Mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek Gong Xi Fa Cai menunjukkan kita setuju dengan hari raya tersebut yang berarti setuju dengan agama mereka. Kata siapa? Jangan sok tahu dech ...
Saya mengucapkan Selamat tahun Baru Imlek kepada kawan-kawan yang beretnis Cina. Saya menulis di dinding Facebook Gong Xi Fa Cai, tapi yang saya ucapkan, yang saya tulis itu adalah bentuk kemesraan kepada sesama, bukan bentuk pengakuan terhadapa agama mereka, apalagi sampai meyakininya.
Pengakuan saya adalah pengakuan terhadap entitas mereka sebagai manusia, bukan karena agama atau etnis mereka. Bagaimanapun, mereka adalah manusia yang mempunyai hak yang sama untuk hidup di bumi Tuhan yang bernama Indonesia. Mbok ya ayo kita belajar bertoleran. Mbok ya biarkan saja to.
Ketika kita mengucapkan Selamat Menempuh Hidup Baru kepada teman yang menikah, apakah kita harus setuju dengan perempuan yang  dipilih oleh teman kita itu untuk dijadikan istrinya? Lho, istrimu kok si Marni, seharusnya sama dengan istriku, Mirna! Aku tidak mau ngucapin selamat karena istri kamu bukan Mirna, masak begitu? Ucapan kita itu ucapan kemesraan, Bro! Kemesraan kepada teman, kepada sesama manusia.
Bagi saya, agama itu ibarat istri. Kita tidak perlu mempertandingkan istri karena istri itu bagian dari nyawa kita, istri adalah aurat hidup kita. Cintailah istri kita dan tidak perlu mempertandingkan dengan cinta orang lain. Aku akan selalu mencintai istriku dan sudah pasti akan kubiarkan engkau mencintai istrimu dengan cintamu sendiri. Aku tak kan mengganggu istrimu dan kau jangan coba-coba ganggu istriku, titik!
Toleransi berasal dari kata toleran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V, toleran artinya bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.
Toleransi adalah  sifat atau sikap toleran. Bertoleransi berarti bersikap toleran. Menoleransi berarti mendiamkan atau membiarkan.
Masak iya sih apabila kita membiarkan seseorang mencintai istrinya itu akan membahayakan cinta kita kepada istri kita sendiri. Ah, lelaki macam apa kau ini ha ...ha ... ha ...
Masak iya sih apabila kita mendiamkan atau membiarkan mereka merayakan tahun baru atau beribadat menurut keyakinan mereka maka akidah kita terancam? Terlepas dari persoalan politik yang dikaitkan dengan situasi menjelang pilpres saat ini, rasanya kok berlebihan kekhawatiran (atau ketakutan) seperti itu.
Islam itu rahmatan lil alamin, rahmat untuk seluruh alam, bukan hanya rahmat untuk manusia, tapi untuk seluruh alam, seluruh makhluk-Nya. Bahkan rahmat untuk setan. Biarkan setan bertugas sebagaimana ditugasi Tuhan.
Apabila kepada setan saja kita perlu bertoleransi -- membiarkan dia (setan) menjalankan tugas sebagaimana yang diberikan Tuhan, sudah semestinyalah kita berlapang dada membiarkan (menoleransi) sesama manusia untuk meyakini dan beraktivitas sesuai keyakinannya. Terlebih lagi, manusia-manusia tersebut hidup di bumi yang sama, bumi Indonesia tercinta.