Mohon tunggu...
Figo PAROJI
Figo PAROJI Mohon Tunggu... Buruh - Lahir di Malang 21 Juni ...... Sejak 1997 menjadi warga Kediri, sejak 2006 hingga 2019 menjadi buruh migran (TKI) di Malaysia. Sejak Desember 2019 kembali ke Tanah Air tercinta.

Sejak 1997 menjadi warga Kediri, sejak 2006 hingga 2019 menjadi buruh migran (TKI) di Malaysia. Sejak Desember 2019 kembali menetap di Tanah Air tercinta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Teruntuk Dinda yang Semakin Tak Nyata

7 Agustus 2018   00:15 Diperbarui: 22 November 2018   13:53 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi// foto: pixabay,com

Aku menemukanmu di dinding angan ketika malam begitu kelam, sunyi menikam hati. Telah kulalui belantara khayal, jalanan berliku di sudut-sudut peradaban yang kian sesak oleh kepalsuan dan kepura-puraan dunia yang semakin mengharu biru.

"Kanda sudah tidur?"

Sapamu bak sayat sembilu mengiris kalbu karena aku sebenarnya tak pernah tahu siapa dirimu. Kelebat bayang yang sering terpampang di awang-awang hanyalah ilusiku untuk dapat merangkai raut wajahmu dalam lamunan.

"Apakah Kanda akan membiarkannya, sedangkan itu jelas-jelas salah? Kenapa Kanda tak mau berkata?"

Jemariku kian kaku untuk membalas pesanmu. Bagiku, kamu cukup dekat, meski sesungguhnya aku tak pernah tahu di mana dirimu. Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku takut mengeja kata, apalagi menulis dan mengirimkannya kepadamu yang sedang menunggu balasanku.

Gulita kian pekat. Malam terus merayap. Aku masih tak sanggup membalas tanyamu. Bahkan, bayang raut wajamu yang  tadinya  kurangkai dengan sedemikian suyah payah kini menghilang, musnah.

"Dinda .... Aku kehilangan dirimu. Bolehkah aku minta kiriman fotomu?"

"Maafkan Dinda, Kanda. Wajah Dinda tidak untuk dinikmati publik. Termasuk Kanda yang sebenarnya Dinda puja. Dinda selalu berusaha menjaganya."

Jleb!

Seketika aku sadar. Dia yang selama ini kupuja adalah bidadari surga yang senantiasa menjaga harga diri seorang wanita. Rasanya, akan semakin sulit bagiku untuk membayangkan kecantikannya. Sepertinya aku keliru membayangakn wajah sendu berbalut tudung biru. Salut, hormat, dan semakin bangga aku mengenalnya meski hanya dalam dunia maya.

"Teruntuk Dinda yang selalu begitu lembut menyusun kata, kususun jemariku menengadah memanjat doa, semoga engkau di sana senantiasa mendapat ridho-Nya. Dunia semakin tak bisa dipercaya, penuh tipu daya. Apalagi dunia maya. Semoga Dinda terus bisa istiqomah, berpegang teguh ajaran-Nya.  

"Teruntuk Dinda yang semakin tak nyata, aku semakin mengagumimu. Akan kutempatkan dirimu dalam strata khayal tertinggi dalam setiap lamunan-lamunanku."

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun