Di Malaysia, salah satu jenis pekerjaan yang masih terus  melakukan aktivitas ketika masa penerapan lockdown atau dalam bahasa setempat disebut Perintah Kawalan Pergerakan (PKP) akibat wabah virus corona adalah sektor pembersihan (cleaning service).
Selama penerapan PKP sejak 18 Maret -- yang diperpanjang hingga 14 April, pekerja di sektor ini, termasuk pekerja asal Indonesia tidak pernah libur (diliburkan).
Bekerja di tengah bencana corona tentu sangat berisiko. Sebagian orang, pasti ada yang ketakutan ketika di tengah bencana harus tetap melakukan aktivitas pekerjaan. Sebagian orang yang lain, pasti ada yang takut mati ketika di tengah pandemi harus tetap menjalankan kewajiban.
Namun, apa yang dikatakan TKI di Malaysia asal Jawa Timur bernama Dini ini patut kita renungkan. Sebagai pekerja cleaning service, untuk menguatkan hatinya ketika harus tetap bekerja di tengah bencana, Dini mengibaratkan pekerjaan yang ia jalani layaknya dokter yang tidak takut mati karena tugasnya adalah menyembuhkan (menangani kasus corona).Â
"Seperti juga dokter, yang tidak takut mati karena  pekerjaannya menyembuhkan, begitulah pekerjaan yang saya jalani. Saya memang hanya seorang pekerja cleaning service yang kerjanya melakukan pembersihan. Tapi, dalam situasi seperti ini, kerja pembersihan justru menjadi sangat penting untuk memastikan berbagai tempat terbebas dari virus corona."
Demikian dikatakan Dini, wanita berusia 36 tahun yang sudah empat tahun menjadi TKI di Malaysia sebagai pekerja cleaning service.
"Kami terus melakukan kerja pembersihan di beberpa fasilitas umum seperti sekolahan dan kampus-kampus dengan selalu mengenakan alat pelindung diri, termasuk hand sanitizer yang disediakan perusahaan," kata Dini.
Tak hanya membersihkan lantai, meja-kursi dan alat-alat kantor lainnya, Dini dan kawan-kawan juga mendapat tugas untuk membersikan tong sampah di sekolahan-sekolahan dan kampus-kampus di beberapa lokasi.
Di akhir cerita, Dini kembali berkata, "Soal hidup-mati, kami serahkan kepada Tuhan. Kami hanya bisa berusaha menjaga diri agar tidak terinfeksi corona. Selebihnya, kami berserah. Seperti yang saya katakan tadi, layaknya pekerjaan dokter yang menangani kasus corona, jangan pernah takut mati karena melakukan pekerjaan memyembuhkan."
***
Saya mengenal Dini  ketika masih kerja di Malaysia.
Pada 27 Desember tahun lalu - sebelum kasus corona mendunia, saya telah pulang ke Indonesia.Â
Percakapan yang menjadi bahan tulisan ini, kami lakukan melalui pesan WhatsApp.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H