidak mungkin bisa dipatuhi oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab tidak semua rakyat Indonesia bisa bekerja dari rumah dan tidak semua jenis pekerjaan bisa dikerjakan dari rumah.

Salah satu kelompok masyarakat yang tidak mungkin bisa menuruti imbaun pemerintah untuk bekerja dari rumah adalah masyarakat pedesaan yang berprofesi sebagai petani atau buruh tani.

Seperti aktivitas pekerjaan seorang warga Desa Jantok, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri bernama Badir yang berprofesi sebagai buruh tani pemanen padi.

"Bekerja dari rumah? Opo mungkin? Pekerjaan kami memanen padi . Jadi, meskipun musim virus corona, kami tetap keluar rumah, pergi bekerja. Bahkan hingga ke luar desa." Demikian jawaban Badir ketika saya bertanya kenapa tetap nekat bekerja di tengah bencana.

Badir // foto: dok.pri
Badir // foto: dok.pri
Badir tahu, Kabupaten Kediri merupakan salah satu wilayah zona merah corona. Ia juga memahami, mestinya seluruh masyarakat Kabupaten Kediri mengisolasi diri. Tidak ada yang pergi ke mana-mana. Belajar, beribadah dan bekerja dari rumah.

"Tapi mau bagaimana lagi, apa bisa pekerjaan memanen padi dikerjakan dari rumah?" tanya Badir.

Setiap hari, Badir yang bekerja secara berkelompok bersama sembilan orang temannya tiada henti terus bekerja. Berpindah dari sawah ke sawah, dari desa ke desa, meskipun tahu saat ini dunia telah dilanda bencana virus corona.

Bagi Badir, musim panen padi merupakan masa yang cukup menyenangkan sebab ia dan teman-temannya bisa mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang lumayan.

Badir dkk // foto: Badir
Badir dkk // foto: Badir
Terkait bahaya virus corona yang bisa menginfeksi siapa saja, Badir meyakini aktivitas pekerjaanya tidak terlalu berisiko tertular virus corona meski setiap hari berpindah-pindah tempat kerja.

"Walaupun orang desa, kami mengerti bahwa virus corona tidak berterbangan di udara. Penularan virus corona hanya bisa terjadi dengan perantara manusia. Tempat kerja kami hanya berpindah dari sawah ke sawah. Tanpa pernah bertemu orang dari luar daerah, orang dari kota atau dari luar negeri yang mungkin saja di tubuhnya sudah menempel virus corona. Jadi, insyaAlloh kami akan baik-baik saja."

Begitulah pandangan Badir tentang virus corona. Cara pandang warga desa yang cukup cerdas karena selalu mengikuti perkembangan situasi dunia melalui ponsel-nya.

Keyakinannya yang seperti  itulah yang membuat Badir dan teman-temannya tetap merasa biasa-biasa saja ketika harus terus bekerja di tengah bencana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun