Oleh karena itu, saya berharap bersatunya cebong - kampret menjadi CePret akan menyatukan pula seluruh rakyat Indonesia. Tidak hanya bersatunya kembali pendukung fanatik Jokowi dan pendukung fanatuk Prabowo, tetapi bersatunya seluruh komponen masyarakat untuk bersama-sama membangun Indonesia.
Bersatunya dua tokoh politik yang sebelumnya saling berseteru atau bersatunya dua tokoh yang sebelumnya menjadi rival dalam kontestasi pemilu adalah hal yang biasa dalam dunia politik.
Seperti bersatunya Anwar Ibrabim dan Mahathir Mohamad di Malaysia. Gerindra pun menyamakan  Prabowo jadi menteri Jokowi seperti Hillary Clinton gabung Obama.
Mengutip pendapat pengamat politik dari Universitas Indonesia, Aditya Perdana, sebagaimana dilansir Kompas, Selasa (22/10), Â apabila mengingat dinamika pemilu lalu, dinamika yang terjadi sekarang (memang) menjadi kekecewaan bersama.
Ketika pemilu, masyarakat terbelah. Bahkan, persaudaraan bergeser. Akan tetapi ujung-ujungnya, para tokoh yang didukung mati-matian berbagi jabatan.
Maka, realita politik saat ini telah memberi pelajaran yang sangat berarti bagi masyarakat untuk tidak fanatik dalam mendukung calon pilihannya. Pada pilpres yang akan datang, jangan lagi ada saling hujat dan saling caci, kalau tidak ingin (pada akhirnya) Â akan malu karena terpaksa harus menjilat ludah sendiri.Â
Sebagai seorang anak bangsa yang hanya berstatus rakyat jelata, siapa pun presidennya dan siapa pun menteri-menterinya, tidak akan membawa pengaruh apa-apa bagi saya. Sebagai seorang warga negara yang tidak banyak merasakan peran negara, saya hanya berharap Indonesia akan baik-baik saja dan semakin maju-jaya.
Merdeka!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H